Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TAFSIR SURAH AL MA'UN



Tafsir Surah Al Maun

(Oleh : Aditya Bahari)

 

Surah Al Ma’un surah ke 107

Surah ini terdiri atas 7 ayat

Al Maun artinya: “Barang berguna”

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ

“(1) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{أَرَأَيْت الَّذِي يُكَذِّب بِالدِّينِ} بِالْجَزَاءِ وَالْحِسَاب أَيْ هَلْ عَرَفْته وَإِنْ لَمْ تَعْرِفهُ

“Tidakkah kamu tahu orang yang mendustakan agama? Yakni hari pembalasan dan perhitungan, apakah kamu tahu ?, jika tidak maka:”

 

Makna (Ad Diin)

Hari pembalasan dan hisab

 

Mendustakan Agama

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ

“(2) Itulah orang yang menghardik anak yatim,

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{فَذَلِكَ} بِتَقْدِيرِ هُوَ بَعْد الْفَاء {الَّذِي يَدُعّ الْيَتِيم} أَيْ يَدْفَعهُ بِعُنْفٍ عَنْ حَقّه

“Dia itu adalah yang menghardik orang yatim, dan tidak memberikan haknya”

{فَذَلِكَ} بِتَقْدِيرِ هُوَ بَعْد الْفَاء : أي فاسم الإشارة خبر لمحذوف تقديره هو

“Isim Isyarat khobar untuk isim mahdzuf taqdirnya: huwa” (lihat Hasyiyah Ash Showi)

 

{الَّذِي يَدُعّ الْيَتِيم} أَيْ يَدْفَعهُ بِعُنْفٍ عَنْ حَقّه

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَىٰ نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا

Pada hari mereka didorong ke neraka Jahannam dengan sekuat-kuatnya.(Qs Ath Thur: 13)

Disebutkan oleh Ulama tafsir, bahwa dahulu Abu Jahl diberi tugas menjaga anak yatim, kemudian ada anak yatim yang meminta uangnya dari haknya, maka Abu Jahl malah mendorongnya, mereka orang kafir quraish tidak memberikan warisan kepada perempuan dan anak-anak

قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ: نَزَلَتْ فِي أَبِي سُفْيَانَ، وَكَانَ يَنْحَرُ فِي كُلَّ أُسْبُوعٍ جَزُورًا، فَطَلَبَ مِنْهُ يَتِيمٌ شَيْئًا، فَقَرَعَهُ بعصاه،

Ibnu Juraij berkata: ayat ini turun kepada Abu Sufyan, dia sepekan sekali menyembelih onta, lalu ada seorang yatim meminta sedikit daaging maka Abu Sufyan malah memukulnya dengan tongkatnya (lihat tafsir Al Qurthubi)

قَالَ الضَّحَّاكُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: فَذلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ أَيْ يَدْفَعُهُ عَنْ حَقِّهِ  (تفسير القرطبي)

Adh Dhohhak berkata: dari Ibnu Abbas radhiyAllahu ‘anhuma: “yakni yang mencegah mereka dari haknya” (lihat tafsir Al Qurthubi)

 

Siapa itu Yatim?

Dalam istilah syariat, yatim adalah seorang anak yang ditinggal wafatayahnya, sedangkan anak tersebut belum balig. Sementara itu, ketika seseorang sudah mencapai usia balig, ia tidak dikatakan lagi anak yatim.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يُتْمَ بَعْدَ احْتِلاَمٍ

Tidak ada keyatiman setelah mimpi

[Sunan Abu Dawud, no. 2873 dan dihukumi shahih oleh syaikh al-Albani]

Yang dimaksud dengan mimpi dalam hadits ini adalah mimpi basah yang merupakan penanda baligh. Termasuk dalam hukum ini juga penanda baligh yang lain, yakni tumbuhnya rambut kemaluan atau sudah mencapai umur 15 tahun juga haid bagi wanita.

Permasalahan?

Lalu bagaimana dengan yang sudah balig akan tetapi dia tidak memiliki ayah? Kita katakan dia bukan lagi disebut yatim, akan tetapi kalau dia terlantar maka wajib untuk diayomi, diberikan bantuan dsb

Keutamaan Menyantuni Anak Yatim

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَ، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئاً

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta agak merenggangkan keduanya.

[HR al-Bukhari no. 4998 dan 5659]

Tahdzir (Ancaman) bagi orang yang mengumpulkan donasi untuk anak yatim, padahal anak-anak yang dikumpulkan bukanlah anak-anak yatim

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ

“(3) dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{وَلَا يَحُضّ} نَفْسه وَلَا غَيْره {عَلَى طَعَام الْمِسْكِين} أَيْ إِطْعَامه نَزَلَتْ فِي الْعَاصِي بْن وائل أو الوليد بن المغيرة “Dan juga tidak memotivasi (mengajak) baik dirinya maupun orang lain untuk memberi makan orang-orang miskin, ayat ini turun tentang Al Ash bin Wail atau Al Walid bin Al Mughiroh”

Jangankan memberi makan orang miskin, mengajak orang lain agar memberi makan orang miskin saja enggan. Mereka bakhil, padahal mampu bahkan orang kafir berkata kepada orang-orang beriman

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنُطْعِمُ مَنْ لَوْ يَشَاءُ اللَّهُ أَطْعَمَهُ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Dan apabila dikatakakan kepada mereka: "Nafkahkanlah sebahagian dari reski yang diberikan Allah kepadamu", maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman: "Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata".(Qs Yasin:47)

 

Keberadaan orang miskin membantu orang-orang kaya

Kita berterima kasih kepada orang miskin, kenapa?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَبْغُوْنِي الضُّعَفَاءَ،  فَإِنَّمَا  تُرْزَقُوْنَ  وَتُنْصَرُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ

“Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah kalian, karena kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah kalian”. (Dishahihkan Al-Imam Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 779)

 

Sifat orang yang takut kepada Allah ketika memberi makan maka tidak meminta balasan bahkan ucapan terima kasih

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.

إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا

Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. (Qs Al Insaan: 9-10)

 

Kemudian Allah Subhaanahu Wa Ta’aala mengancam bagi orang-orang yang menelantarkan sholat

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ

“(4) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

Makna Wail

وروى أبو سعيد الخُدْرِي أن الويل وادٍ في جهنم بين جبلين يهوي فيه الهاوي أربعين خريفاً.

Diriwayatkan Abu Sa’iid Al Khudri radhiyAllahu ‘anhu bahwasanya (Al Wail): “Lembah di neraka terletak antara dua gunung, yang seorang jika ingin mengetahui dasarnya harus menempuh 40 tahun”

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ

“(5) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتهمْ سَاهُونَ} غَافِلُونَ يُؤَخِّرُونَهَا عن وقتها

“Yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya, yakni mereka lalai, dan mengakhirkan sholat dari waktunya”

ابن عباس قال: الَّذِينَ يُؤَخِّرُونَهَا عَنْ أَوْقَاتِهَا

Ibnu Abbas juga menafsirkan: “yaitu orang-orang yang mengakhirkan sholat dari waktunya”(Lihat Tafsir Al Qurthubi)

 

Allah Subnaanahu Wa Ta’aala berfirman:

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, (Qs Maryam: 59)

 

Saahun maknanya

1.       Tidak pernah sholat

2.       Sholat tapi bolong-bolong

3.       Sholat tidak tepat wakt, keluar dari waktunya

4.       Sholat tepat waktu, akan tetapi tidak memenuhi Rukun-rukun sholat dan syarat-syarat

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

“(6) orang-orang yang berbuat riya,

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{الذين هم يراؤون} فِي الصَّلَاة وَغَيْرهَا

“Orang-orang yang riya’ ketika sholat dan selainnya”

Dia tampakkan bahwa dia sedang sholat padahal bohong, seperti seorang yang fasiq, dia tampakkan seakan-akan sholat tapi ternyata dia sholat agar supaya dikatakan dia sedang sholat.

Hakekat riya’ sendiri adalah: “Mengejar, mencari dunia dengan ibadah” asalnya adalah mencari kedudukan dihati manusia

 

Amalan yang disangka riya’

وَلَا يَكُونُ الرَّجُلُ مُرَائِيًا بِإِظْهَارِ الْعَمَلِ الصَّالِحِ إِنْ كَانَ فَرِيضَةً، فَمِنْ حَقِّ الْفَرَائِضِ الْإِعْلَانُ بِهَا وَتَشْهِيرُهَا، لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ: [وَلَا غُمَّةَ «2» فِي فَرَائِضِ اللَّهِ [لِأَنَّهَا أَعْلَامُ الْإِسْلَامِ، وَشَعَائِرُ الدِّينِ، وَلِأَنَّ تَارِكَهَا يَسْتَحِقُّ الذَّمَّ وَالْمَقْتَ، فَوَجَبَ إِمَاطَةُ التُّهْمَةِ بِالْإِظْهَارِ، وَإِنْ كَانَ تَطَوُّعًا فَحَقُّهُ أَنْ يَخْفَى، لِأَنَّهُ لَا يُلَامُ تركه وَلَا تُهْمَةَ فِيهِ، فَإِنْ أَظْهَرَهُ قَاصِدًا لِلِاقْتِدَاءِ بِهِ كَانَ جَمِيلًا. وَإِنَّمَا الرِّيَاءُ أَنْ يَقْصِدَ بِالْإِظْهَارِ أَنْ تَرَاهُ الْأَعْيُنُ، فَتُثْنِيَ عَلَيْهِ بِالصَّلَاحِ

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

“(7) dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُون} كَالْإِبْرَةِ وَالْفَأْس والقدر والقصعة

“Dan menahan, melarang dari hal yang berguna: seperti jarum, kapak, panci, mangkuk”

كنَّا نَعُدُّ الماعونَ على عهدِ رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلم عاريةً ؛ الدَّلوَ والقِدرَ

الراوي : عبدالله بن مسعود | المحدث : الألباني | المصدر : التعليقات الرضية | الصفحة أو الرقم : 488/2 | خلاصة حكم المحدث : إسناده حسن | التخريج : أخرجه أبو داود (1657)، والنسائي في ((السنن الكبرى)) (11701)


Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "TAFSIR SURAH AL MA'UN"