Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Al Alaq

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

( 5 ). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{عَلَّمَ الْإِنْسَان} الْجِنْس {مَا لَمْ يَعْلَم} قَبْل تَعْلِيمه مِنْ الْهُدَى وَالْكِتَابَة وَالصِّنَاعَة وَغَيْرهَا

Allah mengajarkan Manusia , apa yang tidak mereka ketahui, yakni sebelum mereka diajarkan dari petunjuk, menulis, produksi dan selainnya

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Qs An Nahl: 78)

 

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (Qs Az Zumar: 9)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَىٰ

 6) Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{كَلَّا} حَقًّا {إِنَّ الْإِنْسَان لَيَطْغَى}

“Sungguh benar adanya, Manusia itu benar-benar melampaui batas”

وَالطُّغْيَانُ: مُجَاوَزَةُ الْحَدِّ فِي الْعِصْيَانِ

Bagaimana bentuk melampaui batasnya mereka?

أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَىٰ

7. karena dia melihat dirinya serba cukup.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{أَنْ رَآهُ} أَيْ نَفْسه {اِسْتَغْنَى} بِالْمَالِ نَزَلَ في أبي جهل ورأى عملية وَاسْتَغْنَى مَفْعُول ثَانٍ وَأَنْ رَآهُ مَفْعُول لَهُ

Dia melihat pada dirinya merasa cukup, dengan harta ayat ini turun kepada Abu Jahal

Abu Jahal melampaui batas karena dua sebab:

أَنْ رَآهُ أَيْ لِأَنْ رَأَى نَفْسَهُ اسْتَغْنَى أَيْ صَارَ ذَا مَالٍ وَثَرْوَةٍ

أَنْ رَآهُ اسْتَغْنى بِالْعَشِيرَةِ وَالْأَنْصَارِ وَالْأَعْوَانِ

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala memberikan riski kepada hamba-Nya sesuai kadar yang Allah lebih tahu tentang mashlahat hamba-Nya

Akan tetapi meskipun ayat ini berkaitan langsung dengan Abu Jahal tapi maknanya umum mencakup seluruh manusia yang lupa diri karena sudah merasa hebat. Allah menyebutkan sebab mengapa seseorang terkadang melampaui batas dan berbuat kedzhaliman yaitu karena dia merasa dirinya sudah cukup dan tidak butuh kepada orang lain dan kepada Allah lagi. Dia merasa telah mempunyai harta, mempunyai ilmu, memiliki tubuh yang kuat, dia tidak sadar bahwa semua itu adalah karunia dari Allah. Padahal manusia itulah yang selalu butuh kepada Allah. Allah berfirman:

۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

 

“Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah, dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), lagi Maha Terpuji.” (QS Fathir : 15)

مَنهومان لَا يَشْبَعَانِ، صَاحِبُ العلم وصاحب الدنيا، ولا يستويان

 

۞ وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat. (Qs Asy Syura: 27)

Qotadah rahimahullah berkata:

يقال: خيرُ الرزقِ ما لا يُطغيك، ولا يُلهيكَ

“Sebaik-baik harta adalah yang tidak membuatmu sombong, dan yang tidak membuatmu lalai” (Lihat Tafsir Ath Thobari)

Baca Tafsir As Se’di rahimahullah

إِنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ الرُّجْعَىٰ

8. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{إِنَّ إِلَى رَبّك} يَا إِنْسَان {الرُّجْعَى} أَيْ الرُّجُوع تَخْوِيف لَهُ فَيُجَازِي الطَّاغِي بِمَا يَسْتَحِقّهُ

“Kepada Rabbmu wahai manusia : engkau kembali (sebagai bentuk takhwif) bagi manusia Allah akan membalas Orang yang melampaui batas sesuai haknya”

الخطاب للإنسان على الالتفات تهديداً وتحذيراً من عاقبة الطغيان، والرُّجْعى

مصدر كالبشرى

Jika ayat ini berkaitan dengan Abu Jahal, maka maksud ayat ini adalah ancaman. Bahwa engkau Abu Jahl -atau orang yang melampaui batas- akan kembali kepada Allah untuk merasakan adzab yang pedih (Lihat Tafsir At-Thobari 24/533).

Allah mengingatkan bahwasanya setiap orang akan kembali kepada Allah. Hakikatnya semua manusia sedang mengantre menuju Allah, yaitu menuju kematiannya. Hanya saja tidak seorang pun yang tahu ujung antreannya, kapan dia akan mengakhirinya.

 

وَقَالَ الْفُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ لِرَجُلٍ: كَمْ أَتَتْ عَلَيْكَ ؟ قَالَ: سِتُّونَ سَنَةً، قَالَ: فَأَنْتَ مُنْذُ سِتِّينَ سَنَةً تَسِيرُ إِلَى رَبِّكَ يُوشِكُ أَنْ تَبْلُغَ، فَقَالَ الرَّجُلُ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، فَقَالَ الْفُضَيْلُ: أَتَعْرِفُ تَفْسِيرَهُ تَقُولُ: أَنَا لِلَّهِ عَبْدٌ وَإِلَيْهِ رَاجِعٌ، فَمَنْ عَلِمَ أَنَّهُ لِلَّهِ عَبْدٌ، وَأَنَّهُ إِلَيْهِ رَاجِعٌ، فَلْيَعْلَمْ أَنَّهُ مَوْقُوفٌ، وَمِنْ عَلِمَ أَنَّهُ مَوْقُوفٌ، فَلْيَعْلَمْ أَنَّهُ مَسْئُولٌ، وَمَنْ عَلِمَ أَنَّهُ مَسْئُولٌ، فَلْيُعِدَّ لِلسُّؤَالِ جَوَابًا

Oleh karena itu, Al-Fudhail bin ‘Iyadh pernah berkata pada seseorang, “Berapa umurmu sampai saat ini?” “Enam puluh tahun”, jawabnya. Fudhail berkata, “Itu berarti semenjak 60 tahun engkau telah berjalan menuju Rabbmu, maka hampir saja engkau akan sampai.” Pria itu berkata, “Inna lillah wa inna ilaihi raji’un.” (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sungguh kita akan kembali kepadaNya) “Apa engkau memahami maksud kalimat itu?”, tanya Fudhail. Lantas Fudhail berkata, “Maksud perkataanmu tadi adalah : “Aku adalah hamba milik Allah, dan akan kembali kepadaNya”. Siapa yang sadar dia adalah hamba Allah, sadar bahwa ia pasti akan kembali pada-Nya, maka hendaknya dia sadar juga bahwa ia akan diberdirikan di hadapan Allah.  Dan siapa yang sadar bahwa ia akna diberdirikan di hadapan Allah maka hendaknya dia tahu bahwa ia pasti akan ditanya (dimintai pertanggungjawaban atas amal perbuatannya -pen). Dan siapa yang tahu bahwasanya ia akan ditanya maka hendaknya ia menyiapkan jawaban untuk pertanyaan tersebut.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2/383)

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ۖ

Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah  (Qs Al Baqarah 281)

 

أَرَأَيْتَ الَّذِي يَنْهَىٰ

9. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{أَرَأَيْت} فِي الثَّلَاثَة مَوَاضِع لِلتَّعَجُّبِ {الَّذِي يَنْهَى} هُوَ أَبُو جَهْل

Aroaita (di tiga tempat) maknya lit ta’jub, yang melarang adalah ( Abu Jahal )

Siapa Abu Jahal?

Abu Jahal

Abu Jahal nama aslinya Amr bin Hisyam bin Mughirah dari suku Makhzum.

Dia termasuk pemuka suku Quraisy dari kabilah Kinanah. Sebelumnya dia digelari masyarakatnya dengan Abul Hakam (bapak kebijaksanaan) karena dianggap cerdas. Dia diizinkan untuk mengikuti Darun Nadwah – forum orang Quraisy yang hanya dihadiri oleh para pembesar Quraisy. Namun oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam digelari dengan Abu Jahal (bapak kebodohan). Karena dia membunuh Sumaiyah bintu Khayyath dengan tombak yang dimasukkan ke kemaluannya sampai mati…

 

Dialah yang mengusulkan untuk membantai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bareng-bareng dari banyak suku. Ketika mereka berkumpul di Dar an-Nadwah membahas, bagaimana cara paling tepat untuk membunuh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada banyak usulan, tapi semuanya mentok, karena mereka khawatir Bani Abdi Manaf akan menggugat dan menunntut qishas.

 

Kemudian Abu Jahal usul,

Setiap kabilah harus mengutus satu pemuda yang paling kuat, paling gagah, paling bagus. Masing-masing kita beri pedang terhunus, kemudian bersama-sama menyerang Muhammad dengan satu komando, dan dibunuh bareng-bareng. Jika Bani Abdi Manaf menuntut, mereka tidak akan mampu melawan banyak suku. Sehingga Bani Abdu Manaf hanya akan meminta ganti diyat 100 ekor onta.

Dan rencana inilah yang dijalankan… permusuhannnya yang luar biasa kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin, hingga dia digelari dengan Fir’aun umat ini.

Abu Jahal mati ketika perang Badar. Pada saat barisan kaum muslimin berhadapan dengan barisan musyrikin, tiba ada 2 pemuda berusia 16an tahun berposisi tepat disamping kanan dan kiri Abdurrahman bin Auf. Mereka adalah Muawidz dan Muadz bin Afra. Masing-masing bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, ‘Wahai paman, mana Abu Jahal yang paling keras memusuhi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam’. Setelah ditunjukkan, kedua pemuda ini berlomba menyerang hingga Abu Jahal tersungkur…

 

Setelah perang usai, Ibnu Mas’ud menyisir lapangan perang, hingga ketemu Abu Jahal yang sudah tidak berdaya.

“Siapa hari ini yang menang?” tanya Abu Jahal.

“Allah dan Rasul-Nya yang menang, wahai musuh Allah.” jawab Ibnu Mas’ud.

“Sungguh kamu telah berhasil naik ke puncak yang sulit, wahai penggembala kambing.” Kata Abu Jahal.

Kemudian Ibnu Mas’ud memenggal kepala Abu Jahal yang sudah terpotong telinganya. Dan dibawanya menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau berkomentar,

“Telinga balas telinga dan ditambah kepala.”

Karena Abu Jahal pernah memotong telinga Ibnu Mas’ud.

Referensi: https://konsultasisyariah.com/29308-siapa-abu-lahab-dan-abu-jahal.html

 

عَبْدًا إِذَا صَلَّىٰ

10. seorang hamba ketika mengerjakan shalat,

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{عَبْدًا} هُوَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {إِذَا صَلَّى}

Hamba ( Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) ketika sholat

 

أَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ عَلَى الْهُدَىٰ

11. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{أَرَأَيْت إِنْ كَانَ} الْمَنْهِيّ {عَلَى الْهُدَى}

“Bagaimana jika yang kamu larang itu dia diatas petunjuk”

 

أَوْ أَمَرَ بِالتَّقْوَىٰ

12. atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{أَوْ} لِلتَّقْسِيمِ {أَمَرَ بِالتَّقْوَى}

Atau memerintahkan pada ketakwaan

 

أَرَأَيْتَ إِنْ كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ

13. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{أَرَأَيْت إِنْ كَذَّبَ} أَيْ النَّاهِي النَّبِيّ {وَتَوَلَّى} عن الإيمان

Apa pendapatmu jika yang melarang (Abu Jahal) mendustakan dan berpaling (dari keimanan)

 

أَلَمْ يَعْلَمْ بِأَنَّ اللَّهَ يَرَىٰ

14. Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{أَلَمْ يَعْلَم بِأَنَّ اللَّه يَرَى} مَا صَدَرَ مِنْهُ أَيْ يَعْلَمهُ فَيُجَازِيه عَلَيْهِ أَيْ اِعْجَبْ مِنْهُ يَا مُخَاطَب مِنْ حَيْثُ نَهْيه عَنْ الصَّلَاة وَمِنْ حَيْثُ أَنَّ الْمَنْهِيّ عَلَى الْهُدَى آمِر بِالتَّقْوَى وَمِنْ حَيْثُ أَنَّ النَّاهِي مُكَذِّب مُتَوَلٍّ عَنْ الْإِيمَان

Tidak ada yang luput dari Allah, dan akan membalas perbuatannya tersebut dimana orang yang dilarang ibadah adalah orang yang diatas petunjuk dan memerintah pada ketakwaan, dan yang melarang dia mendustakan dan berpaling dari iman

Pentingnya Muroqobatullah

 

كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعًا بِالنَّاصِيَةِ

15. Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya,

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{كَلَّا} رَدْع لَهُ {لَئِنْ} لَام قَسَم {لَمْ يَنْتَهِ} عَمَّا هُوَ عَلَيْهِ مِنْ الْكُفْر {لَنَسْفَعًا بالناصية} لنجرن بِنَاصِيَتِهِ إِلَى النَّار

Sekali-kali tidak, Jika dia tidak berhenti dari perbuatannya (kekufuran) Sungguh akan kami seret ubun-ubunnya ke Neraka

والسفع القبض على الشيء وجذبه بشدة

(Tafsir Al Baidhowi)

Abu Huroiroh meriwayatkan “

قَالَ أَبُو جَهْلٍ: هَلْ يُعَفِّرُ مُحَمَّدٌ وَجْهَهُ بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟ قَالَ فَقِيلَ: نَعَمْ، فَقَالَ: وَاللَّاتِ وَالْعُزَّى لَئِنْ رَأَيْتُهُ يَفْعَلُ ذَلِكَ لَأَطَأَنَّ عَلَى رَقَبَتِهِ، أَوْ لَأُعَفِّرَنَّ وَجْهَهُ فِي التُّرَابِ، قَالَ: فَأَتَى رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُصَلِّي، زَعَمَ لِيَطَأَ عَلَى رَقَبَتِهِ، قَالَ: فَمَا فَجِئَهُمْ مِنْهُ إِلَّا وَهُوَ يَنْكُصُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَيَتَّقِي بِيَدَيْهِ، قَالَ: فَقِيلَ لَهُ: مَا لَكَ؟ فَقَالَ: إِنَّ بَيْنِي وَبَيْنَهُ لَخَنْدَقًا مِنْ نَارٍ وَهَوْلًا وَأَجْنِحَةً

Suatu kali, Abu Jahal berkata: “Apakah Muhammad pernah menggosokkan wajahnya ke tanah (sujud) di hadapan kalian?” Dijawab: “Ya.” Abu Jahal pun berkata: “Demi Lata dan Uzza, jika aku melihatnya melakukan itu, sungguh aku akan menginjak lehernya, atau aku gosokkan wajahnya ke tanah,” lantas dia pun mendatangi Rasulullah yang sedang melakukan shalat, dan mengira dapat menginjak leher Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Akan tetapi tiba-tiba dia mundur sambil berlindung dengan kedua tangannya. Maka ditanyakan kepadanya: “Mengapa engkau?” Abu Jahal menjawab: “Di antara aku dan dia terdapat parit api, siksa dan sayap-sayap (malaikat).”

Mengenai peristiwa ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ دَنَا مِنِّي لاَخْتَطَفَتْهُ الْمَلاَئِكَةُ عُضْوًا عُضْوًا

“Seandainya dia mendekatiku, niscaya akan disambar oleh para malaikat, satu demi satu dari anggota tubuhnya.” (HR Muslim no. 2154)

Allah mengirimkan malaikat Zabaniah, yang andai saja dia terus mendekati dan melarang Nabi melaksanakan shalat, maka malaikat tersebut akan menarik ubun-ubunnya dengan keras.

نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ

16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{نَاصِيَة} بَدَل نَكِرَة مِنْ مَعْرِفَة {كَاذِبَة خَاطِئَة} وَصَفَهَا بِذَلِكَ مَجَاز وَالْمُرَاد صَاحِبهَا

Majaz yang dimaksud adalah orangnya

ووصفها بالكذب والخطأ، وهما لصاحبها على الإسناد المجازي للمبالغة

(Tafsir Al Baidhowi)

فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ

17. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{فَلْيَدْعُ نَادِيهِ} أَيْ أَهْل نَادِيهِ وَهُوَ الْمَجْلِس يُنْتَدَى يَتَحَدَّث فِيهِ الْقَوْم وَكَانَ قَالَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم لما انتهزه حَيْثُ نَهَاهُ عَنْ الصَّلَاة لَقَدْ عَلِمْت مَا بِهَا رَجُل أَكْثَر نَادِيًا مِنِّي لَأَمْلَأَنَّ عَلَيْك هَذَا الْوَادِي إِنْ شِئْت خَيْلًا جُرْدًا وَرِجَالًا مردا

 

سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ

  18. kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah,

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{سَنَدَعُ الزَّبَانِيَة} الْمَلَائِكَة الْغِلَاظ الشِّدَاد لِإِهْلَاكِهِ كَمَا فِي الْحَدِيث لَوْ دَعَا نَادِيهِ لَأَخَذَتْهُ الزَّبَانِيَة عيانا

Allah mengajarkan Manusia , apa yang tidak mereka ketahui, yakni sebelum mereka diajarkan dari petunjuk, menulis, produksi dan selainnya

 

كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩

19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{كَلَّا} رَدْع لَهُ {لَا تُطِعْهُ} يَا مُحَمَّد فِي تَرْك الصَّلَاة {وَاسْجُدْ} صَلِّ لِلَّهِ {وَاقْتَرِبْ} منه بطاعته

Allah mengajarkan Manusia , apa yang tidak mereka ketahui, yakni sebelum mereka diajarkan dari petunjuk, menulis, produksi dan selainnya Tuhan).

Nabi bersabda:

عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً

“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu.” (HR Muslim no. 488)

 

Nabi bersabda dalam hadits yang lain:

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

“Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Rabb-nya adalah dalam keadaan dia sujud, maka perbanyaklah doa.” (HR Muslim no. 482)

Oleh karena itu, hendaknya setiap muslim memperbanyak sujudnya karena itu akan meninggikan derajatnya di sisi Allah.

 Jika ada orang yang selalu mengganggunya ketika beribadah, melarangnya berdakwah, mencegah ataupun mempersulitnya, maka hendaknya dia tetap bersabar, karena sesungguhnya dia sedang menempuh jalan seperti yang ditempuh oleh para Nabi dan Rasul.

Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "Al Alaq"