TAFSIR SURAH AL KAUTSAR
Tafsir Surah Al Kautsar
(Oleh : Aditya Bahari)
Surah Al Kafirun surah ke 108
Surah ini terdiri atas 3 ayat, termasuk surat Makkiyah yang
diturunkan karena munculnya cercaan orang-orang kafir Qurays kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Al Kautsar artinya: “Telaga”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“(1) Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{إِنَّا أَعْطَيْنَاك} يَا مُحَمَّد {الْكَوْثَر}
هُوَ نَهْر فِي الْجَنَّة هُوَ حَوْضه تَرِد عَلَيْهِ أُمَّته وَالْكَوْثَر
الْخَيْر الْكَثِير مِنْ النُّبُوَّة وَالْقُرْآن وَالشَّفَاعَة ونحوها
“Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu (Muhammad) Al Kautsar; yakni sungai di Surga, dan juga
Telaganya yang akan didatangi oleh ummat beliau, dan juga Al Kautsar maknanya
kebaikan yang banyak: Kenabian, Al-Qur’an, Asy Syafaa’at, dan selainnya”
Makna Al Kautsar
Al Kautsar secara bahasa artinya sesuatu yang banyak
Ada beberapa penafsiran tentang Al-Kautsar
Pertama: Al Kautsar adalah kenikmatan yang banyak
Kedua: Al Kautsar adalah sungai di Surga
dari Anas, ia berkata, suatu saat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sisi kami dan saat itu beliau dalam
keadaan tidur ringan (tidak nyenyak). Lantas beliau mengangkat kepala dan
tersenyum. Kami pun bertanya, “Mengapa engkau tertawa, wahai Rasulullah?” “Baru
saja turun kepadaku suatu surat.” Lalu beliau membaca, (Qs Al Kautsar).
Kemudian beliau berkata, “Tahukah
kalian apa itu Al Kautsar?” “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”, jawab
kami. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ
خَيْرٌ كَثِيرٌ هُوَ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Al Kautsar adalah sungai yang
dijanjikan oleh Rabbku ‘azza wa jalla. Sungai tersebut memiliki kebaikan yang
banyak. Ia adalah telaga yang nanti akan didatangi oleh umatku pada hari kiamat
nanti. (HR. Muslim no. 400).
Ketiga: Al Kautsar adalah Telaga di Mahsyar
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
وَيُطْلَقُ عَلَى الْحَوْضِ كَوْثَرٌ لِكَوْنِهِ يُمَدُّ
مِنْهُ
“Dan telaga Nabi
disebut juga dengan Al-Kautsar karena airnya berasal dari Sungai Al-Kautsar” (Fathul
Bari 11/446)
Dalam hadits Abu Dzarr disebutkan,
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا آنِيَةُ
الْحَوْضِ قَالَ « وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ
عَدَدِ نُجُومِ السَّمَاءِ وَكَوَاكِبِهَا أَلاَ فِى اللَّيْلَةِ الْمُظْلِمَةِ
الْمُصْحِيَةِ آنِيَةُ الْجَنَّةِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَا لَمْ يَظْمَأْ آخِرَ مَا
عَلَيْهِ يَشْخُبُ فِيهِ مِيزَابَانِ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْ شَرِبَ مِنْهُ لَمْ
يَظْمَأْ عَرْضُهُ مِثْلُ طُولِهِ مَا بَيْنَ عَمَّانَ إِلَى أَيْلَةَ مَاؤُهُ
أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ »
Dari Abu Dzarr, ia berkata, “Wahai
Rasulullah, bagaimana dengan bejana yang ada di al-haudh (telaga Al-Kautsar)?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya. Wadah untuk minum yang
ada di telaga Al-Kautsar banyaknya seperti jumlah bintang dan benda yang ada di
langit pada malam yang gelap gulita. Itulah gelas-gelas di surga. Barang siapa
yang minum air telaga tersebut, maka ia tidak akan merasa haus selamanya. Di
telaga tersebut ada dua saluran air yang tersambung ke Surga. Barang siapa
meminum airnya, maka ia tidak akan merasa haus. Lebarnya sama dengan
panjangnya, yaitu seukuran antara Amman dan Ailah. Airnya lebih putih dari pada
susu dan rasanya lebih manis dari pada manisnya madu.” (HR. Muslim, no. 2300)
Sifat Pancuran Air Telaga
يصبُّ فيه ميزابانِ يمدَّانه من الجنَّةِ ، أحدُهما من ذهبٍ ،
والآخرُ من وَرِقٍ
“Mengalir air yang
deras melalui dua pancuran air dari surga, pancuran pertama terbuat dari emas,
dan satu lagi dari perak.” (Shahihul Jami’ no:2498)
Sifat Air Telaga
وماؤُهُ أحلَى منَ العسلِ ، وأبيَضُ منَ الثَّلجِ
“Airnya lebih putih dari pada susu dan rasanya lebih manis dari
pada manisnya madu.” (Diriwayatkan oleh At Tirmidzi: 3361)
Sifat Tanah Sungai Al Kautsar
تُربتُهُ أطيبُ مِنَ المسكِ
“Tanahnya lebih harum dari minyak kasturi.” (Diriwayatkan
oleh At Tirmidzi: 3361)
Beriman terhadap Telaga Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Bahkan dalam kitab-kitab Aqidah,
ada penyebutan iman terhadap telaga.
Sebagaimana dalam mandzumah
Haiyyah
ولا تنكرن جهلاً نكيراً ومنكراً … ولا الحوض والميزان إنك تنصح
“Dan jangan mengingkari dengan
kebodohan tentang Munka Nakir, juga jangan mengingkari tentang haudh (telaga)
dan juga Mizan (timbangan) sesungguhnya kamu diberikan nasehat”
Orang Yang Terhalang Dari
Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Namun ternyata ada orang-orang
yang terhalang, bahkan diusir dari Telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
أَنَا
فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى
إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ
أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di
al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian.
Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka
dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu
Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat
sesudahmu.’ ” (HR. Bukhari, no. 7049)
Dalam riwayat lain dikatakan:
إنهم مني. فيقال : إنك لا تدري ما بدَّلوا بعدك فأقولُ سُحقًا
سحقًا لمن بدَّل بعدي
“Wahai Rabbku,
mereka betul-betul ummatku, maka dikatakan: “Sesungguhnya engkau tidak tahu bahwa
mereka telah mengganti ajaranmu setelahmu. “Kemudian au berkata: “Celaka! Celaka
bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku.” (HR. Bukhari no: 7051)
Konsekuensi nikmat adalah:
mensyukurinya, bagaimana cara mensyukuri nikmat?
Diantaranya adalah dengan menegakkan
ibadah kepada Allah
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“(2) Maka dirikanlah shalat
karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{فَصَلِّ لِرَبِّك} صَلَاة عِيد النَّحْر
{وَانْحَرْ} نُسُكك
“Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu, (sholat ‘iedhul nahri)
dan berkurbanlah (sembelihlah!) sesembelihanmu"
Rukun Syukur ada 3:
"وهو
مبني على ثلاثة أركان: الاعتراف بها باطناً، والتحدث بها ظاهراً، وتصريفها في مرضاة
ولِيِّها ومُسدِيها ومُعطِيها، فإذا فعل ذلك فقد شكرها مع تقصيره في شكرها"
“Syukur dibangung diatas 3 rukun:
Mengakui dengan bathin, membicarakan secara dzahir, menggunakan nikmat tersebut
dalam perkara yang diridhai Allah, jika sudah melaksanakan itu maka sungguh ia
telah mensyukurinya bersamaan dengan kekurangannya dalam bersyukur”
(Al Wabilush Shoyyib hlm 5)
Allah mengajarkan kepada Nabi-Nya
bahwa salah satu bentuk syukur, bahkan inilah syukur yang paling tinggi, yaitu
dengan beribadah kepada Allah Ta’aala.
Setelah Allah menyebutkan nikmat
yang banyak kepada Nabi-Nya, Allah perintahkan Nabi-Nya, untuk mendirikan
sholat & menyembelih
Sedikitnya orang yang bersyukur (terutama syukur dengan praktek)
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Dan sedikit sekali dari
hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (Qs Saba’: 13)
Perintah Sholat lillah (ikhlas
karena Allah)
عن محمد بن كعب القرظي، أنه كان يقول في هذه الآية: ﴿إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ﴾ يقول: إن ناسا كانوا
يصلون لغير الله، وينحرون لغير الله، فإذا أعطيناك الكوثر يا محمد، فلا تكن صلاتك
ونحرك إلا لي.
Dari Muhammad bin Ka’ab Al Qurodhiy
mengatakan tentang ayat (Qs Al Kautsar) beliau berkata: “Sesungguhnya manusia
dahulu sholat kepada selain Allah, dan menyembelih kepada selain Allah. Mak jika
telah Kami berikan kepadamu (Muhammad) Al Kautsar maka janganlah sholat kecuali
kepada-Ku, jangan menyembelih kecuali kepada Allah.” (Tafsir Al Qurthubi)
Diantara sholat bukan karena Allah: seorang ketika ingin
menikahi anak perempuan dari salah seorang yang shalih, kemudian dia mulai
rajin sekali sholat ke masjid
Selain itu hendaknya sesebelihan
kita, qurban kita juga kita berikan kepada Allah, ikhlas karena-Nya
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: sesungguhnya
sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. (Qs Al An’am: 162)
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“(3) Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{إِنَّ شَانِئُك} أَيْ مُبْغِضك {هُوَ
الْأَبْتَر} الْمُنْقَطِع عَنْ كُلّ خَيْر أَوْ الْمُنْقَطِع الْعَقِب نَزَلَتْ
فِي الْعَاصِي بْن وَائِل سَمَّى النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَبْتَر عِنْد مَوْت اِبْنه القاسم
“Sesungguhnya orang-orang yang membencimu, merekalah yang
terputus (terputus dari segala kebaikan) atau terputus keturunan, turun karena
Al ‘Ash bin Wa’il yang menyebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terputus
(keturunannya) saat Al Qosim (putra beliau) meninggal”.
Ayat ini juga mengisyaratkan,
bahwasanya siapapun yang meniti jalan ini (jalannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam), maka siap-siap akan mendapatkan tantangan, akan ada orang-orang yang membencinya
Jangan berharap ketemu Musuh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
أَيُّها الناس، لا تَتَمَنَّوْا لِقَاء الْعَدُوِّ، وَاسْأَلوا
الله الْعافية فَإِذا لَقِيتموهم فَاصْبِرُوا
"Wahai manusia, janganlah
kalian mengharapkan bertemu musuh! Mohonlah keselamatan kepada Allah! Jika
kalian telah bertemu musuh maka bersabarlah” (Muttafaqun ‘alaih)
Orang yang membenci/mencela
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan terputus
Al Ash bin Wa’il ternyata tidak
terkenal, sementara Nabi Muhammad nama beliau Allah angkat penyebutannya
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
berfirman:
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
Dan Kami tinggikan bagimu
sebutan (nama)mu,(Qs Al In syirah: 4)
Akibat Mencela Hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Imam Muhammad bin Isma’il
menyebutkan dalam kitabnya, Syarh Shahih Muslim, “Saya mendengar dalam sebagian
hikayat bahwa ada sebagian ahli bid’ah ketika mendengar sabda Nabi,
إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنَ اللَّيْلِ فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ
فِي الإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِى أَيْنَ
بَاتَتْ يَدُهُ
“Apabila salah seorang di
antara kalian bangun dari tidurnya, janganlah dia memasukkan tangannya ke
bejana sehingga dia mencucinya terlebih dahulu. Sebab dia tidak tahu di mana
tangannya bermalam.” (HR. Muslim no. 103)
Ahli bid’ah itu dengan nada
mencela berkomentar, “Saya tahu kok di mana tanganku bermalam, ya di atas
kasur!”
Maka tatkala (terbangun) di pagi
hari, ternyata dia memasukkan tangannya ke duburnya, hingga sampai
siku-sikunya!”
Imam at-Taimi mengomentari kisah
di atas, “Maka hendaknya seorang takut dari merendahkan sunnah Nabi. Lihatlah
kesudahan mereka yang sangat mengenaskan di atas.”
Posting Komentar untuk "TAFSIR SURAH AL KAUTSAR"