Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tafsir Surah Al Qurays



Tafsir Surah Al Quraisy

(Oleh : Aditya Bahari)

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

Muqadimah

Surah Al Qurays surah ke 106

Surah ini terdiri atas 4 ayat

Al Qurays artinya: “Suku Qurays”

Termasuk Surah Makkiyah

 

Beberapa Ulama berpendapat surah ini ada kaitannya dengan Al Fil

Bahkan ini pendapat shahabat Ubay bin Ka’ab radhiyAllahu ‘anhu, akan tetapi Jumhur para Shahabat berpendapat bahwa Al Quraisy merupakan surah tersendiri berbeda dengan Al Fil.

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ

“(1) Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,

 

( iilaaf ) ada dua makna:

Makna Iilaaf pada ayat ini adalah bersatu dari kata kerja Aalafa yang bermakna Allafa : “Persatuan” / “penggabungan”

Yakni persatuan orang-orang Qurays yang tinggal di kota Makkah.

(iilaaf) bermakna : I’taada : “kebiasaan” dan ini yang berkaitan dengan ayat yang kedua

 

Siapa Itu Qurays?

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ، وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ، وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ

Sesungguhnya Allah memilih Kinanah diantara keturunan Ismail, dan memilih Quraisy diantra keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim diantara suku Quraisy. Dan Allah memilihku diantara Bani Hasyim. (HR. Muslim 2276, Ahmad 16986 dan lainnya)

Jadi Quraisy merupakan keturunan Kinanah

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

إِيلَافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ

“(2) (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{إِيلَافهمْ} تَأْكِيد وَهُوَ مَصْدَر آلَف بِالْمَدِّ {رِحْلَة الشِّتَاء} إِلَى الْيَمَن {و} رِحْلَة {الصَّيْف} إِلَى الشَّام فِي كُلّ عَام يَسْتَعِينُونَ بِالرِّحْلَتَيْنِ لِلتِّجَارَةِ عَلَى الْمُقَام بِمَكَّة لِخِدْمَةِ الْبَيْت الَّذِي هُوَ فَخْرهمْ وَهُمْ وَلَد النَّضْر بْن كِنَانَة

“Ta’kiid mashdar aaalafa bil madd rihlah musim dingin ke Yaman, dan rihlah musim panas ke Syam (Palestina, Yordania, Lebanon, Suria) setiap tahun mereka menggunakan dua rihlah ini untuk berdagang agar tetap bisa tinggal di Mekah, berkhidmad kepada Baitullah, dimana adanya Baitullah merupakan kebanggaan bagi mereka: mereka (Quraisy) merupakan anak dari an Nadhor bin Kinanah:”

 

Siapa Yang Pertama Kali Mengadakan Rihlah Dagang ini?

“Yang pertama kali memulai rihlah ini adalah Hasyim bin Abdi Manaf, kemudian mereka membagi keuntungannya antara yang kaya dan miskin, hingga seorang faqir mereka seperti kalangan orang kaya diantara mereka, dan cara ini diikuti oleh saudara Hasyim, Hasyim safar ke Syam, Abdusy Syam (Tidak boleh memberi nama menghamba kepada makhluk) ke Habasyah, Al Muthallib ke Yaman, Naufal ke Persia, maka Para Pedagang mereka berpencar ke tempat-tempat ini, dengan kedudukan mereka pembesar ini, yakni dengan membuat perjanjian keamanan dari Raja-raja setiap tempat” (Lihat Hasyiyah Ash Showi)

Oleh karena itu para pedagang yang pergi ke Yaman dimusim dingin, dan juga ke Syam waktu musim panas, mereka aman dari gangguan sampai kembali lagi ke Makkah

Negri Makkah yang tandus

Siapa yang pertama kali meninggalkan Suami dan anaknya di lembah yang tandus?

Nabi Ibrahim ‘Alaihis salam, meninggalkan istrinya Hajar, dan anaknya Isma’il

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

(Qs Ibrahim: 37)

Ini merupakan dalil bahwa Makkah diberkahi oleh Allah Subhaanahu Wa Ta’aala, walaupun tandus akan tetapi Allah berikan buah-buahan dan juga keamanan di Makkah

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَٰذَا الْبَيْتِ

“(3) Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{فَلْيَعْبُدُوا} تَعَلَّقَ بِهِ لِإِيلَافِ وَالْفَاء زَائِدَة {رَبّ هذا البيت}

“maka sembahlah kalian, berkaitan dengan Rabb Bait (Allah Azza Wa Jalla)”

Puncak Syukur adalah dengan menjadikan nikmat untuk menjalankan ketaatan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’aala

كان النبي صلى الله عليه و سلم يصلي حتى تفطر قدماه و ترم سقاه، فيقال له : أتفعل ذلك و قد غفر لك ما تقدم من ذنبك وما تأخر؟ فيقول : أفلا أكون عبدا شكورا..

Nabi-shallallahu ‘alaihi wa sallam- biasa sholat hingga kedua telapak kaki dan betis beliau bengkak. Lantas seorang sahabat bertanya kepada beliau, ” Mengapa anda mengerjakan yang demikian? Bukankah dosa anda yang telah lalu maupun yang akan datang telah diampuni?”. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-bersabda, “Tidakkah sudah sepatutnya aku menjadi hamba yang bersyukur.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i)

Ibadah disini bukan sekedar beribadah, akan tetapi hendaknya ibadahnya dibangun diatas keikhlasan kepada Allah Azza Wa Jalla

 

Dua nikmat yang terlupakan

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

“(4) Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوع} أَيْ مِنْ أَجْله {وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْف} أَيْ مِنْ أَجْله وَكَانَ يُصِيبهُمْ الْجُوع لِعَدَمِ الزَّرْع بِمَكَّة وَخَافُوا جَيْش الفيل

“Yang memberi mereka makan dari kelaparan, memberi keamanan dari ketakutan, dimana mereka kaum Qurays ini dilanda kelaparan karena tidak ada pertanian di Makah, dan mereka takut dari tentara Gajah”

Dari Abu Hurairah radhiyAllahu ‘anhu berkata: Rasulullah keluar disuatu hari, kemudian bertemu Abu Bakar, dan Umar radhiyAllahu ‘anhuma, Rasulullah bertanya:

مَا أَخْرَجَكُمَا مِنْ بُيُوتِكُما هذِهِ السَّاعَةَ؟

“Apa yang menyebabkan kalian berdua keluar dari rumah waktu ini?”

Keduanya menjawab:

 ، قَالا: الجُوعُ يَا رَسولَ اللَّه

“Karena lapar Wahai Rasulullah”

Demikian aku, Demi Allah yang jiwaku berada ditangan-Nya aku juga keluar rumah disebabkan apa yang kalian alami, berdirilah! Kemudian mereka berdua berdiri lalu mendatangi rumah fulan, ketika istrinya melihat  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dia berkata: Marhaban (silahkan), Nabi bertanya: “kemana suamimu?” baru mengambil air yang bersih untuk kami, ketika fulan orang anshar ini datang ketika melihat Rasulullah dan kedua shahabatnya, dia berkata:

الحَمْدُ للَّه، مَا أَحَدٌ اليَوْمَ أَكْرَمَ أَضْيافاً مِنِّي فانْطَلقَ فَجَاءَهُمْ بِعِذْقٍ فِيهِ بُسْرٌ وتَمْرٌ ورُطَبٌ، فَقَالَ: كُلُوا

“Alhamdulillah, tidak ada tamu yang lebih mulia selain aku, dia membawakan nampan lalu ada kurma, dan mempersilahkan”

Lelaki Anshor itu lalu mengambil pisau untuk menyembelih, Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkannya :

(إِيَّاكَ وَالحَلُوبَ)

Maka disembelihlah sesembelihan untuk Rasulullah dan 2 orang shahabatnya

فلمَّا أَنْ شَبعُوا وَرَوُوا قَالَ رسولُ اللَّه ﷺ لأَبي بكرٍ وعُمَرَ -رضي اللَّه عنهما- :

Ketika sudah kenyang dan hilag dahaga, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Bakar & Umar:

(وَالَّذِي نَفْسي بِيَدِهِ، لَتُسْأَلُنَّ عَنْ هذَا النَّعيمِ يَوْمَ القِيامَةِ، أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمُ الجُوعُ، ثُمَّ لَمْ تَرْجِعُوا حَتَّى أَصَابَكُمْ هذا النَّعِيمُ) رواه مسلم

“Demi Allah sungguh akan ditanyakan kepada kalian tentang nikmat ini pada hari kiamat, Kelaparan membuat kalian keluar rumah kemudian kalian pulang dengan nikmat ini” (HR Muslim)

 

Kelaparan merupakan keadaan yang tidak nyaman, oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari kelaparan

اللَّهمَّ إنِّي أعوذُ بِكَ منَ الجوعِ ، فإنَّهُ بئسَ الضَّجيعُ

‘ALLOHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MINAL JUU’ FAINNAHU BI’SADH DHOJII’

“Ya Allah aku berlindung dari lapar, sesungguhnya kelaparan merupakan teman tidur yang buruk”

 


Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "Tafsir Surah Al Qurays"