Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PELAJARAN DARI KISAH LUQMAN AL HAKIM

 


PELAJARAN DARI KISAH LUQMAN AL HAKIM

Oleh Aditya Bahari

 

Bismillahirrahmaanirrahiim

Muqadimah

Ayat-ayat dalam Al-Quran yang berkisah tentang nasehat bijak Luqman Al Hakim

Tema kajian ini cocok untuk orang tua, begitu juga anak-anak bisa menyimaknya

 

Kandungan ayat

Pelajaran Aqidah, Adab & Akhlak,

 

Siapa itu Luqman Al Hakim?

Pertama: Ada yang mengatakan dia adalah seorang Nabi

Pendapat Ikrimah

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman (Qs Luqman: 12)

Karena makna hikmah dalam Al-Quran terkadang datang bermakna wahyu

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَآتَيْنَاهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْلَ الْخِطَابِ

Dan Kami kuatkan kerajaannya dan Kami berikan kepadanya hikmahdan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan. (Qs Shad: 20)

 

Kedua: Hamba Shalih (ini yang lebih kuat)

Luqman berkulit hitam, ini menunjukkan bahwa Islam tidak membeda-bedakan dari warna kulis ras dsb semua bisa meraih derajat tinggi disisi Allah Subhaanahu Wa Ta’aala

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ وَلاَ عَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلاَ أَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى

Ketahuilah bahwa tidak ada keutamaan bagi orang ‘Arab di atas orang ‘Ajam (non ‘Arab), tidak keutamaan bagi orang ajam di atas orang arab, juga bagi yang berkulit merah di atas yang berkulit hitam atau bagi yang berkulit hitam di atas yang berkulit merah kecuali dengan sebab ketakwaan. [HR. Ahmad, 5/411 dan lain-lain, dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahîhah, no. 2700].

 

Contohnya dalam Islam:

Bilal, dari habasyi, Salman Al Farisi

Sebagian sya’ir mengatakan:

فقد رفع الاسلام سلمان فارسٍ وقد وضع الشرك الشرِيفَ أَبا لَهب

“Sungguh Islam telah mengangkat kedudukan Salman Farisi, dan kesyirikan merendahkan Abu Lahab yang memiliki nasab yang tinggi”

 

Kita tanamkan kepada anak-anak kita, yang terpenting bukan penampilan

 

Luqman Hidup dizaman siapa?

Disebutkan beliau hidup semasa dengan Nabi Dawud ‘Alaihis salaam

أنَّ لُقمانَ كان عندَ داودَ وهو يَسْرُدُ الدِّرعَ  ، فجعَل يَفتِلُه هكذا بيَدِه، فجعَل لُقمانُ يتعجَّبُ ويُريدُ أن يَسألَه، فتَمنَعُه حِكمتُه أن يَسألَ، فلمَّا فرَغ منها ضمَّها على نفْسِه، وقال: نِعْمَ دِرعُ الحربِ هذه! فقال لقمانُ: إنَّ الصَّمتَ مِن الحُكمِ  ، وقليلٌ فاعِلُه، كنتُ أريدُ أن أسألَك فسكَتُّ حتَّى كَفَيْتَني

 

PENJELASAN

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (Qs Luqman 12)

Juga firman Allah Ta’aala:

وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ

Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya (Qs Al Muzammil: 20)

Semua kebaikan, amal shalih yang kita kerjakan, akan kembali kepada kita, Allah tidak butuh pada amal shalih kita

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Qudsi:

يَاعِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا

 

PENJELASAN

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Qs Luqman: 13)

Mau’idhoh = Nasehati disertai peringatan

 

Panggilan untuk anak menunjukkan kasih sayang

Ya Bunayya

Bahkan Nuh memanggil demikian juga kepada Kan’an anaknya yang kafir

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا

"Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami” (Qs Hud: 42)

Jadikanlah nasehatmu kepada anak, kamu tunjukkan bahwa itu sebagai bentuk sayang

 

Jangan melakukan kesyirikan

Kesyirikan kenapa dinamai kedzaliman?

 

Wasiat Berbakti kepada orang tua

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

Sebagian Ulama berpendapat bahwa Ibu lebih dikedepankan dalam bakti

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Akan tetapi yang benarnya bahwa tidak ada perbedaan dalam bakti

Allah Ta’aala berfirman:

۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ

Dalam doa juga dua

RABBIRHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANI SHOGHIIRO

 

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Laa Thoo’ata lii makhluuk fii Ma’siatil khaliq

 

ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ

Anjuran agar anak memilih teman bergaul yang bauk

Ash Shohibu Saahib

 

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

NASEHAT IMANIYAH

MUROQOBAH

Menanamkan muroqabah kepada anak

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. (Qs Ghafir: 19)

 

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

IBADAH

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki dan anak perempuan)!

Sholat menahan seorang dari keburukan

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).

Doa : Robbij’alnii Muqiimash sholaati….

 

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Adab agar tidak sombong:

Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ

“Cukuplah seseorang berbuat keburukan jika dia merendahkan saudaranya sesama muslim.” (HR. Muslim).

 

وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wa salllam :

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim, no. 2749, dari ‘Abdullah bin Mas’ûd]

 

 

Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "PELAJARAN DARI KISAH LUQMAN AL HAKIM"