TAFSIR SURAH AL KAFIRUN
Tafsir Surah Al
Kafirun
(Oleh : Aditya Bahari)
Surah Al Kafirun surah ke 109
Surah ini terdiri atas 6 ayat, termasuk surat Makkiyah
Al Kafirun artinya: “Orang-orang kafir”
Nama Lain Surah Al Kafirun adalah surat Al Ikhlas
Keutamaan surah al-kafirun
-
Disunnahkan dibaca pada
sholat qobliyah shubuh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نِعْمَت السُّورَتَانِ يُقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَىِن قبل
الْفَجْرِ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} وَ {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ}
.
“Sebaik-baik surah yang dibaca ketika dua
rokaat qabliyah Shubuh adalah Qul huwAllahu Ahad dan Qul yaa ayyuhal kafirun” (HR. Ibnu
Khuzaimah 4/273).
SubhaanAllah,
kalau kita merenungi dan mempelajari tafsir kedua surat ini, maka kita setiap
hari berlepas diri dari kesyirikan baik secara keilmuan, maupun secara amalan
dzahir (yang nampak) dari amalan anggota badan, Qs Al Ikhlas berisi baro’ah
minasy syirk pernyataan melepaskan diri dari kesyirikan dari segi keilmuan atau
tauhid, adapun Qs Al Kafirun pernyataan melepaskan diri dari kesyirikan secara
amalan
Tentang 2 rokaat sunnah sebelum shubuh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua raka’at fajar (shalat sunnah
qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR.
Muslim no. 725). Jika keutamaan shalat sunnah fajar saja demikian adanya,
bagaimana lagi dengan keutamaan shalat Shubuh itu sendiri.
فينبغي للإنسان أن يحافظ عليها وأن يحرص عليها حضرا وسفرا وإذا
فاتته قبل الصلاة فليصلهما بعدها إما في نفس الوقت وإما بعد ارتفاع الشمس قيد رمح
“Hendaknya bagi kita agar supaya
menjaganya (sholat sunnah fajar) dan bersemangat dalam mengerjakannya baik saat
mukim maupun saat safar, dan jika terlewat dari mengerjakannya, maka bisa
langsung sholat setelah (shubuhnya) atau menunggu sampai matahari naik setinggi
anak panah”
(Syaikh Utsaimin dalam Riyadhus
Shalihin)
-
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca Qs Al Kafirun pada sholat witir beliau
Aisyah menjawab ketika ditanya tentang surah apa yang dibaca setelah
Al Fatihah pada sholat witir:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَقْرَأُ مِنَ الْوِتْرِ بِـ {سَبِّحِ
اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى} ، وَفِيْ الرَّكَعَةِ الثَّانِيَةِ بِـ{قُلْ يَا
أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ} ، وَفِيْ الثَّالِثَةِ بِـ {قُلْ هُوَ اللهُ أَحَد}،
وَلاَ يُسَلِّمُ إِلَّا فِيْ آخِرِهِنَّ”. أخرجه النسائي.
Dahulu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa salllam membaca dari
shalat witirnya surat al-A’la, dan pada raka’at kedua membaca surat
al-Kaafirun, dan rakaat ketiga membaca Qul Huwallahu Ahad. Beliau tidak salam
kecuali di akhirnya. [HR an-Nasâ’i dan dishahîhkan Syaikh
al-Albâni dalam Shahih Sunan an-Nasâ’i, 1/372].
-
Diantara sunnahnya Qs Al Kafirun
dibaca pada malam hari sebelum tidur
اقْرَأْ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ثُمَّ نَمْ عَلَى
خَاتِمَتِهَا فَإِنَّهَا بَرَاءَةٌ مِنْ الشِّرْكِ”.
“Bacalah “Qul ya ayyuhal kafirun” (Surat al-Kafirun). Lalu
tidurlah sesudah engkau selesai membacanya. Sungguh itu adalah bentuk berlepas
diri dari kesyirikan.” (HR. Abu Dawud. Isnad hadits ini dinilai
shahih oleh Al-Hakim dan Ibn Hajar).
Sebab Turunnya Surat
أن قريشا وعدوا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يعطوه مالا
فيكون أغنى رجل بمكة ، ويزّوجوه ما أراد من النساء ، ويطئوا عقبه ، فقالوا له :
هذا لك عندنا يا محمد ، وكفّ عن شتم آلهتنا ، فلا تذكرها بسوء ، فإن لم تفعل فإنا
نعرض عليك خصلة واحدة ، فهي لك ولنا فيها صلاح . قال : ما هي ؟ قالوا : تعبد
آلهتنا سنة : اللات والعزي ، ونعبد إلهك سنة ، قال : حتى أنْظُرَ ما يأْتي مِنْ
عِنْدِ رَبّي . فجاء الوحي من اللوح المحفوظ : (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ)
السورة، وأنزل الله
رواه ابن أبي حاتم في " التفسير " (10/3471)،
والطبري في " جامع البيان " (24/703)، والطبراني في " المعجم
الصغير " (751)
“Bahwa orang musyrik
quraysh, menjanjikan kepada Rasulullah, untuk memberikan harta sehingga beliau
menjadi orang yang paling kaya di Mekah, dan menikahkannya dengan wanita yang
beliau inginkan.
Mereka berkata kepada Nabi
Muhammad : “ini semua untukmu dari kami wahai Muhammad, tapi kamu tahan lisanmu,
jangan mencela sesembahan-sesembahan kami dengan keburukan, kalau kamu
masih tidak mau, maka kami tawarkan untukmu sesuatu yang lain: sama-sama
baiknya bagimu dan bagi kami, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya:
Apa itu? Mereka menjawab: “Kamu sembah Tuhan-tuhan kami setahun; Laata Wal
Uzza, dan kami akan menyembah Tuhanmu setahun”, maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam sampai datang wahyu dari Tuhanku, maka turunlah wahyu “Qul yaa Ayyuhal
Kafirun”
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
berfirman:
قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ
أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ
Katakanlah: "Maka apakah
kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang jahil?(Qs Az
Zumar: 64)
Orang bodoh atau
jahil, mereka ingin menyamakan bahwasanya Agama yang haq, agama yang telah
sempurna disamakan dengan ibadah kesyirikan. Maka kita bisa mengambil faedah
bahwa orang-orang yang meyakini kesempurnaan agama Islam dan bahwa Agama yang
diridhoi Allah hanyalah agama Islam merupakan kecerdasan. Dan orang-orang yang meyakini
dan menganggap semua agama sama maka pada hakekatnya dia adalah orang jahil,
walaupun title berjejer dibelakang namanya
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
“(1) Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir,
Orang kafir ada 2:
1. Orang kafir ashli
2. Orang kafir karena murtad
“Katakanlah Muhammad kepada
orang-orang kafir, dengan tegas dan lantang”
لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
“(2)
Aku (Muhammad) tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{لَا أَعْبُد} فِي الْحَال {مَا تَعْبُدُونَ}
مِنْ الأصنام
“Aku tidak menyembah (hari ini) apa yang kamu sembah (dari
berhala-berhala)”
Terdapat dua prinsip dasar dalam Agama Islam
1.
Tidak boleh menyembah
sesembahannya orang kafir
Kalau kita mengulang pelajaran kita lagi apa itu definisi
Islam? : Islam adalah berserah diri kepada Allah, tunduk dan patuh kepada
Allah dengan tauhid, dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelaku kesyirikan
Dari sini kita tahu bahwa
menyembah sesembahan orang kafir tidak diperbolehkan dalam islam karena
termasuk prinsip baro’ah berlepas diri adalah, berlepas diri dari kesyirikan
dan para pelaku kesyirikan
Lebih baik mana? Sesembahan yang satu atau yang sesembahan
yang banyak?
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ
مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik,
tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa? (Qs Yusuf: 39)
2.
Tidak boleh meniru tata
caranya ibadah orang kafir
Karena Agama Islam sudah sempurna
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu
(Qs Al Maidah: 3)
Inilah syarat diterimanya amal yakni: Al Ikhlas dan Mengikuti
contoh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
“(3)
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Karena tidak adanya ikhlas
dalam ibadah kalian kepada Allah, ibadah kalian kepada Allah yang diiringi
dengan kesyirikan itu tidak dianggap ibadah (Tafsir As Se’di)
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ} فِي الْحَال {مَا أَعْبُد} وَهُوَ
اللَّه تَعَالَى وَحْده
“Dan kamu juga tidak menyembah (pada hari ini) apa yang aku
sembah yakni Allah Ta’aala saja”.
«يَا حُصَيْنُ كَمْ
تَعْبُدُ اليَوْمَ إِلَهًا»؟ قَالَ أَبِي: سَبْعَةً، سِتَّةً فِي الأَرْضِ
وَوَاحِدًا فِي السَّمَاءِ.
“Wahai Hushoin, hari ini berapa Tuhan yang kamu sembah?
Dia menjawab: ada tujuh, enam di Bumi dan satu di Langit”
Kita juga mengetahui dalam Pembebasan Kota Makkah, kala itu
di dalam Ka’bah ada sekitar 360 berhala yang akhirmya di hancurkan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
“(4)
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{وَلَا أَنَا عَابِد} فِي الِاسْتِقْبَال {مَا عَبَدْتُمْ}
“dan aku tidak menyembah dimasa mendatang apa yang kalian sembah”.
وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ
“(5)
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ} فِي الِاسْتِقْبَال {مَا أَعْبُد}
عَلِمَ اللَّه مِنْهُمْ أَنَّهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ وَإِطْلَاق مَا عَلَى اللَّه
عَلَى وَجْه الْمُقَابَلَة
“Dan kalian tidak menyembah di masa mendatang, apa yang aku
sembah, Allah Maha Tahu bahwa mereka tidak beriman, adapun penggunaan (ma)
hanya sebagai muqobalah (musyakalah) penulisan saja”
قوله: (على وجه المقابلة) أي المشاكلة، وهذا مبني على القول
بأنه لا يجوز وقوع ما على العالم، وأما على مذهب من يجوز ذلك، فلا يحتاج للاعتذار بالمقابلة،
وكان المناسب للمفسر أن يقول: وإطلاق ما على العالم فصيح وحسنه المشاكلة.
اعلم أنه اختلف المفسرون في هذه السورة، هل فيها تكرار أو
لا؟
فعلى الأول: هو للتأكيد، وفائدة قطع أطماع الكفار، وتحقيق إخبار بأنهم لا يسلمون
أبداً. وعلى الثاني: فكل جملة مقيدة بزمن غير الزمن الذي قيدت به الأخرى. فدرج
المفسر على أن النفي الأول محمول على الحال، والثاني على الاستقبال،
“Ketahuilah: para Ulama tafsir
berbeda pendapat apakah ada pengulangan atau tidak
Pendapat 1: terdapat pengulangan,
bermakna penekanan dan penegasan, memutus thoma’ (keinginan kuat aorang-orang
kafir), juga sebagai penegasan tentang apa yang disampaikan bahwa mereka (kaum
muslimin) tidak menerima tawaran tersebut selamanya
Pendapat 2: Tidak ada pengulangan,
setiap kalimat atau ayat tadi terkait dengan waktunya, untuk ayat 2&3
terikat dengan waktu sekarang adapun ayat 4&5 untuk waktu mendatang
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“(6)
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{لَكُمْ دِينكُمْ} الشِّرْك {وَلِيَ دِين} الْإِسْلَام وَهَذَا
قَبْل أَنْ يُؤْمَر بِالْحَرْبِ وَحَذَفَ يَاء الْإِضَافَة الْقُرَّاء السَّبْعَة
وَقْفًا وَوَصْلًا وَأَثْبَتَهَا يَعْقُوب فِي الحالين
“Untuk kalian agama kalian (yakni agama kesyirikan) dan untukku
(Islam) agamaku” da ini ketika belum diperintahkan untuk memerangi orang kafir”
Dihilangkan yak idhofahnya menurut pendapat para Ahli Qiroah
yang 7, baik kondisi waqof (berhenti) maupun washl (disambung)
Sebagaiman firman Allah Subhaanahu Wa Ta’aala di ayat yang
lain:
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya masing-masing". (yakni menurut caranya sendiri-sendiri)
Juga Firman Allah Subhaanahu Wa Ta’aala:
أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا
بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ
Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan
akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". (Qs Yunus: 41)
Ayat ini dijadikan sebagian kelompok
untuk membolehkan pluralisme (yakni yang memahami bahwa semua agama itu sama,
semua agama adalah benar) dengan dalil ayat terakhir ini seakan membolehkan
mengizinkan agama mereka, padahal ayat ini sama sekali tidak bertentangan
dengan ayat-ayat sebelumnya, yang datang dalam bentuk penegasan dan celaan
terhadap orang kafir yang berbuat kesyirikan
Agama yang benar disisi Allah
hanyalah agama Islam:
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ
Sesungguhnya agama (yang
diridhai) disisi Allah hanyalah Islam (Qs Ali Imran: 19)
Juga Firman Allah Subhaanahu Wa
Ta’aala:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا
فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama
selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama
itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Qs Ali
Imran: 85)
Posting Komentar untuk "TAFSIR SURAH AL KAFIRUN"