AQIDAH AHLIS SUNNAH: SIFAT TURUNNYA ALLAH KE LANGIT DUNIA
إثبات
صفة نزول الرب تعالى إلى السماء الدنيا
SIFAT TURUNNYA ALLAH KE LANGIT DUNIA
(Oleh : Aditya Bahari)
وقل:
ينزل الجبار في كل ليلة … بلا كيف جل الواحد المتمدح
Bait
11: Dan katakanlah: Dzat Yang Maha Perkasa turun pada setiap malam
tanpa
diketahui bagaimana turun-Nya, Maha Agung Dzat yang Maha Esa dan Terpuji
إلى طبق
الدنيا يمن بفضله … فتفرج أبواب السماء وتفتح
Bait
12: (Turun) ke tingkat paling bawah (langit Dunia), memberi dengan karunia-Nya
maka
di bukalah pintu-pintu langit
يقول:
ألا مستغفر يلقَ غافراً … ومستمنح خيراً ورزقاً فيمنح
Bait
13: Dia berfirman, ketahuilah siapa yang minta ampun akan mendapatkan ampunan
dan
siapa yang meminta kebaikan dan rezeki, maka dia akan di beri
روى ذاك
قومٌ لا يرد حديثهم … ألا خاب قوم كذبوهم وقبحوا
Bait
14: Hal itu (iaitu turunnya Allah) telah diriwayatkan oleh kaum yang tidak di
tolak hadits mereka
ketahuilah
telah merugi dan tercela kaum yang mendustakan mereka
Muqadimah
Bait ini menjelaskan tentang
penetapan sifat turun Allah Subhaanahu Wa Ta’aala setiap malam ke langit dunia,
dan Ahlis Sunnah madzhab (metode) mereka dalam sifat Allah: “Menetapkan apa
yang Allah tetapkan di dalam Al-Qur’an, dan juga menetapkan apa yang Rasul-Nya
tetapkan didalam hadits”
Tiga pondasi dalam memahami
bab Asma Was Shifaat:
Tiga pondasi inilah yang bisa
dijadikan pegangan untuk menjawab setiap orang-orang yang menafikan sifat dari
sifat-sifat Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
Pertama: Berkeyakinan bahwa tidak
ada seorangpun yang lebih tahu tentang Allah dari Allah sendiri
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
berfirman:
قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ ۗ
"Katakanlah: "Apakah
kamu lebih mengetahui ataukah Allah” (Qs Al Baqarah: 140)
Kedua: Tidak ada dari makhluk
Allah yang lebih tahu tentang Allah, dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
berfirman:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ إِنْ
هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
" dan tiadalah
yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Qs An Najm: 3-4)
Ketiga: Allah Dzat yang ghaib
(kita tidak melihat Allah) maka tidak ada kesempatan bagi manusia untuk
tenggelam dalam membicarakan perkara ghaib dari sifat Allah kecuali dengan
wahyu
“Jika ketiga pondasi ini telah menetap kuat di hati seorang muslim, maka
hal tersebut akan menghalanginya, membentenginya dari tenggelam dalam perkara
yang dia tidak ketahui, disamping itu dia akan mengetahui rusaknya madzhab
ahlul bathil dimana mereka mengedepankan pendapat-pendapat mereka mengedepankan
akal-akal mereka yang rusak dihadapan Allah & Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi
wa sallam”.
Hadits Nuzul Diriwayatkan banyak Shahabat
Adapun hadits tentang nuzul (yakni tentang turunnya Allah) ke langit Dunia,
maka haditsnya diriwayatkan lebih dari 31 shahabat,( Lihat Syarh Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah wal
Jama’ah (I/275-285)
ini menunjukkan bahwa Nabi menyampaikannya hadits ini (hadits nuzul)
bukan sekali dua kali, karena banyaknya shahabat yang meriwayatkannya, akan
tetapi apa yang dilakukan orang-orang yang berani mengedepankan pendapat dan
akalnya dihadapan Firman Allah, dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam?
Adapun para shahabat dan tabi’in juga para imam As Salaf tidak pernah
dinukilkan satu saja dari para shahabat berkata: “ini tidak layak bagi Allah,
maka maksudnya bukan makna yang dzahir (yang nampak)”
(Qul) Katakanlah
wahai Ahlis sunnah, katakanlah tanpa ada keraguan sedikitpun, katakan dengan
penuh keyakinan dengan penuh keimanan, kenapa? Karena ucapan ini, aqidah ini (tentang
turunnya Allah ini) yang menyampaikan adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
وقل: ينزل الجبار في كل ليلة … بلا كيف جل الواحد المتمدح
Bait 11: Dan katakanlah: Dzat
Yang Maha Perkasa turun pada setiap malam
tanpa diketahui bagaimana
turun-Nya, Maha Agung Dzat yang Maha Esa dan Terpuji
Di dalam bait ini terkandung dua pokok pondasi
Pertama pada ucapan beliau penulis: Dzat Yang Maha Perkasa
turun pada setiap malam
“Menjaga pemahaman kita agar supaya tidak men ta’thil” (karena kita
menetapkan sifat trun bagi Allah)
Kedua pada ucapan beliau: tanpa diketahui bagaimana
turun-Nya,
“menjaga pemahaman kita agar tidak jatuh pada takyiif (karena kita tidak
menyamakan Allah dengan makhluk-Nya)
Ahlus sunnah mereka mengatakan: “Allah turun ke langit Dunia,
sebagaimana yang dikabarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam”
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ الأَخِيْرِ يَقُوْلُ : مَنْ
يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ, مَنْ يَسْأَلُنِيْ فَأُعْطِيَهُ, مَنْ
يَسْتَغْفِرُنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rabb kita
Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika
sepertiga malam terakhir, (kemudian) Dia berfirman, ‘Barang siapa berdoa
kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan, barang siapa meminta kepada-Ku, niscaya
akan Aku berikan, dan barang siapa memohon ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku
ampuni.’” (HR Bukhari Muslim)
(Akan datang penjelasan haditsnya di akhir)
(Al Jabbar) Nama diantara
Nama-Nama Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ
الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ
الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang
Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan.(Qs
Al Hasyr:23)
Makna yang terkandung dari Nama Allah Al Jabbar adalah: Al Ishlaah (memperbaiki)
أصلح حال الفقير أي أصلحه
“Memperbaiki keadaan orang faqir yakni memberbaiki kondisinya”,
diantara maknanya adalah Yang Maha Tinggi Dan Kuasa; Maha Tinggi diatas
makhluk-Nya, dan Maha Tinggi diatas hamba-Nya
(Jalla) maknanya ‘Adzuma Maha
Agung
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
berfirman:
تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ
وَالْإِكْرَامِ
Maha Agung nama Tuhanmu Yang
Mempunyai Keagungan dan Karunia. (Qs Ar Rahman: 78)
(Al Wahidu) Maha Esa dalam
sifat-sifat-Nya yang sempurna
(Al Mutamaddahu)
sifat untuk Al Waahid, kepada Dzat yang dipuji oleh orang-orang beriman Dialah
Allah yang telah mencurahkan berbagai nikmat dan pemberian yang wajib disyukuri
oleh hamba-Nya
إلى طبق الدنيا يمن بفضله … فتفرج أبواب السماء وتفتح
Bait 12: (Turun) ke tingkat
paling bawah, memberi dengan karunia-Nya
maka di bukalah pintu-pintu
langit
Bait ini sebagai penyempurna (pelengkap) dari bait sebelumnya
(Thobaq) Penutup, dan penutup bumi adalah langit, dan tiap-tiap langit
ada penutupnya, dan langit dunia dinamakan thobaq, karena jaraknya yang dekat
dengan Bumi
(Yamunnu bi fadhlihi) Al Mann: Al ‘Athoo yakni pemberian, maka turunnya
Allah untuk memberi dan menganugerahkan hamba-hamba-Nya yang beribadah kepada
Allah anugerah kebaikan-kebaikan, pemberian yang datang dari segala arah
(Fa turoju Abwaabus samaa’ wa tuftahu) Tufroju yakni: tansyaqqu:
terbelah dan terbuka, dan langit itu ada pintunya
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ
sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit (Qs Al A’raf: 40)
(Yaquulu) dan berkata yakni Allah Subhaanahu Wa Ta’aala ketika Allah
turun, maka yang berkata adalah Allah, dan tidak cocok jika ditafsirkan
Malaikat Allah berkata: “Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, Siapa yang minta
sesuatu kepada-Ku, Siapa yang berdoa kepada-Ku”
(Alaa) huruf tahdhidh: motivasi agar termotivasi untuk beristighfar, Al
mustagfir : orang yang meminta ampunan maka akan dia dapati Allah Maha
Pengampun
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ
dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah? (Qs Ali Imran: 135)
(Mustamnihun) orang yang meminta sesuatu, dia yang meminta kebaikan dan
riski kepada Allah
(Fa Yumnahu) maka kemudian diberikan kepadanya pemberian tersebut
Dalam Hadits Qudsi Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ
وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ
إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ
الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ
Wahai hamba-Ku, jika orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara
kalian, sekalian manusia dan jin yang tinggal di bumi ini meminta kepada-Ku,
lalu Aku memenuhi seluruh permintaan mereka, tidaklah hal itu mengurangi apa
yang ada pada-Ku, kecuali sebagaimana sebatang jarum yang dimasukkan ke laut.
(HR. Muslim no. 6737)
Bait 14: Hal itu (iaitu
turunnya Allah) telah diriwayatkan oleh kaum yang tidak di tolak hadits mereka
ketahuilah telah merugi dan
tercela kaum yang mendustakan mereka
(lihat Syarah Hadits Nuzul karya Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah, Ash
Showa’iqul Mursalah Ibnul Qoyyim dll)
(Alaa) huruf untuk dipakai sebagai pembuka atau perhatian, Sungguh telah
merugi, orang-orang yang mendustakan para perawi hadits nuzul ini
Syarah Hadits Nuzul
Posting Komentar untuk "AQIDAH AHLIS SUNNAH: SIFAT TURUNNYA ALLAH KE LANGIT DUNIA"