KAJIAN TEMATIK : ADAB DOA, WAKTU IJABAH DOA, DAN PENGHALANG TERKABULNYA DOA
Muqaddimah
Doa adalah senjata seorang mukmin, maka jadikanlah ia solusi
pertama dan bukan dinomor duakan atau dinomor terakhirkan
Doa adalah ibadah yang teragung
Syirik yang paling parah adalah syirik dalam doa
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ
يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah
sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai
hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? (Qs Al-Ahqaf: 5)
Karena ketika hamba berdoa adalah keadaan paling hina, maka
jika itu diberikan kepada selain Allah maka ini dosa syirik paling parah
Allah Maha Dekat, berdoalah langsung tanpa perantara
Orang yang berdoa dicintai Allah, dan Allah marah kepada
hamba yang tidak pernah berdoa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَسْأَلْ الله غَضَبَ اللهُ عَلَيْهِ
“Barangsiapa yang tidak mau meminta kepada Allah, Allah
murka kepada orang tersebut.”
Mintalah kepada Allah meskipun itu adalah perkara yang kamu
anggap remeh
Berdoa adalah taufiq dari Allah, seorang yang banyak berdoa
maka itu tanda Allah sayang kepadanya
Umar bin Kaththab radhiyAllahu ‘anhu berkata:
أنا لا أحمل همَّ الإجابة ولكن أحمل همَّ الدعاء، فإذا ألهمت
الدعاء فإن معه الإجابة
“Aku tidaklah memikul urusan dikabulkannya doa, akan
tetapi aku memikul keinginan untuk berdoa… Jika aku diilhamkan untuk berdoa,
maka pengkabulan akan menyertainya”…
Adab Berdoa
Pertama: Mengikhlaskan niat untuk Allah subhanahu wa
ta’ala ketika berdoa
Hal ini berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ
وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” QS.
Al-Bayyinah: 5
Dan doa termasuk ibadah, sebagaimana yang Allah subhanahu wa
ta’ala firmankan,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ
لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ
جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhan kalian berfirman: “Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kukabulkan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan
hina dina.” QS. Al-Mu’min: 50
Kedua: Berdoa dengan nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala
yang indah
Allah berfirman:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ
فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ
سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Hanya milik Allah asmaa-ul
husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut)
nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah
mereka kerjakan.” QS. Al-A’raf: 180
Kalau tidak mengetahua Nama-nama
Allah secara spesifik, maka berdoa dengan Rabbana. Ya Rabbi, Allohumma maka ini
cukup, bahkan banyak doa-doa Para Nabi adalah dengan Rabbana, Rabbi, Allohumma
Ketiga: Memuji Allah subhanahu wa ta’ala sebelum berdoa
Bershalawat sebelum berdoa
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
dalam Sunannya,
سَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
رَجُلًا يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ لَمْ يُمَجِّدِ اللَّهَ تَعَالَى، وَلَمْ يُصَلِّ
عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَجِلَ هَذَا»، ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ: –
أَوْ لِغَيْرِهِ – «إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ، فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ
جَلَّ وَعَزَّ، وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ»
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya, namun tidak
mengagungkan Allah Ta’ala dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, maka Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang ini
terburu-buru.” Kemudian Beliau memanggilnya dan bersabda kepadanya atau kepada
yang lain, “Apabila salah seorang di antara kamu shalat, maka hendaklah ia
memulai dengan mengagungkan Tuhannya ‘Azza wa Jalla dan memuji-Nya, kemudian
bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berdoa dengan apa
yang dia inginkan.” HR. Abu Dawud no. 1481 dan dikatakan oleh Al-Albani hadis
ini shohih
An-Nawawi berkata tentang ini:
أجمع العلماءُ على استحباب ابتداء الدعاء بالحمد لله تعالى
والثناء عليه، ثم الصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم، وكذلك تختم الدعاء
بهما
“Para ulama sepakat akan mustahabnya memulai doa dengan
memuji Allah subhanahu wa ta’ala dan menyanjung-Nya kemudian bershalawat kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu juga menutup doa dengan
keduanya.” Al-Adzkar lin Nawawi hal: 117
Seperti sholat Jenazah
Sholawat boleh yang panjang atau yang pendek
Keempat: Menghadap kiblat ketika berdoa
Karena banyak dalil-dalil dari
sunnah yang menunjukkan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika berdoa menghadap ke kiblat, di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abbas bahwasanya Umar bin Khottob bercerita kepadanya dalam sebuah hadits
yang panjang,
لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ، وَأَصْحَابُهُ ثَلَاثُ
مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلًا، فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ، ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ، فَجَعَلَ يَهْتِفُ
بِرَبِّهِ: «اللهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي، اللهُمَّ آتِ مَا
وَعَدْتَنِي، اللهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ
الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ»، فَمَا زَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ،
مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ……
“Saat perang Badar, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memandang kaum musyrikin. Jumlah mereka seribu
orang. Sedangkan para sahabat berjumlah 319 orang. Maka Nabiyullah
shallallah ‘alaihi wasallam pun menghadap kiblat, lalu mengangkat kedua
tangannya, seraya berdoa, “Ya Allah, aku memohon pada-Mu agar berkenan
menunaikan janji-Mu untukku. Ya Allah, karuniakanlah untukku apa yang telah Kau
janjikan. Ya Allah, seandainya Engkau membinasakan pasukan kaum muslimin,
niscaya Engkau tidak lagi disembah di muka bumi”. Beliau terus memohon kepada
Allah, seraya mengangkat kedua tangannya menghadap kiblat……” HR. Muslim no.
1763
Kelima: Mengangkat kedua tangan
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
dalam sunannya,
إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ،
يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ، أَنْ يَرُدَّهُمَا
صِفْرًا
“Sesungguhnya Rabb kalian yang
Maha Pemalu dan Mulia, Dia malu terhadap hambanya jika hambanya mengangkat
kedua tangannya kepada-Nya, mengembalikan kedua tangannya dalam keadaan
kosong.” HR. Abu Dawud no. 1488, dan Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini
shohih
“Kalau orang kafir saja
dikasih makan, masa Allah menelantarkanmu orang yang beriman” (Ustadz Abbu
Izzi hafidzahullah)
Keenam: Yakin akan dikabulkannya doa, dan juga dengan
menghadirkan hati ketika berdoa
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ،
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ
“Berdoalah kepada Allah dan
kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan
doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” HR. At-Tirmidzi no.
3479, dan hadits ini dikatakan hasan oleh Al-Albani
Di dalam hadis qudsi Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، فَلْيَظُنَّ بِي مَا شَاءَ
“Sesungguhnya aku tergantung
persangkaan hamba-Ku. Oleh karenanya, hendaknya hamba-Ku berprasangka apa yang
dia mau terhadap diri-Ku.” H.R. Ahmad no. 16979 dan disahihkan oleh Al-Albani
إِنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ
“Jika dia berbaik sangka berupa
kebaikan, maka kebaikan baginya. Jika dia berprasangka buruk, maka keburukan
pula baginya.” H.R. Ahmad no. 9076. Al-Hakim mengatakan hadis dengan sanad
sahih
Ada rahasia dalam hal ini, kesalahan orang yang berdoa
berjama’aah
Ketujuh: Menetapkan hatinya ketika berdoa
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
”
لاَ يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ
شِئْتَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ، لِيَعْزِمِ المَسْأَلَةَ، فَإِنَّهُ
لاَ مُكْرِهَ لَهُ ”
“Janganlah kalian ketika berdoa
dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah,
rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena
tidak ada yang memaksa Allah.” HR. Bukhori no. 6339 dan Muslim no. 2679
Seakan kita tidak butuh Allah, maka ini kurang adabnya
kepada Allah
Kedelapan: Berdoa dengan penuh rasa tunduk, khusyu’,
takut, dan dengan penuh rasa harap
Hal ini berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala,
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا
وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu
dengan merendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.” QS. Al-A’raf: 55
Kesembilan: Tidak mengeraskan suara
Berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا
تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
“Janganlah kalian mengeraskan
doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110)
Dan dari ‘Aisyah menjelaskan tentang ayat ini
{وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ
بِهَا} [الإسراء: 110] أُنْزِلَتْ فِي الدُّعَاءِ
“Janganlah kalian mengeraskan doa
kalian dan janganlah pula merendahkannya.” (QS. Al-Isra: 110) (‘Aisyah
berkata): diturunkan ketika berdoa” HR. Bukhori no. 6327
Dan juga diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ary:
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ، هَلَّلْنَا وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ
أَصْوَاتُنَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا
أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ
أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا، إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ، تَبَارَكَ
اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ»
Kami pernah bepergian bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan apabila menaiki bukit kami
bertalbiyah dan bertakbir dengan suara yang keras. Maka Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai sekalian manusia, tenangkanlah diri kalian
karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan juga bukan Dzat yang jauh.
Dia selalu bersama kalian dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Maha suci
nama-Nya dan Maha Tinggi kebesaran-Nya”. HR. Bukhori no. 2992 dan Muslim no.
2704
Kesepuluh: Menghindari doa keburukan untuk diri sendiri,
anak, maupun hartanya.
Hal ini berdasarkan hadits shohih yang diriwayatkan oleh Al-Imam
Muslim,
لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى
أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ
سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ، فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ
“Janganlah kalian mendoakan
keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian, dan
jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi ketika seorang hamba
berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan.” HR.
Muslim no. 3009
Waktu-Waktu Dikabulkannya Doa
Hari Arafah
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
”Sebaik-baik doa adalah doa hari Arafah.” HR. At-Tirmidzi
no. 3585 dan Al-Albani mengatakan hadits ini hasan
Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ
عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى
بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari
neraka adalah hari Arafah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan
keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang
diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim no. 1348).
Hari Jumat
Di antara keberkahan hari Jum’at, bahwa di dalamnya terdapat
waktu-waktu dikabulkannya do’a. Dalam ash-Shahihain terdapat hadits dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ
menyebut hari Jum’at, lalu beliau ﷺ
bersabda,
“فِيْهِ
سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللهَ
تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ يُقَلِّلُهَا”
“Pada hari Jum’at terdapat satu waktu yang jika seorang Muslim
melakukan shalat pada waktu tersebut dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala,
niscaya permintaannya akan dikabulkan.’ Lalu beliau memberi isyarat dengan
tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.” HR. Bukhori no. 935
Sepertiga malam terakhir
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
”
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ: مَنْ
يَدْعُونِي، فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ، مَنْ
يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ ”
“Tuhan kita yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap
malam ke langit dunia ketika tinggal sepertiga malam terakhir, Dia berfirman:
“Barang siapa berdoa kepada-Ku, maka Aku kabulkan baginya. Barang siapa meminta
kepada-Ku, maka Aku beri dia. Barang siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka
Aku ampuni dia.” HR. Bukhori no. 1145 dan Muslim no. 758
Ketika terbangun di tengah malam
Hal ini berdasarkan hadits Ubadah bin Ash-Shomit, dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ، فَقَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَلاَ إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ،
ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، أَوْ دَعَا، اسْتُجِيبَ لَهُ، فَإِنْ
تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلاَتُهُ
“Barang siapa yang terbangun dari
tidurnya pada malam hari, kemudian dia mengucapkan, ‘La ilaha illallah wahdahu
la syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qadri,
alhamdulillah wa subhanallah wa la ilaha illallah wallahu akbar, wa la hawla wa
la quwwata illa billah‘ kemudian dia berkata ‘Ya Allah, ampunilah aku’ atau dia
memanjatkan doa, maka akan dikabulkan. Kemudian jika dia berwudhu lalu shalat,
maka shalatnya akan diterima (oleh Allah).” HR. Bukhori no. 1154
Tidak sampai satu menit membaca dzikir ini kemudian berdoa
Ketika turun hujan/ Ketika berperang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ
الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
“Carilah do’a yang mustajab pada
tiga keadaan : Bertemunya dua pasukan, Menjelang shalat dilaksanakan, dan Saat
hujan turun.” Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Asy-Syafi’i (lihat)
Al-Bayaan fii Madzhab Al-Imaam Asy-Syafi’I 2/689). Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami’ no. 1026.
Ketika sujud
Dari Abu Hurairah,
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ، وَهُوَ سَاجِدٌ،
فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
Yang paling dekat antara hamba dan Rab-Nya adalah ketika dia
sujud, maka hendaknya kalian memperbanyak doa (ketika sujud).” HR. Muslim no.
482
Antara adzan dan Iqomah
Dari Anas bin Malik,
لَا يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ
Tidak tertolak doa di antara adzan dan iqamat.” HR. Abu
Dawud no. 521, dan Al-Albani mengatakan hadits ini shohih
Maka sebagian Ulama ketika ditanya mana yang afdhol membaca
Al-Qur’an atau berdoa diwaktu ini, maka berdoa lebih afdhol
Ketika berpuasa hingga berbuka /Ketika dizalimi
Dari Abu Hurairah,
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ،
وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ…..
“Tiga kelompok yang doa mereka
tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa hingga berbuka, dan
orang yang dizalimi….” HR. Ahmad no. 8043. Dan Syu’aib Al-Arnauth mengatakan
hadits ini shohih
Oleh karenanya hati-hati, jangan sampai mendzalimi orang
lain, lisan kita harus jaga itu yang sering kali melukai, mendzalimi orang lain
Wasiat Nabi kepada Muadz ketika diutus untuk berdakwah ke
Yaman
Lailatul Qodr
Dari ‘Aisyah ia berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ
لَيْلَةُ القَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: ” قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ
عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي ”
"Wahai Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, apa menurutmu jika aku mengetahui kapan malam lailatul Qodar,
apa yang harus aku ucapkan di dalamnya? Beliau menjawab: ucapkanlah “اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ
فَاعْفُ عَنِّي”.” HR. At-Tirmidzi no. 3513 dan dishohihkan oleh Al-Albani
Ketika mengunjungi orang sakit
Dari Ummu Salamah
«إِذَا
حَضَرْتُمُ الْمَرِيضَ فَقُولُوا خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ
عَلَى مَا تَقُولُونَ»
“Jika kalian mengunjungi orang yang sakit maka ucapkanlah
kebaikan, sesungguhnya para malaikat mengaminkan apa-apa yang kalian ucapkan.” HR.
An-Nasai no. 1825
Seringnya ketika mengunjungi orang sakit kita malah membahas
perkara dunia, membuat orang yang sakit merasa tidak nyaman dan selainnya
Di penghujung shalat wajib
Dari Abu Umamah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ditanya:
أَيُّ الدُّعَاءِ أَسْمَعُ؟ قَالَ: «جَوْفَ
اللَّيْلِ الآخِرِ، وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ المَكْتُوبَاتِ»
“Doa apa yang paling didengar?
Beliau menjawab: di tengah malam akhir dan di penghujung shalat-shalat yang
wajib.” HR. At-Tirmidzi no. 3499 dan Al-Albani mengatakan hadits ini hasan
Muadz bin Jabal pernah diberikan amalan oleh Nabi doa
sebelum salam ketika sholat
Ketika bersafar
Dari Abu Hurairah
”
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمُسَافِرِ،
وَالْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ ”
Tiga doa yang tidak ada keraguan di dalamnya: doa orang yang
safar, doa orang yang dizalimi, dan doa orang tua kepada anaknya.” HR. Ahmad
no. 9606. Dan Syu’aib Al-Arnauth mengatakan hadits ini hasan lighoirih
Seringnya seorang yang safar, mendapati kesulitan jauh dari
keluarga bahkan dikatakan As Safaru Qith’atun minal ‘Adzab
Ketika meminum air zam-zam
Dari Jabir bin Abdillah
مَاءُ زَمْزَمَ، لِمَا شُرِبَ لَهُ
“Air zam-zam sesuai keinginan ketika meminumnya.” HR. Abu
Dawud no. 3062 dan Al-Albani mengatakan hadits ini shohih
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah ketika di Mekah dan
mengambil air zam zam untuk diminum beliau menyampaikan hadits diatas lalu
berkata:
وَهَذَا أَشرَبُهُ لِعَطَشِ القِيَامَةِ، ثُمَّ شَرِبَهُ
“Air zam zam ini aku meminumnya untuk menghilangkan haus di
hari Kiamat,” kemudian ia meminumnya. Siyar A’lam an-Nubala (8/393)
Penghalang Dikabulkannya Doa
Berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturahmi
«لَا
يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ،
مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ»
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak
berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturahmi, selama dia tidak
terburu-buru.” HR. Muslim no. 2735
Tergesa-gesa dalam berdoa
Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda”
”
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ
فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي ”
“Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia
mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” HR. Bukhori no.
6340 dan Muslim no. 2735
Sebagian manusia sampai bilang : “Percuma sholat ora sugih-sugih”,
sholat mempeng uripe yo ngene-ngene wae. Hati-hati ucapan seperti ini
Hatinya lalai ketika berdoa
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ،
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ
“Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan
lengah (dengan doanya).” HR. At-Tirmidzi no. 3479, dan hadits ini dikatakan
hasan oleh Al-Albani
Memakan harta atau barang yang haram.
Hadits Orang yang safar
Dalam Ta’lim Muta’allim ada kisah seorang Ayah dengan
anaknya
Doa Nanggung (Tidak Adab kepada Allah)
Menggantungkan doa dan tidak meneguhkan hatinya ketika
berdoa, seperti orang yang mengatakan: ya Allah ampunilah aku jika Engkau
mengehendaki.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
”
لاَ يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ
شِئْتَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ، لِيَعْزِمِ المَسْأَلَةَ، فَإِنَّهُ
لاَ مُكْرِهَ لَهُ ”
“Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya
Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau
mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa
Allah.” HR. Bukhori no. 6339 dan Muslim no. 2679
Posting Komentar untuk "KAJIAN TEMATIK : ADAB DOA, WAKTU IJABAH DOA, DAN PENGHALANG TERKABULNYA DOA"