ILMU SYAR’I, KIAT-KIAT MERAIH ILMU SYAR’I, PENGHALANG MENUNTUT ILMU SYAR’I, MENGAMALKAN ILMU SYAR’I
العلم الشرعي ؛ فضله، وآدابه وطرق تحصيله والعمل به
ILMU SYAR’I,
KIAT-KIAT MERAIH ILMU SYAR’I, PENGHALANG MENUNTUT ILMU SYAR’I, MENGAMALKAN ILMU
SYAR’I
MUQADDIMAH
Tema ini sangat luas, akan tetapi kita
meminta pertolongan Allah Azza Wa Jalla untuk membahas beberapa sudut dari tema
ini dan juga hal yang penting darinya, kita berharap semoga Allah memberikan taufiq-Nya
kepada kita semua
Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
mengatakan:
الجهل بالطريق وآفتها والمقصود يوجب التعب الكثير مع الفائدة
القليلة، فردّ ابن القيم رحمه الله علل المتعلمين إلى ثلاثة أصول جامعة
1. الجهل بالطريق، أي عدم معرفة كيفية الوصول إلى
العلم
2. الجهل بآفات الطريق، أي ما يعرض من القواطع
والعوائق والعلائق التي متى تعلق المرء بشيء منها أقعده عن سلوك سبيل العلم
3. الجهل بالمقصود، أي المراد الوصول إليه
Tiga Poin
inilah yang akan kita bahas, namun sebelumnya kita sampaikan beberapa keutamaan
Ilmu Syar’I dan juga Hakekatnya
KEUTAMAAN ILMU SYAR’I
Hadits Abu Darda
Dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud : “Bahwa ada seorang
lelaki dari Madinah datang kepada Abu Darda radhiyAllahu ‘anhu yang berada di
Damaskus
ما أقدمك يا أخي ؟
Apa tujuaan kedatanganmu wahai saudaraku?
قال: حديث بلغني أنّك تُحدّثهُ عن رسولِ اللهِ
قال: أما جئتَ لحاجةٍ؟ قال : لا . قال : أما قَدِمتَ لتجارةٍ ؟
قال: لا : ما جئتَ إلا في طلب هذا الحديث؟ قال: نعم.
Ini menunjukkan semangat yang tinggi
dalam menuntut ilmu
قال: فإنِّي سمعتُ رسولَ الله يقول: (( من سلك طريقًا يبتغي فيه
علما سلك طريقا إلى الجنة،
وإن الملائكة تضعُ أجنحتها رضىً لطالب العلم، وإن العالمَ ليستغفر
له من في السمواتِ ومن في الأرض حتى الحيتان في الماء، وفضل العالم على العابد،
كفضل القمرِ على سائر الكواكب، وإن العلماء ورثةُ الأنبياء، وإن الأنبياء لم
يُوَرِّثُ دينارا ولا درهما إنما ورّثوا العلم؛ فمن أخذ به أخذ بحظٍّ وافرٍ
PENGERTIAN ILMU SYAR’I
"كل ما وجب العمل به فتقدُّمُ العلمِ عليه واجبٌ"
“Ilmu yang wajib
dipelajari, sebelum beramal dengan amalan yang wajib, maka mempelajari ilmunya
wajib”
KIAT-KIAT MERAIH ILMU SYAR’I
Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ
وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus. (Qs Al Bayyinah: 5)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى
“Sesungguhnya seluruh amalan tergantung
pada niatannya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai apa yang dia niatkan”
Luruskan niat dalam mencari ilmu, yaitu menghilangkan kebodohan
diri demi meniti jalan yang benar menuju Jannah.
Jangan datang ke pengajian ingin cari hiburan dari ustadz-ustadz
yang lucu, ketika ustadznya sudah ngga lucu, atau pengisinya bukan ustadz lucu,
pengajian pun ditinggalkan.
Menuntut ilmu itu memang berat, serius, ngantuk, lelah. Makanya
besar ganjarannya dan merupakan jihad fi sabilillah.
Imam Ahmad rahimahullah berkata:
العلم لا يعدله شيء لمن صحت نيّته، كيف تصحُّ النية يا أبا عبد
الله؟ قال: ينوي رفعَ الجهل عن نفسه وعن غيره
“Ilmu itu tidak ada bandingannya
dengan apapun, jika niatnya benar; mari renungi ucapan beliau ini, ilmu
itu tidak ada bandingannya, ilmu lebih baik dari harta, ilmu lebih baik dari
pada kenikmatan dunia apapun. Kenapa kita malas sekali belajar, menuntut ilmu? Karena
masih ada keraguan dalam diri kita tentang ilmu ini. Bisa jadi kita masih belum
benar-benar yakin ilmu lebih baik dari Dunia seisinya
Bagaimana niatan yang benar dalam menuntut
ilmu wahai Abu Abdillah?
1. Berniat dengan menuntut ilmu, mengangkat kejahilan pada dirinya
2. Mengangkat kejahilan dari diri orang lain
Memperbaiki niat ini harus terus
diingatkan ikhwah sekalian dalam belajar, menuntut ilmu
Bertakwa kepada Allah,
التقوى : هي أن تجعل بينك وبين عذاب الله وقاية بفعل أوامره
واجتناب نواهيه
“Takwa adalah, kamu
menjadikan antara dirimu dan adzab Allah wiqoyah (benteng) penjaga yakni dengan
mengerjakan perintah-perintah Allah, dan meninggalkan larangan-larangan-Nya”
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا
اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا
Hai orang-orang beriman, jika kamu
bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. (Qs Al-Anfal:
29)
وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ: {فُرْقَانًا} أَيْ: فَصْلًا
بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ
Memuliakan Ulama
Kenapa harus memuliakan Ulama? Karena Allah
telah memuliakan para Ulama (hadits warrotsul ilm), Yarfa’illah, SyahidAllah, Fasaluu
Ahladz dzikri…
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ
إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا
إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para
Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak
ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Qs Ali Imran: 18)
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا
تَعْلَمُونَ
“maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” (Qs An Nahl: 43)
Dan ilmu syar’i diperoleh dengan
mengambilnya dari guru, maka sudah sepantasnya kita beradab terhadap para Ulama
dan mengagungkannya
بالأدب تفهمُ العلم
“dengan Adab kamu akan
memahami ilmu” (Yusuf bin Al-Husain)
Diantara hak para Ulama, guru, ustadz
adalah :
1. Mendoakan mereka sembunyi-sembunyi (dzahril Ghaib) atau setelah
wafatnya
Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata:
ما صليتُ صلاةً منذ مات حماد بن سليمان، إلا استغفرتُ له مع
والديَّ، وإني لأستغفر لمن تعلمتُ منه علما أو علَّمتُهُ علما
“Tidaklah aku berdoa
setelah sepeninggal Hammad bin Sulaiman, kecuali aku mohonkan ampun kepadanya
dan juga kedua orangtuaku, dan sungguh aku akan memohonkan ampun bagi siapa
yang aku ambil imunya (belajar) darinya atau yang aku ajarkan ilmu kepadanya”
(Tahdzibul Asmaa’ wal Lughooot)
2. Tidak mendebat Guru atau Ustadz
Al Hafidz Ibnu Abdil Bar: “diriwayatkan
tentang Abu Salamah, dahulunya mendebat Ibnu Abbas: dia berkata: kalau aku
dahulu lemah lembut kepada Ibnu Abbas, maka aku akan mendapatkan ilmu yang
banyak, Asy Sya’bi berkata: “Dahulu Abu Salamah sering mendebat Ibnu Abbas maka
terhalanglah dia dari mendapatkan ilmu yang banyak”.
Bersabar dalam belajar, kokoh dan istiqamah
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu (Qs Ali Imran ayat 200)
قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ
صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا
Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai
orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun".
(Qs Al Kahfi: 69)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنما العلم بالتعلم والحلم بالتحلم
”Ilmu itu diperoleh hanya dengan belajar dan sifat al-hilm hanya
diperoleh dengan cara berusaha.”
(Diriwayatkan oleh Al-Khathib, dinilai hasan oleh Al-Albani)
Syaikh Bakr bin Abu Zaid - رَحِمَهُ اللَّهُ - berkata:
مَنْ ثَبَتَ نَبَتَ
“Siapa yang konsisten dia akan tumbuh” (Hilyah Thalib Al-Ilm hlm:
23)
Berkata Sa'iid bin Musayyib rahimahullah:
كنت أرحل الأيام والليالي في طلب الحديث الواحد
"Aku melakukan rihlah(perjalanan) siang dan malam untuk
mendapatkan satu hadits" (Al Bidayah Wan Nihayah 9/100)
Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah berkata:
وليصبر على العلم، ولا يمل فإن الإنسان إذا طرقه الملل استحسر
وترك، ولكن إذا كان مثابرا على العلم فإنه ينال أجر الصابرين من وجه، وتكون له
العاقبة من وجه آخر
"Hendaknya seorang penuntut ilmu
bersabar dalam belajar, dan jangan bosan karena manusia kalau sudah tertimpa
bosan dia akan lelah dan meninggalkan ilmu, akan tetapi jika dia bersabar maka
dia akan memperoleh pahala kesabaran disatu sisi, dan hasil yang baik disisi
lain" (Kitab al-Ilmi hal. 42)
Perhatian dengan Al-Qur’an, Doa dan Dzikir
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ
“Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al
Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi
syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).
Ilmu Imam Malik
Bertahap dalam menuntut ilmu dan tentukan prioritas
Kata Syaikh al-Albânî rahimahullâhu :
العلم إن طلبته كثيرُ والعمر عن تحصيله قصيرُ فقدِّم الأهم منه
فالأهم
Ilmu itu jika kau cari betapa banyaknya, sedangkan usia utk
meraihnya betapa singkatnya, maka dahulukan yang paling penting
Mengamalkan Ilmu
Buah dari ilmu adalah amal, seperti buah dari pohon yang merupakan
tujuan dari ditanamnya pohon, dan tujuan dari disiramnya tanaman
‘Ali radhiyAllahu ‘anhu berkata:
هتف العلم بالعمل، فإن أجابه وإلا ارتحل
“Ilmu memanggil untuk diamalkan, jika
dijawab (diamalkan ilmunya) maka akan menetap jika tidak (diamalkan) dia akan
pergi”
Akan kita bahas di akhir
Dan mengamalkan ilmu diantara cara yang paling ampuh untuk menguatkan
ilmu
Berdoa
Rabbi Zidni Ilman
PENGHALANG MENUNTUT ILMU SYAR’I
Penghalang pertama: Niat yang buruk
Yaitu dia belajar, untuk riya’, sum’ah atau mendapatkan dunia,
berdebat dan selainnya
Dan juga hadits Anas secara marfu’ (sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam)
من تعلم العلم ليباهي به العلماء، أو ليجاري به السفهاء، أو
ليصرف به وجوه الناس إليه، فهو في النار
‘Barangsiapa yang menuntut ilmu dengan maksud untuk membanggakan
diri di hadapan ulama atau untuk mendebat orang-orang bodoh, atau agar dengan ilmunya tersebut
semua manusia memberikan perhatian kepadanya, maka dia di neraka.’ [HR. Ibnu
Majah dalam Al Muqoddimah (253)]
Penghalang kedua: Sarana komunikasi/Gadget
Tidak ada penghalang yang lebih berbahaya pada zaman ini
dibandingkan gadget.
Jika ditanyakan: “Siapa pencuri yang paling hebat dizaman ini?
Jawabannya adalah Hp, dia mencuri kebanyakan waktu kita, yang mana
waktu adalah hal paling berharga bagi kita, bahkan lebih berharga dibandingkan
harta, Kenapa? Karena uang bisa diganti, adapun waktu jika sudah berlalu tidak
akan bisa diputar kembali.
2 hal penting untuk bisa menghadapi hp ini
1.
Tentukan waktu khusus menggunakannya
2.
Kalau memiliki banyak kepentingan
dengan group atau akun dakwah maka pilihlah Admin agar tidak habis waktu kita
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
ضياع الوقت أشد من الموت؛ فإن الموت يقطعك عن الناس، وأما ضياع
الوقت، فإنه يقطعك عن الله والدار الآخرة
“Membuang-buang waktu
lebih berbahaya dibandingkan kematian, karena kematian memutusmu dari manusia
dan dunia, adapun menelantarkan waktu memutusmu dari Allah dan Negeri Akherat”
Penghalang ketiga: Sombong
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Dalam hadits, Rasûlullâh n telah menjelaskan makna kesombongan:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ
فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ
يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ : إِنَّ
اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
Dari Abdullah bin Mas’ûd, dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan seberat biji sawi di dalam
hatinya.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya
bagus, sandalnya bagus, (apakah itu kesombongan?”) Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allâh Maha Indah dan menyintai keindahan.
Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR.
Muslim, no. 2749]
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
سَأَصْرِفُ عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ
يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ
Aku akan memalingkan orang-orang yang
menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda
kekuasaan-Ku. (Qs Al Araf: 146)
العلم حرب للفتى
المتعالي // كالسيل حرب للمكان العالي
"Ilmu itu bagaikan musuh (tidak cocok) bagi pemuda yang
angkuh, sebagaimana aliran air itu tidak cocok bagi tempat yang tinggi"
Syaikh Utsaimin rahimahullah:
Maknanya bahwasanya pemuda yang
sombong, angkuh tidak akan mungkin mendapatkan ilmu; karena ilmu tidak cocok
baginya sebagaimana aliran air tidak cocok bagi tempat yang tinggi; karena
tempat yang tinggi akan menyemburkan aliran air kekanan dan kekiri dan tidak
menetap padanya, begitupula ilmu tidak akan menetap bersama dengan kesombongan
dan merasa tinggi, dan bisa jadi ilmu akan hilang dengan sebabnya. (Kitabul
Ilmi hlm 80)
Dan diantara kesombongan adalah
tazkiyatun nafs (berbangga diri)
Penghalang keempat: Maksiat
Asy Syaikh Al Khudhair hafidzahullah:
“Kebanyakan manusia mengeluhkan lemahnya hafalannya, sulitnya
memahami pelajaran ternyata sebabnya adalah maksiat dan dosa”
Imam Asy Syafi’I rahimahullah Ta’ala:
شكوت إلى وقيع سوءَ حفظي وأرشدني
إلى ترك المعاصي
وقال اعلم بأن العلمَ نورٌ ونور
اللهِ لا يؤتاهُ عاصي
Penghalang kelima: putus asa
Penghalang keenam: Menunda-nunda
(taswif)
BUAH DARI ILMU ADALAH AMAL & TUJUAN MENUNTUT ILMU ADALAH SURGA
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ
أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan
kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan". (Qs Al A'raf 43)
‘Ali radhiyAllahu ‘anhu berkata:
هتف العلم بالعمل، فإن أجابه وإلا ارتحل
“Ilmu memanggil untuk diamalkan, jika
dijawab (diamalkan ilmunya) maka akan menetap jika tidak (diamalkan) dia akan
pergi”
Kisah Fathimah meminta pembantu kepada
Rasulullah
Atsar Anas bin Malik, menghafal 10
ayat tidak menambah kecuali memahami dan mengamalkan kandungannya
Ketika Jabir bin Abdillah رضي الله عنه mendengar Rasulullah
shalallahu'alaihi wasallam berdoa:
اللهم إني أسألك علما نافعا وأعوذ بك من علم لا ينفع
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, dan
aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat."
Beliau langsung bergegas pulang ke keluarganya dan berkata kepada
mereka:
"Aku mendengar Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam berdoa
dengan kalimat tersebut, maka berdoalah kalian dengan doa tersebut."
Ibnul Jauzi - رحمه الله - berkata:
لقيت مشايخ، أحوالهم مختلفة يتفاوتون في مقاديرهم في العلم،
وكان أنفعهم لي في صحبته العامل منهم بعلمه، وإن كان غيره أعلم منه
"Aku bertemu dengan banyak guru.
Mereka berbeda-beda tingkat kedalaman ilmunya, Guru yang paling berkesan bagiku
adalah yang mengamalkan ilmunya, walaupun selainnya ada yang lebih berilmu
darinya" (Shaidul Khatir, hal. 134)
Dan kita semua hafal hadits yang kita sebutkan
diawal ( Man Salaka Thoroqon…)
سؤل الإمام أحمد:"متى يجد العبد طعم الراحة؟"، قال:
"عند أول قدم يضعها في الجنة" (المقصد الأرشد
[2/398])
Posting Komentar untuk "ILMU SYAR’I, KIAT-KIAT MERAIH ILMU SYAR’I, PENGHALANG MENUNTUT ILMU SYAR’I, MENGAMALKAN ILMU SYAR’I"