Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TAFSIR AL QADAR

 Tafsir Qs Al Qadr

 

Muqadimah

Surah Al-Qadar merupakan surah ke-97. Surah ini terdiri dari 5 ayat. Al-Qadar artinya “Kemuliaan”.

Jumhur atau mayoritas ulama berpendapat bahwa surat Al-Qadar adalah surah madaniyah

Alasannya: “Lailatul Qodar berkaitan dengan puasa Ramadhan dan puasa Ramadhan baru disyariatkan setelah Nabi hijrah ke Madinah, Oleh sebab itu, mayoritas ulama berpendapat surah Al-Qodar adalah surah Madaniyah

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ} أَيْ الْقُرْآن جُمْلَة وَاحِدَة مِنْ اللَّوْح الْمَحْفُوظ إلَى السَّمَاء الدُّنْيَا {فِي لَيْلَة‌‌ الْقَدْر} أَيْ الشَّرَف الْعَظِيم

Yaitu : Al-Quran keseluruhan dari Lauh Al-Mahfudz ke langit Dunia, di malam yang penuh kemuliaan

 

Tafsir Ibnu Katsir

يخبر تَعَالَى أَنَّهُ أَنْزَلَ الْقُرْآنَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، وَهِيَ اللَّيْلَةُ الْمُبَارَكَةُ الَّتِي قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةٍ مُبارَكَةٍ [الدُّخَانِ: 3] وَهِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ وَهِيَ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ كَمَا قَالَ تَعَالَى: شَهْرُ رَمَضانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ [الْبَقَرَةِ: 185]

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَغَيْرُهُ: أَنْزَلَ اللَّهُ الْقُرْآنَ جُمْلَةً وَاحِدَةً مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ إِلَى بَيْتِ الْعِزَّةِ مِنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا، ثُمَّ نَزَلَ مُفَصَّلًا بِحَسْبِ الْوَقَائِعِ فِي ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ سَنَةً عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Ibnu Abbas dan selainnya berkata: “Allah menurunkan Al-Quran secara keseluruhan dari Al Lauh Al Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia, Lalu Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur berdasarkan kejadian-kejadian selama 23 tahun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Ini pendapat pertama.

Adapun pendapat kedua:

Maksudnya ayat adalah Al-Qur’an diturunkan pada malam lailatul qadar kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Gua Hira ketika turun wahyu pertama Qs Al-Alaq

 

Penamaan Lailatul Qodr

Secara bahasa ada 3 makna al-Qodar

Pertama : Asy Syarof “Kemuliaan”

Kedua : Sempit

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya (Qs Ath Tholaq: 7)

Ketiga : Takdir

Yakni takdir sanawi

 

Yang pertama inilah yang dipilih Al Imam disini karena, seorang yang beribadah pada malam itu seperti beribadah lebih dari 1000 bulan.

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَما أَدْراكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ

2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{وَمَا أَدْرَاك} أَعْلَمَك يَا مُحَمَّد {مَا لَيْلَة الْقَدْر} تَعْظِيم لِشَأْنِهَا وَتَعْجِيب مِنْهُ

“Tahukah engkau (Muhammad) apa itu malam Al-Qodar? Pertanyaan dalam bentuk pengagungan pemuliaan dan ta’jub darinya”

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{لَيْلَة الْقَدْر خَيْر مِنْ أَلْف شَهْر} لَيْسَ فِيهَا لَيْلَة الْقَدْر فَالْعَمَل الصَّالِح فِيهَا خَيْر مِنْهُ فِي أَلْف شَهْر لَيْسَتْ فِيهَا

Lebih baik dari 1000 bulan yang tidak ada Lailatul Qodarnya, maka amal sholih didalamnya lebih baik dibanding beramal shalih selama seribu bulan tanpa ada lailatul qadar nya

Ini merupakan rahmat Allah Subhaanahu Wa Ta’aala kepada umatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam

Imam An Nawawi rahimahullah berkata:

ليلة القدر مختصَّةٌ بهذه الأمة زادها الله شرفا فلم تكن لمن قبلها

“Lailatul Qodar khusus untuk umat ini – semoga Allah menambah kemuliaannya- dan tidak didapatkan oleh umat-umat sebelumnya” (Lihat Al-Majmuu’ Syarh Al-Muhadzab)

 

Nabi telah menjelaskan bahwa umur umat Islam hanya sekitar 60-70 tahun saja

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

“Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah: 4236, Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih).

Artinya jika bahwa usia umat Islam dibanding umat-umat sebelumnya sangatlah jauh, Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun

Allah berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Ankabut: 14)

Dan 1000 tahun itu setara dengan 83 tahun 4 bulan, bagaimana kalau seorang mendapat lailatul qadar 10 tahun, 83x10 : 830 tahun bagaimana kalau dia mendapatkan lailatul qadar selama 20 tahun, maka inilah yang menjadikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersemangat menghidupkan 10 malam terakhir di bulan ramadhan

Semangat Rasulullah menghidupkan 10 hari terakhir

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.”(HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيها بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{تَنَزَّل الْمَلَائِكَة} بِحَذْفِ إِحْدَى التَّاءَيْنِ مِنْ الْأَصْل {وَالرُّوح} أَيْ جِبْرِيل {فِيهَا} فِي اللَّيْلَة {بِإِذْنِ رَبّهمْ} بِأَمْرِهِ {مِنْ كُلّ أَمْر} قَضَاهُ اللَّه فِيهَا لِتِلْكَ السَّنَة إِلَى قَابِل وَمِنْ سَبَبِيَّة بمعنى الباء

“Malaikat turun, dihilangkan ta’ yang satunya asalnya (tatanazzalul), Ar- Ruh dia adalah Jibril di malam tersebut dengan perintah Allah, Allah menakdirkan pada malam tersebut untuk takdir setahun yang akan datang , min = bi”

 

Ar-Ruh = Jibril

Dalam Ilmu Baladhah namanya : “Dzikrul Khoosh ba’dal ‘Aam” (Penyebutan hal yang spesifik (khusus) setelah hal yang umum) menunjukkan keutamaannya : Jibril adalah pemimpinnya Malaikat

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala banyak menyebutkan Jibril dengan lafadz Ruh

نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ

dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),

عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ

ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, (Qs Asy Syu’ara: 193-194)

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala mensifati Jibril ‘Alaihis salam:

Innahu Laqoulu Rosuulin Kariim…

(Qs At Takwir: 19-21)

 

PENAKDIRAN ALLAH

Pertama: Takdir yang dicatat di Lauh Mahfudz

Kedua : Takdir 'Umri atau umur

Ketiga : Takdir sanawi yaitu takdir tahunan : lailatul qadar

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

 

 

sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,

أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ

(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul,

(Qs Ad Dukhan 3-5)

 

Keempat Takdir : Takdir Yaumi

 Kulla Yaumin Huwa Fii Sya’n

(Qs Ar Rahman : 29)

 

Catatan : ketiga takdir yg terakhir semuanya telah tertulis/diambil dari Takdir pertama

 

KAPAN LAILATUL QADAR

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2017)

Dimalam ganjil di 10 malam terakhir, adapun pengkhususan malam ganjil ke berapa ada perbedaan pendapat ada yang mengatakan malam 27, ada yang mengatakan 21

Maka hendaknya seorang muslim menghidupkan seluruhnya, maka sudah dipastikan dia mendapat lailatul qadar… dan itu hikmah disembunyikannya waktunya

 

 

APA YANG DI BACA?

‘Aisyah, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?” Nabi bersabda:

 قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

“Berdo’alah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).” (HR Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850)

Kisah Pemuda dan malam ke 27

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{سَلَام هِيَ} خَبَر مُقَدَّم وَمُبْتَدَأ {حَتَّى مَطْلَع الْفَجْر} بِفَتْحِ اللَّام وَكَسْرهَا إِلَى وَقْت طُلُوعه جُعِلَتْ سَلَامًا لِكَثْرَةِ السَّلَام فِيهَا مِنْ الْمَلَائِكَة لا تَمُرّ بِمُؤْمِنٍ وَلَا بِمُؤْمِنَةٍ إِلَّا سَلَّمَتْ عَلَيْهِ

“Keselamatan malam (itu) hingga waktu terbitnya Fajar”

Karena banyaknya salam dari para Malaikat tidak berlalu seorang mukmin atau mukminah kecuali, malaikat mendoakan keselamatan baginya”

 

Pertanyaan:

1.       Apa Tafsir “Inna Anzalnahu fi lailatil qadar?

2.       Apa maksud malam lailatul qadar lebih baik dari 1000 bulan?

3.       Siapa yang dimaksud Ruh dalam firman Allah tanazzalul Malaaikata Wa Ruuh…?

4.       Sebutkan Penakdiran Allah yang 4?

5.       Kapan Lailatul Qadar?

Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "TAFSIR AL QADAR"