PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM
Link Kajian :
PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM
Oleh Aditya Bahari
Sabtu, 3 September
2022 / 7 Shofar 1444H
MUQADIMAH
Wahai Ayah, Bunda, sesungguhnya
sesuatu yang paling berharga, paling mahal, paling bernilai yang engkau miliki
setelah Agama, adalah anak-anak, mereka adalah sebab kebahagiaanmu ataupun
kesengsaraanmu.
Dengan keshalihan mereka engkau
akan merasa nyaman dan tenang, adapun karena sebab keburukan mereka akan
ternodai kehidupanmu dan engkau akan meneguk pedihnya hidup.
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا ۖ
Harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia (Qs Al Kahfi: 46)
Kewajiban mendidik anak dan wasiat
Allah bagi orang tua
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ
غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs At Tahrim: 6)
-
Dia mulai dari dirinya ( jika tidak
ada wiqoyah yang satu, tidak akan terealisasi yang kedua)
-
Isyarat untuk menjadi qudwah
Sebagaimana Allah berwasiat kepada
anak-anak untuk berbakti kepada orang tua dan wajibnya berbuat ihsan (kebaikan)
kepada mereka
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا ۖ
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat)
kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya.” (Qs An kabut: 8).
Allah juga berwasiat kepada orang tua
untuk mendidik dan mengajarkan adab kepada anak-anak mereka
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ ۖ
“Allah memerintahkan kalian para orang
tua berwasiat terhadap anak-anak kalian” (Qs An Nisaa: 11)
Syaikh As Se’di rahimahullah mengomentari
ayat ini dalam tafsirnya, beliau berkata:
“Wahai para orang tua, Allah
mewasiatkan mereka anak-anak kepadamu, agar kamu memberikan apa yang maslahat
bagi mereka dari dunia dan akhirat, dan agar kalian mengajari mereka dan mengajari
mereka adab, dan mencegah dari segala mafsadah (keburukan), dan memerintahkan
mereka untuk tata kepada Allah, dan senantiasa melazimi takwa”
Dalam Pendidikan Anak disana ada dua
hal penting
1. Wiqoyah (Penjagaan)
2. Al ‘Ilaaj (Pengobatan)
Pertama
Al Wiqoyah (Penjagaan)
Dikatakan bahwa:
الوقاية خير من العلاج
“Pencegahan lebih
baik daripada penyembuhan”
Ada beberapa pencegahan terhadap anak
dari keburukan akhlak dan kejelekan moral, akan kami sebutkan 10 diantara
bentuk penjagaan anak-anak kita dari segala macam keburukan dan kerusakan.
1.
Perbanyak
doa
Jika kebanyakan kita menjadikan doa
sebagai solusi terakhir dari ikhtiyar dan upaya kita dalam segala hal, maka
hendaknya kita ruba minset kita bahwa solusi pertama, dan upaya pertama dan
utama adalah doa berdoa kepada Allah
Subhaanahu Wa Ta’aala
Imam Asy Syafi’ii rahimahullah berkata:
أتهزأ بالدعاء وتزدريه
وما تدري بما صنع الدعاء
سهام الليل لا تخطي ولكن لها أمد وللأمد انقضاء
“Apakah engkau mengejek
dan meremehkan doa? Engkau tidak tahu apa yang bisa dilakukan oleh doa, (Doa
ibarat) anak panah yang dilepaskan di malam hari, tidak akan meleset. Akan
tetapi anak panah tersebut ada waktunya (yang dibutuhkan) untuk mengenai
(sasaran), dan setiap waktu pasti ada akhirnya.” (Diwan
Imam Syafi’i)
Memperbanyak doa bagi anak-anak agar
Allah memberinya hidayah, dan menjauhkan dari mereka segala fitnah yang nampak
maupun tersembunyi
Dan doa ini tidak hanya saat anak sudah
lahir, bahkan sebelum anak ada, kita berdoa kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
Sebagaimana Nabi Ibrahim ‘Alaihis
salaam
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku
(seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.Qs Ash
Shooffaat: 100
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak
cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah
doaku.Qs Ibrahim: 40
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ ۖ قَالَ رَبِّ
هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
Di sanalah Zakariya mendoa kepada
Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang
anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa".Qs Ali ‘Imran
: 38
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
Dan orang orang yang berkata: "Ya
Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa. Qs Al Furqan: 74
Dan di dalam hadits disebutkan
diantara doa yang mustajab adalah: “Doa orang tua kepada anaknya”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga doa yang mustajab yang tidak
diragukan lagi yaitu doa orang tua, doa orang yang bepergian (safar) dan doa
orang yang dizholimi.” (HR. Abu Daud no. 1536. Syaikh Al Albani
katakan bahwa hadits ini hasan).
2.
Menjadi
contoh yang baik
Dikatakan
bahwa:
الولد سرُّ أَبِيه
“Anak itu adalah
cerminan orang tua”
3.
Berbaktilah
kepada orang tua kita maka anak akan berbakti kepadamu
Disana terdapat kaedah
الجزاء من جنس العمل
Balasan sesuai dengan amal perbuatan.
Barangsiapa dikala hidupnya berbakti
kepada kedua orang tuanya maka anak-anaknya kelak akan bakti kepadanya, maka
ketika segala cara sudah dikerahkan dan dilakukan masih saja anak-anak belum
bisa menjadi baik seperti yang diinginkan sebabbnya ternyata
1. Kelalaiannnya dahulu kepada kedua orang tua
2. Krisisnya seorang dalam bergantung kepada Allah, dan hanya
bergantung pada ilmu pengetahuaannya
4.
Jadikan
tujuanmu mendidiknya adalah menjadikan mereka shalih dan mushlih
Perbaiki niat dan tujuan, barangsiapa
yang maksud dan tujuannya dan niatnya dalam mendidik anak adalah agar mereka
menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, maka Allah akan menolongnya, dan
meneguhkannya, akhirnya mudah baginya mendidik anak-anaknya
5.
Kasih
sayang dan kelembutan dalam pergaulan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِنَّ الرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي
شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak
indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”(HR.Muslim
no.2594)
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium Hasan, putra Ali di
mana saat itu ada Aqra’ ibnu Habis At Tamimi sedang duduk di samping beliau.
Dia lalu berkata,
إِنَّ لِي عَشْرَةً مِنَ اْلوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ
أَحَداً!
“Saya punya sepuluh orang anak dan
tidak pernah satupun dari mereka yang saya cium.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memandangnya dan berkata,
مَنْ لَا يَرْحَمُ لَا يُرْحَمُ
’Siapa yang tidak memiliki sifat kasih
sayang, niscaya tidak tidak akan memperoleh rahmat Allah.”
6.
Menetapkan
aturan dan tata tertib, terutama di dalam rumah, dan mengharuskan mereka untuk
mengikutinya dan tidak melanggarnya
7.
Duduk
bersama anak-anak dan berbincang bersama mereka
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإذَا قَضَى أحَدُكُمْ
نَهْمَتَهُ مِنْ سَفَرِهِ، فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أهْلِهِ
“Jika
salah seorang dari kalian telah selesai dari tujuan/kebutuhan berpergiannya
(safar), maka hendaknya dia kembali kepada keluarganya” (HR.
Bukhari dan Muslim).
An-Nawawi
rahimahullah menjelaskan hadits ini bahwa (segera) kembali ke rumah dan
keluarganya itu agar dia tidak melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat ketika
safar di luar. Beliau rahimahullah berkata,
المقصود
فى هذا الحديث استحباب تعجيل الرجوع إلى الأهل بعد قضاء شغله ولا يتأخر بما ليس له
بمهم
“Maksud
dari hadits ini adalah sunahnya menyegerakan kembali pulang ke keluarganya
setelah menunaikan semua tugas (hajat). Hendaknya jangan menunda dengan
melakukan hal yang bukan menjadi tugas (tujuan safar)” (Syarh
Muslim, 13: 70).
8.
Memilihkan
teman dekat yang shalih
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Seseorang itu menurut agama teman
dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu
Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah
Ash-Shahihah, no. 927)
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ
وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ
تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ
الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman duduk yang shalih
dan buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun
penjual minyak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi, atau kamu akan
membeli darinya atau kamu akan mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai
besi, bisa jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau
yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari No. 2101, Muslim No. 2628)
9.
Mulailah
pendidikan dari yang terpenting
Yaitu
perkara aqidah (keyakinan) & sholat
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ
يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا
نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا
وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Adakah kamu hadir ketika Ya'qub
kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa
yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu)
Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Qs Al
Baqarah: 133)
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ
عَلَيْهَا ۖ
Dan perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.(Qs
Thaha: 132)
“Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ
سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ ،
وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Suruhlah anak kalian shalat ketika
berumur tujuh tahun! Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika
mereka meninggalkan shalat)! Dan pisahkanlah tempat tidur mereka (antara anak laki-laki
dan anak perempuan)!
وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلَاةِ
Dan dia (Nabi Ismail) memerintahkan
keluarganya untuk sholat (Qs Maryam:55)
Dan bahwasanya sholat ini akan
mencegah dari perbuatan munkar
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ ۗ
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (Qs Al Ankabut: 45)
10. Jangan buru-buru menginginkan hasil, Sabar dan terus dalam
mendidik tidak ada kata menyerah atau putus asa
Sebagian orang tua, mungkin mendapati
kesalahan pada anaknya, atau kemungkaran lalu diingatkan sekali dua kali,
kemudian mulai tertimpa putus asa, maka jangan terburu-buru mendapatkan hasil
Katakanlah: “Jika belum sadar
sekarang, besuk in syaa Allah, jika besuknya masih belum sadar, ia katakan lagi
in syaa Alah besuknya lagi terus dia bersabar
Kedua
Al ‘Ilaaj (Pengobatan)
Jika seorang Ayah melihat pada anaknya
perubahan yang signifikan dalam tingkah laku, bersegeralah dalam mengobatinya
dan meluruskannya
1. Mengganti teman-teman yang saat ini berteman dengannya
2. Buat si anak kembali mempercayai anda dengan memuliakannya, memuji
dan menyemangatinya
3. Menyibukkannya dengan hal yang bermanfaat
4. Bertanya kepada orang yang sudah berpengalaman dalam mendidik anak
5. Menjauhkannya dari sebab-sebab membuatnya melenceng
Posting Komentar untuk "PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM"