KHUTBAH JUM'AH: SEBAB-SEBAB KETENANGAN HATI
Khutbah Pertama.
السلام عليكم ورحمة
الله وبركاته
إنّ الحمد لله نحمده
ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من
يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له
وأشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فإنّ أصدق الحديث كتاب
الله، وخير الهدى، هدى محمد صلى الله عليه وسلم، وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثة
بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
Amma ba’du:
Ma’asyiral muslimin jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari
yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada
diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan
dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan melakukan semua
kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Ma’asyiral muslimin jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Tema Khutbah pada kesempatan hari ini adalah “Sebab-sebab
turunnya ketenangan dalam hati”
Ketenangan (As Sakinah) dalam
hati seorang hamba merupakan nikmat, diantara nikmat yang besar yang Allah
karuniakan kepada hamba, jika hatinya tenang, tenteram maka setiap urusannya
akan baik, pikirannya ikut tenang. kemarahan serta kebencian dalam hati akan
menjauh sesuai kadar sedikit atau banyaknya ketenangan dalam hati
Berikut 4 sebab turunnya ketenangan di dalam hati
Pertama: Keimanan kepada Allah
Subhaanahu Wata’aala yang jujur, ikhlash dari dalam hati
Ketika Rasulullah bersama para
Shahabat hendak mengunjungi Baitullah dan dihadang oleh kaum musyrikin sehingga
Rasulullah mengutus Utsman ke Makkah, lalu tersebarlah kabar dusta bahwa Utsman
dibunuh oleh kaum musyrikin, maka Nabi mengumpulkan kaum muslimin saat itu
berjumlah 1500 orang dan mereka para Shahabat membaiat (janji setia) bersama
Nabi r
untuk memerangi kaum musyrikin dan tidak kabur hingga mati, Kemudian Allah
mengabarkan bahwa Allah telah ridho terhadap mereka yang mana baiat ini
merupakan ketaatan yang besar
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ
يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ
السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
“Sesungguhnya Allah telah
ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di
bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka (dari
keimanan) lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada
mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”(Q.S Al Fath:18)
Maka ketenangan diraih dengan keimanan kepada Allah. Jika kita
menginginkan ketenangan maka perhatikan kualitas keimanan kita kepada Allah,
apakah semakin kuat ataukah lemah, apakah semakin bertambah atau justru terjun
turun berkurang
Kedua : Mendengarkan Al-Quran,
membaca serta mempelajarinya
Coba perhatikan, bagaimana sekelompok jin mendapatkan
hidayah dan ketenangan lantaran mendengarkan bacaan Al-Qu’an.
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ
يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا ۖ فَلَمَّا
قُضِيَ وَلَّوْا إِلَىٰ قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ قَالُوا
يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَىٰ مُصَدِّقًا
لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَىٰ طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ
“Dan (ingatlah) ketika Kami
hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala
mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: ‘Diamlah kamu (untuk
mendengarkannya)’. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya
(untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: ‘Hai kaum kami, sesungguhnya kami
telah mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan
kepada jalan yang lurus.” (QS. Al-Ahqaf: 29-30)
Disebutkan oleh Al-Barra’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu,
bahwa ada seorang shahabat ketika membaca surat Al Kahfi, tiba-tiba hewan
ternaknya berlarian dan merasa ada sesuatu, ketika ia keluar rumah maka ada
awan menaungi rumahnya, lalu ia kabarkan kepada Nabi r Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata,
تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ
“Itu merupakan ketenangan yang turun karena Al-Qur’an.” (HR.
Bukhari, no. 4839 dan Muslim, no. 795)
Dalam riwayat lain bahwa awan tersebut diatasnya ada malaikat
rahmat yang senang dengan bacaan Al-Quran.
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Itulah yang
menunjukkan keutamaan membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an itulah sebab turunnya rahmat
dan hadirnya malaikat. Hadits itu juga mengandung pelajaran tentang keutamaan
mendengar Al-Qur’an.” (Syarh Shahih Muslim, 6:74)
Tidak hanya didengarkan dan dibaca Al-Quran diturunkan untuk
ditadaburi, untuk dipelajari dan bahkan itulah tujuannya
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ
لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah Kitab (Al-Quran)
yang Kami turunkan kepadamu Muhammad penuh dengan keberkahan agar supaya mereka
mentadabburi ayat-ayatnya dan agar orang-orang berakal itu mendapat pelajaran (Q.S
Shad 29)
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ
بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ
نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah
membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun
kepada mereka sakinah (ketenangan),(HR. Muslim, no. 2699)
Ketiga: Berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala
Diantara sebab turunnya ketenangan dalam hati adalah
memperbanyak dzikir kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
ﵟٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم
بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨ﵞ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه
وامتنانه وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا
عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه
Ketempat : Ridho kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’aala dalam
segala kondisi
Diantara sebab turunnya ketenangan dalam hati adalah ridho
kepada Allah atas ketetapan-Nya
Ridho adalah: berserah diri pada
takdir, dan merasa cukup (qona’ah) dengan pembagian Allah, baik itu banyak
maupun sedikit, tenang dan tentram bersama Allah, tidak menyesal atas apa yang
telah lewat, juga tidak marah maupun benci, bahkan tidak menolak apa yang telah
Allah takdirkan baginya (A’maalul
Quluub hlm (Jilid 2 hlm 340)
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah
mengatakan
أَنَّ الرِّضَا يُنْزِلُ عَلَيْهِ
السَّكِينَةَ الَّتِي لَا أَنْفَعَ لَهُ مِنْهَا. وَمَتَى نَزَلَتْ عَلَيْهِ
السِّكِّينَةُ: اسْتَقَامَ. وَصَلَحَتْ أَحْوَالُهُ، وَصَلَحَ بَالُهُ.
وَالسُّخْطُ يُبْعِدُهُ مِنْهَا بِحَسَبِ قِلَّتِهِ وَكَثْرَتِهِ. وَإِذَا
تَرَحَّلَتْ عَنْهُ السَّكِينَةُ تَرَحَّلَ عَنْهُ السُّرُورُ وَالْأَمْنُ
وَالدَّعَةُ وَالرَّاحَةُ، وَطِيبُ الْعَيْشِ. فَمِنْ أَعْظَمِ نِعَمِ اللَّهِ
عَلَى عَبْدِهِ: تَنَزُّلُ السَّكِينَةِ عَلَيْهِ. وَمِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِهَا:
الرِّضَا عَنْهُ فِي جَمِيعِ الْحَالَاتِ
“Sesungguhnya ridho
mendatangkan ketenangan hati yang mana tidak bermanfaat bagi hati kecuali
dengannya, dan kapan ketenangan itu turun kepadanya, ia akan istiqamah,
keadaannya menjadi baik, baik pula pikirannya, adapun kemarahan akan menjauhkan
hati dari ketenangan sebanding dengan seberapa banyak atau sedikitnya, jika
ketenangan itu pergi darinya akan pergi pula kesenangan keamanan dan ketentraman,
kehidupan yang baik, maka diantara nikmat Allah yang terbesar atas hamba-Nya
turunnya ketenangan padanya, dan diantara sebab terbesarbya adalah ridho kepada
Allah dalam segala kondisi.”(Madarijus salikin 1/201.
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ
أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى
نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا،
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ،
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ،
والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ
حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Referensi:
Rumaysho.com
Islamweb.net dll
Posting Komentar untuk "KHUTBAH JUM'AH: SEBAB-SEBAB KETENANGAN HATI"