Nasehat Pernikahan
الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على عبده ورسوله نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
بارك الله لك وبارك عليك وجمع بينكما في خير
BaarokAllahu laka wa baaroka 'alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir
Ini merupakan beberapa kalimat berharga nasehat pernikahan yang saya simak dari Ustadz Nizar Jabal hafidzahullah
semoga bermanfaat untuk saya pribadi khususnya dan umumnya kepada para pembaca a'aazaniyAllah wa iyyakum
Allah Subhaanahu Wa Ta'aala berfirman :
وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا
"Dan sungguh Allah telah menciptakan kalian dalam beberapa kejadian" (Qs Nuh: 14).
Kemarin mungkin kita masih melihat anak perempuan kita masih kecil, diantar sekolah, diantar mengaji. kemudian ia tumbuh dewasa. lalu sang Ayah-pun menikahkannya.
ini ujian yang berat bagi orang tua dimana ber tahun-tahun membersamai sang anak, namun diambil oleh seorang yang baru dia kenal mungkin baru beberapa bulan. itulah kehidupan.
Kemudian yang perlu diketahui bagi seorang suami ada dua tanggung jawab besar yang ada dipundakmu.
1. Memimpin Keluarga
ini berdasarkan Firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aala:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita". (QS. An-Nisaa; 34).
dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya". (HR. Bukhari no. 2554 dan Muslim no. 1829)
2. Membimbing Keluarga
Pernikahan adalah karunia dan nikmat yang besar dari Allah Subhaanahu Wa Ta'aala didalamnya terdapat pintu-pintu Ibadah yang banyak, pernikahan itu bukan hal yang sembarangan di dalam agama, ia adalah ibadah dan ketaatan yang sangat agung
Oleh karena itu kewajiban suami adalah sebagaimana yang Allah Subhaanahu Wa Ta'aala firmankan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS At-Tahrim: 6)
Siapa yang dimaksud dalam ayat ini ? kita wahai para lelaki, kita wahai para Ayah.
sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata, ketika menafsirkan ayat ini:
أدبوهم وعلموهم
“Didiklah dan ajarkanlah mereka (perkara agama).”
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkata kepada rombongan sahabat yang datang kepada Rasulullah dan tinggal di Madinah selama 20 malam untuk belajar. maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
ketika terlihat dari mereka yang rindu kepada keluarganya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ارْجِعُوا إلى أَهْلِيكُم، فَأَقِيمُوا فيهم، وَعَلِّمُوهُم وَمُرُوهُم وَصَلُّوا صَلاَةَ كَذَا في حِينِ كذَا
"Pulanglah kalian ke keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka, dan ajarkanlah mereka dan perintahkan mereka sholat
dalam riwayat lain :
وصَلُّوا كَمَا رَأَيتُمُونِي أُصَلِّ
Dan sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat. (Muttafaqun 'Alaih).
ini menunjukkan tentang tugas suami untuk mengajari istrinya ilmu yang bermanfaat, hadir di majelis ilmu, atau suami belajar lalu ketika pulang ia ajarkan kepada istrinya dari apa yang dia pelajari.
Allah Subhaanahu Wa Ta'aala memerintahkan kepada pemimpin keluarga untuk membimbing keluarga, memerintahkan mereka untuk Sholat
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.(QS Thaha: 132).
dan ketentuan syariat bahwa perempuan itu kurang akalnya, dan kurang agamanya, apakah kurang akal berarti tidak pintar? bahkan bisa lebih pintar dari laki-laki, akan tetapi dia lebih mengedepankan perasaan dibanding akal.
adapun kurang agamanya, maksudnya adalah karena wanita haid sehingga diwaktu itu tidak sholat.
Dan sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kabarkan:
وَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْئٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلاَهُ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهُ كَسَرْتَهُ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ، فَاسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا.
berbuat baiklah kepada wanita. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika engkau meluruskannya, maka engkau mematahkannya dan jika engkau biarkan, maka akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berbuat baiklah kepada wanita.” (HR. Al-Bukhari no. 5185)
Ustadz berkata mengutip ucapan Ibnu Hajar di dalam Fathul Baari bahwa yang paling bengkok adalah atas, maksudnya lisannya.. Maka tugas dan kewajiban suami adalah menasehati, mengajari perkara agama, dan menjadi contoh kebanggaan yang baik bagi istri dalam ibadahnya
dan menjadi contoh membanggakan untuk anak-anaknya.
Adapun Istri tugasnya mudah, sebagaimana dalam hadits yang mulia ini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ”.
“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau”. (HR. Ahmad dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany).
Kalau kita perhatikan dalam hadits ini, jika seorang wanita sholat wajib 5 waktu, (tidak dikatakan) juga sholat-sholat sunnah sholat malam, namun hanya disebut sholat wajib 5 waktu.
kemudian berpuasa, apakah termasuk puasa-puasa sunnah juga? dalam hadits hanya disebutkan puasa ramadhan itu minimalnya. menjaga kehormatannya, kehormatan suaminya, menjaga rahasia suaminya
dan mentaati suaminya (pent)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Dari Al-Hushain bin Mihshan, bahwa bibinya pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk suatu keperluan. Setelah urusannya selesai, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya kepadanya,
أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟
“Apakah kamu mempunyai suami?”
Dia menjawab, “Ya.”
Beliau bertanya lagi,
كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟
“Bagaimanakah sikapmu terhadapnya?”
Dia menjawab, “Saya sungguh-sungguh melayani suamiku, kecuali terhadap sesuatu yang memang aku tidak sanggup.”
Beliau bersabda,
فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Perhatikanlah selalu posisimu terhadap suamimu. Sesungguhnya yang menentukan surga dan nerakamu adalah (sikapmu terhadap) suamimu.” (HR. Ahmad 31: 341)
Jika ia telah melakukan semua itu, dikatakan kepadanya : "Masuklah dari pintu surga mana saja yang kamu mau"
Kemudian diantara nasehat yang Ustadz sampaikan bahwa ketika mendapati permasalahan agar supaya diselesaikan bersama terlebih dahulu, janganlah setiap ada masalah bilang ke ibunya atau ayahnya, ini tidaklah menambah kecuali semakin rumit.
saat istri marah-marah maka munculkanlah senyuman begitu juga sebaliknya karena api tidak akan padam jika dibalas api. dan jagalah kehormatan suami begitu juga suami menjaga kehormatan istri dengan tidak menyebarkan aibnya kepada orang lain, nasehat terakhir yang saya ingat bahwa kekeliruan yang banyak tersebar di masyarakat kita adalah sikap yang terbalik.
Saat bersama teman-temannya menjaga ucapan berlemah lembut menebar senyuman, akan tetapi saat sampai di rumah berubah menjadi harimau yang ganas, maka ini tidak layak
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku”
[HR. At Tirmidzi no: 3895 dan Ibnu Majah no: 1977 dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no: 285].
Demikian sedikit yang bisa saya tangkap karena kedangkalan Ilmu
Semoga Allah selalu memberi taufiq dan membimbing kita diatas kebenaran dan istiqamah diatasnya
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Selesai ditulis di Rumah Quran Al-Husnaa Pulogebang
29 Rabi'ul Awwal 1442 H
15-11-20
Posting Komentar untuk "Nasehat Pernikahan"