PENYEBUTAN BEBERAPA KEJADIAN PADA HARI KIAMAT
PENYEBUTAN BEBERAPA KEJADIAN PADA HARI KIAMAT
Bait-bait ini dan setelahnya berbicara
tentang Keimanan terhadap Hari Akhir, dan keimanan terhdap hari kiamat
merupakan rukun dari rukun-rukun Iman
والمثل هذه المنظومة المختصرة لا تسع أن يذكر تفاصيل الإيمان
باليوم الآخر
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
berfirman:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا
وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke
arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi (Qs Al Baqarah: 177)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ
الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang
beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang
Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.( Qs An Nisa 136)
Makna Iman kepada hari Kiamat:
الإيمان بكل ما يكون بعد الموت، والقبر أول منازل الآخرة
“Keimanan pada kejadian setelah
kematian, dan qubur adalah persinggahan pertama di kampung akherat”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
الْقَبْرُ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ
فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ
مِنْهُ
”Kubur adalah tempat persinggahan
akhirat yang pertama. Barangsiapa yang selamat darinya, maka jenjang berikutnya
akan lebih mudah. Dan barangsiapa yang tidak selamat darinya, maka sesudahnya
akan lebih berat.”HR. Ahmad, dihasankan oleh Syaikh al-Albani
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah berkata:
وأُقرُّ بــــ (
الميزانِ ) و ( الحوضِ
) الذي *** أرجو بأنِّيَ مِنهُ ريًّا أَنهَلُ،
وكذا (
الصراطُ ) يُمَدُّ فَوقَ جَهَنَّمٍ *** فَمُسَلَّمٌ نَاجٍ، وآخَرُ
مُهْمَلُ،
“Aku meyakini (yakni dengan lisan dan
hati) dan berkeyakinan kuat tidak ada keraguan padanya, yaitu tentang “MIZAN”
timbangan pada hari kiamat, yang menimbang amalan, baik amalan
Dalil-dalil tentang penetapan adanya mizan (timbangan)
pada hari kiamat
Dalil-dalil tentang mizan bisa kita bagi menjadi dua sumber,
yaitu dari Al-Quran dan hadits-hadits.
Dalil Al-Quran
Di antara ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang mizan
adalah,
Allah ﷻ berfirman,
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ
مَوَازِينُهُ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ
فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ
"Maka
adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan
(kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.” (QS.
Al-Qari’ah: 6-9)
Allah ﷻ berfirman,
فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ، وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ
الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ
"Barangsiapa berat timbangan
(kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa
ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan
dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (QS. Al-Mu’minun:
102-103)
Allah ﷻ berfirman,
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ
لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ
حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
"Dan Kami akan memasang
timbangan yang tepat (adil) pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan
walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya
(pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’: 47)
Dalil hadits
Dalil tentang Al-Mizan dalam hadits-hadits sangat banyak
sekali. Di antaranya,
Hadits tentang dua kalimat yang berat di timbangan
Nabi ﷺ bersabda,
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي
المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ
اللَّهِ العَظِيمِ
Dua kalimat ringan dilisan, berat di timbangan, dan
disukai Ar-Rahman, yaitu: Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Adziim.”
(Muttafaqun ‘alaih)
Hadits tentang keutamaan bersuci
Nabi ﷺ bersabda,
الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ
الْمِيزَانَ
“Bersuci adalah setengah dari iman, dan kalimat
‘alhamdulillah’ memenuhi timbangan.” HR. Muslim No. 223
Hadits tentang keutamaan akhlak yang baik
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ المُؤْمِنِ يَوْمَ
القِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
“Tidak sesuatu yang lebih berat
dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang
baik.” HR. At-Tirmidzi No. 2002, dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani.
والميزان ميزان حقيقي له كفتان مثل حديث بطاقة
Mizan hakiki, yang memiliki
dua anak timbangan
Hadits Bithoqoh
يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى
رُءُوسِ الْخَلَائِقِ، فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلًّا، كُلُّ
سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: هَلْ تُنْكِرُ
مِنْ هَذَا شَيْئًا؟ فَيَقُولُ: لَا، يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: أَظَلَمَتْكَ
كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ؟ فَيَقُولُ: لَا، ثُمَّ يَقُولُ: أَلَكَ عُذْرٌ، أَلَكَ
حَسَنَةٌ؟ فَيُهَابُ الرَّجُلُ، فَيَقُولُ: لَا، فَيَقُولُ: بَلَى، إِنَّ لَكَ
عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ، وَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ، فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ
فِيهَا: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ، قَالَ: فَيَقُولُ: يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ، مَعَ هَذِهِ
السِّجِلَّاتِ؟ فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ، فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي
كِفَّةٍ، وَالْبِطَاقَةُ فِي كِفَّةٍ، فَطَاشَتِ السِّجِلَّاتُ، وَثَقُلَتِ
الْبِطَاقَةُ
“Pada hari kiamat akan di
teriakan seorang laki-laki dari umatku di atas kepala seluruh makhluk. Maka di
sebarkanlah untuknya sembilan puluh sembilan buku catatan (yang isinya
seluruhnya maksiat), setiap buku catatan yang panjangnya sejauh mata memandang.
Kemudian Allah berfirman, ‘Apakah kamu mengingkari sesuatu dari catatan ini?’
Dia menjawab, ‘Tidak wahai Rabbku’. Allah bertanya lagi, ‘Apakah Malaikat
penulis-Ku menzalimimu (salah catat)?’ Dia menjawab, ‘Tidak’. Kemudian Allah
berfirman, ‘Apakah kamu punya alasan? Apakah kamu punya kebaikan?’ Maka dengan
rasa takut, laki-laki itu menjawab, ‘Tidak’. Allah berfirman, ‘Ya, sesungguhnya
kamu memiliki beberapa kebaikan di sisi Kami. Sesungguhnya pada hari ini tidak
ada lagi kezaliman bagi dirimu’. Maka di keluarkanlah untuknya kartu yang
bertuliskan, ‘Laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan ‘Abduhu wa rasuuluhu
(Tidak ada Tuhan yang berhak di sembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya)’. Maka Lelaki itu berkata, ‘Wahai Rabbku, apa
pengaruhnya kartu ini dengan buku catatan ini?’ Allah menjawab, ‘Sesungguhnya
kamu tidak akan dizalimi’. Maka di letakkanlah catatan-catatan itu di atas
satu bagian (di sisi) timbangan, dan kartu di bagian lain (sisi yang lain) dari
timbangan, ternyata catatan-catatan itu lebih ringan dan kartu itu lebih
berat.” (HR. Ibnu Majah No. 4300)
الميزان توزن به الأعمال، والصحف والعباد
Apa yang ditimbang?
Kalau kita memperhatikan
dalil-dalil yang ada, maka dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa yang
ditimbang ada tiga hal,
Pertama: Amal itu sendiri.
Sebagaimana hadits-hadits yang telah kita sebutkan di antaranya,
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي
المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ،
سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ
“Dua kalimat ringan dilisan,
berat di timbangan, dan disukai Ar-Rahman, yaitu: Subhanallah wabihamdihi,
subhanallahil ‘Adziim.”HR. Bukhari No. 6682 dan HR. Muslim No. 2694
Demikian juga sabda Nabi ﷺ,
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ
“Dan kalimat ‘alhamdulillah’
memenuhi timbangan.” (HR. Muslim No. 223)
Ini menunjukkan bahwa zikir yang
ditimbang. Demikian juga sabda Nabi ﷺ,
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ المُؤْمِنِ يَوْمَ
القِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
“Tidak sesuatu yang lebih
berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak
yang baik.” HR. At-Tirmidzi No. 2002, dinyatakan sahih oleh Syaikh
Al-Albani.
Ini menunjukkan bahwa yang
ditimbang adalah amalan itu sendiri.
Kedua: Catatan amal. Hal
ini sebagaimana hadits tentang pemilik kartu.
Ini adalah dalil yang menunjukkan
bahwasanya yang diletakkan di timbangan adalah catatan amal seseorang.
Ketiga: Pelaku. Di antara
yang akan ditumbang adalah pelaku (seorang hamba). Hal ini berdasarkan hadits
tentang Ibnu Mas’ud h. Disebutkan dalam hadits tersebut,
أَنَّهُ كَانَ يَجْتَنِي سِوَاكًا مِنَ الْأَرَاكِ، وَكَانَ
دَقِيقَ السَّاقَيْنِ، فَجَعَلَتِ الرِّيحُ تَكْفَؤُهُ، فَضَحِكَ الْقَوْمُ
مِنْهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مِمَّ
تَضْحَكُونَ؟ قَالُوا: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، مِنْ دِقَّةِ سَاقَيْهِ، فَقَالَ:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ أُحُدٍ
Ia (Ibnu Mas’ud) memetik siwak
dari pohon Arak dan ia memiliki betis yang kecil. Tiba-tiba angin menyingkap
kedua kakinya lalu orang-orang menertawakannya. Rasulullah ﷺ bertanya, ‘Apa
yang kalian tertawakan?’ Mereka menjawab, ‘Wahai Nabi Allah, kami menertawakan
betisnya yang kecil’. Maka beliau bersabda, ‘Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, sungguh kedua betisnya lebih berat timbangannya dari gunung Uhud’.”
HR. Ahmad No. 3991, dinyatakan
sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah No. 3192
Kemudian juga datang dalam sebuah
hadits,
إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ العَظِيمُ السَّمِينُ يَوْمَ
القِيَامَةِ، لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ
"Sungguh pada hari kiamat
akan datang seseorang yang berbadan gemuk namun di sisi Allah timbangannya
tidak dapat melebihi berat sayap seekor nyamuk.” HR. Bukhari No. 4279 dan
HR. Muslim 2785
Al Mu’tazilah mengingkari MIZAN
المعتزلة لا يؤمنون به : "هذه هي طريقة أهل الأهواء
الذين يتعاملون المغيبات بالعقول المجردة"
Orang-orang
Mu’tazilah mengatakan bahwasanya Mizan adalah keadilan. Mereka mengatakan
demikian karena menurut logika mereka tidak mungkin sesuatu yang abstrak (tidak
berwujud) bisa menjadi konkret (berupa sesuatu yang nampak) untuk ditimbang. Mereka
mengatakan bahwasanya amal adalah sesuatu yang abstrak, sehingga tidak mungkin
datang pada hari kiamat dalam keadaan kongkret untuk ditimbang.
أما أهل الإيمان الذين وصفهم الله بقوله: يؤمنون بالغيب
Bantahan untuk syubhat ini:
Allah Maha Mampu mengubah sesuatu yang
Abstrak menjadi Konkret
seperti sabda Nabi ﷺ tentang kematian. Nabi ﷺ bersabda,
يُؤْتَى بِالْمَوْتِ كَهَيْئَةِ كَبْشٍ أَمْلَحَ، فَيُنَادِي
مُنَادٍ: يَا أَهْلَ الجَنَّةِ، فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ، فَيَقُولُ: هَلْ
تَعْرِفُونَ هَذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، هَذَا المَوْتُ، وَكُلُّهُمْ قَدْ رَآهُ
“Kematian didatangkan pada hari kiamat
seperti kambing amlah (yaitu yang warna bulunya ada hitam dan ada putihnya
-red). Kemudian dikatakan, ‘Wahai penduduk surga!’ Maka mereka melihat dengan
mendongak, lalu dikatakan, ‘Apa kalian mengetahui ini?’ Mereka menjawab, ‘Ya,
itu adalah kematian’. Dan semuanya telah melihatnya.”HR.
Bukhari No. 4730.
Ada Syubhat yang mereka sampaikan
seperti ini:
“Allah tidak butuh pada menimbang
amalan, kan sudah tertulis dan Allah Maha Tahu, dan Allah Maha Tahu hasil akhirnya.
Siapa yang berbahagia masuk surga, dan siapa yang sengsara masuk neraka, Allah
tahu tempat tinggal mereka yang terakhir, bahkan ketika masih di dalam perut
ibundanya”
Hikmah adanya timbangan amal pada hari kiamat
Maka kita Jawab: “Hikmah, Faedah dari
Mizan “Timbangan agar supaya tegak hujjah, sehingga tidak akan ada ucapan
seorang hamba masuk surga karena amalannya, atau penduduk neraka yang protes: “Aku
disiksa melampaui batas siksaanku sebenarnya, dengan Mizan akan terputus dari alasannya
(Asy Syaikh Al Khudheir hafidzahullah)
يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ ثَمَّ مَوَازِينُ مُتَعَدِّدَةٌ
تُوزَنُ فِيهَا الْأَعْمَالُ، وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ الْمُرَادُ
الْمَوْزُونَاتِ، فَجَمَعَ بِاعْتِبَارِ تَنَوُّعِ الْأَعْمَالِ الْمَوْزُونَةِ،
وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Penyebutan Lisan bagi Mizan
وذكر اللسان في الميزان جاء في أثر عن ابن عباس، وأثر الحسن
البصري ولم يرفع إلى النبي صلى الله عليه وسلم
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah berkata:
وأُقرُّ بــــ (
الميزانِ ) و ( الحوضِ
) الذي *** أرجو بأنِّيَ مِنهُ ريًّا أَنهَلُ،
Aku berharap supaya aku minum darinya
dalam keadaan sepuas-puasnya
“Aku meyakini Telaga, dimana yang
minum darinya satu kali, tidak akan pernah haus selamanya”
Nabi ﷺ pernah bersabda,
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ، حَتَّى
تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ، فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ
أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ،
وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى
حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا
“Pada hari kiamat, matahari di
dekatkan ke manusia hingga sebatas satu mil. Lalu mereka bercucuran keringat
sesuai amal perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang berkeringat hingga
tumitnya, ada yang berkeringat hingga lututnya, ada yang berkeringat hingga
pinggang dan ada yang benar-benar tenggelam oleh keringat.”HR. Muslim
4/2196 no. 2864
Maka semakin sedikit amalan seseorang,
maka akan semakin banyak keringat yang bercucuran dari tubuhnya. Maka kondisi
tersebut menjadikan manusia benar-benar dalam kondisi sangat haus dan
membutuhkan air minum. Maka pada saat itu, Nabi ﷺ telah menanti umatnya
di telaga beliau, sebagaimana dalam sabdanya,
إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الحَوْضِ، مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ،
وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا
“Sesungguhnya aku menunggu kalian di
telagaku, siapa yang menuju telagaku akan minum, dan siapa yang meminumnya tak
akan haus selama-lamanya.”HR. Bukhari 8/120 no. 6583
يرده ومن تبعه ، يدادون : أصحابي، أصحابي ( أهل الإحداث)
إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ ،
وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا ، لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ
أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ ، فَأَقُولُ :
إِنَّهُمْ مِنِّي ، فَيُقَالُ : إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ ،
فَأَقُولُ : سُحْقًا ، سُحْقًا ، لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي
رواه البخاري ( 6212 ) ومسلم ( 2290
) .
صفة الحوض : طوله شهر وعرضه شهر
وماؤه لبن، من شرب منه
عدد نجوم السماء
Adapun warna air dari telaga Nabi
ﷺ, beliau menyifatinya sebagaimana dalam
sabdanya,
وَمَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ الْوَرِقِ
“Dan
airnya lebih putih dari perak.”HR. Muslim No. 2292
Dalam hadits yang lain Nabi
ﷺ mengatakan,
أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ
“Airnya
lebih putih dari pada susu.”HR. Muslim No. 2301
Dari sisi cangkir, Nabi ﷺ mengabarkan bahwa jumlahnya sangat banyak.
Nabi ﷺ bersabda,
آنِيَتُهُ كَعَدَدِ النُّجُومِ
Dan cangkir-cangkirnya
sebanyak bilangan bintang di langit.”HR. Bukhari No. 4965
لكل نبي حوض
Nabi bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ
أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً، وَإِنِّي أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ
وَارِدَةً
“Sesungguhnya setiap nabi memiliki
telaga, dan sesungguhnya mereka berbangga-bangga siapa di antara mereka yang
paling banyak mendatangi telaganya. Sungguh aku berharap akulah yang telaganya
terbanyak yang mendatanginya.”HR At-Tirmidzi no 2443, dan
dishahihkan oleh al-Albani dalam As-Shahihah no 1589
أرجو،
ريا عنها : أرتوي منه
والري : ذهاب الظمأ
وكذا (
الصراطُ ) يُمَدُّ فَوقَ جَهَنَّمٍ *** فَمُسَلَّمٌ نَاجٍ، وآخَرُ
مُهْمَلُ،
Demikian pula aku menetapkan
adanya shirot yang dibentangkan di atas Jahannam
Maka akan ada yang selamat dan
yang lainnya akan terjatuh (ke neraka)
Apa itu Shiroth?
الصراط : جسر يمد على متن جهنم
Sirath adalah sebuah jembatan yang diletakkan di atas neraka
jahannam.
Sifat Shiroth
أحد من السيف وأدق من الشعر
Di antara ulama berhujjah dengan
firman Allâh Azza wa Jalla berikut :
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا
وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا
Dan tidak ada seorang pun dari kalian,
melainkan akan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu
kemestian yang sudah ditetapkan [Maryam/19:71]
الْمُؤْمِنُ عَلَيْهَا كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ
وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَنَاجٍ مَخْدُوشٌ
وَمَكْدُوسٌ فِي نَارِ جَهَنَّمَ حَتَّى يَمُرَّ آخِرُهُمْ يُسْحَبُ سَحْبًا
Orang Mukmin (berada) di atasnya
(shirâth), ada yang secepat kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang
secepat angin, ada yang secepat kuda yang amat kencang berlari, dan ada yang
secepat pengendara. Maka ada yang selamat setelah tertatih-tatih dan ada pula
yang dilemparkan ke dalam neraka. Mereka yang paling terakhir merangkak secara
pelan-pelan. [Muttafaqun ‘alaih]
فَمِنْهُمْ مَنْ يُوْبَقُ بِعَمَلِهِ وَمِنْهُمْ يُُخَرْدَلُ
ثُمَّ يَنْجُو
Di antara mereka ada yang binasa
disebabkan amalannya, dan di antara mereka ada yang tergelincir namun kemudian
ia selamat [Muttafaqun ‘alaih]
Selamat (نَاجٍ مُسَلَّم)
Selamat namun dalam keadaan tubuhnya
terluka dan tercabik-cabik (نَاجٍ مَخدُوش)
Terjungkal di neraka (مَكدُوسٌ)
Di Kehidupan Dunia Allah juga sudah
membentangkan Shirot Al Mustaqim
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala:
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ
ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini)
adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari
jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.(Qs Al An’am:
153)
Asy Syaikh Abdur Rozzaq berkata: Bahwa
keselamatan seorang hamba di Shiroth yang dibentangkan diatas neraka Jahannam, bergantung
dengan perjalanannya mengikuti Shiroth Al Mustaqim di Dunia
Ihdina Ash Shiroth Al Mustaqim
Posting Komentar untuk "PENYEBUTAN BEBERAPA KEJADIAN PADA HARI KIAMAT"