Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PENYEBUTAN BEBERAPA KEJADIAN PADA HARI KIAMAT

PENYEBUTAN BEBERAPA KEJADIAN PADA HARI KIAMAT

Bait-bait ini dan setelahnya berbicara tentang Keimanan terhadap Hari Akhir, dan keimanan terhdap hari kiamat merupakan rukun dari rukun-rukun Iman

والمثل هذه المنظومة المختصرة لا تسع أن يذكر تفاصيل الإيمان باليوم الآخر

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi (Qs Al Baqarah: 177)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.( Qs An Nisa 136)

Makna Iman kepada hari Kiamat:

الإيمان بكل ما يكون بعد الموت، والقبر أول منازل الآخرة

“Keimanan pada kejadian setelah kematian, dan qubur adalah persinggahan pertama di kampung akherat”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْقَبْرُ أَوَّلُ مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ

”Kubur adalah tempat persinggahan akhirat yang pertama. Barangsiapa yang selamat darinya, maka jenjang berikutnya akan lebih mudah. Dan barangsiapa yang tidak selamat darinya, maka sesudahnya akan lebih berat.”HR. Ahmad, dihasankan oleh Syaikh al-Albani

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

وأُقرُّ بــــ ( الميزانِ ) و ( الحوضِ ) الذي  ***  أرجو بأنِّيَ مِنهُ ريًّا أَنهَلُ،

وكذا ( الصراطُ ) يُمَدُّ فَوقَ جَهَنَّمٍ *** فَمُسَلَّمٌ نَاجٍ، وآخَرُ مُهْمَلُ،

“Aku meyakini (yakni dengan lisan dan hati) dan berkeyakinan kuat tidak ada keraguan padanya, yaitu tentang “MIZAN” timbangan pada hari kiamat, yang menimbang amalan, baik amalan

Dalil-dalil tentang penetapan adanya mizan (timbangan) pada hari kiamat

Dalil-dalil tentang mizan bisa kita bagi menjadi dua sumber, yaitu dari Al-Quran dan hadits-hadits.

Dalil Al-Quran

Di antara ayat-ayat Al-Quran yang berbicara tentang mizan adalah,

Allah berfirman,

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ

"Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.” (QS. Al-Qari’ah: 6-9)

 

Allah berfirman,

فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ، وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ

"Barangsiapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (QS. Al-Mu’minun: 102-103)

 

Allah berfirman,

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ

"Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat (adil) pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’: 47)

 

Dalil hadits

Dalil tentang Al-Mizan dalam hadits-hadits sangat banyak sekali. Di antaranya,

Hadits tentang dua kalimat yang berat di timbangan

Nabi bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ

Dua kalimat ringan dilisan, berat di timbangan, dan disukai Ar-Rahman, yaitu: Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Adziim.” (Muttafaqun ‘alaih)

Hadits tentang keutamaan bersuci

Nabi bersabda,

الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ

“Bersuci adalah setengah dari iman, dan kalimat ‘alhamdulillah’ memenuhi timbangan.” HR. Muslim No. 223

Hadits tentang keutamaan akhlak yang baik

مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ المُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ

“Tidak sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik.” HR. At-Tirmidzi No. 2002, dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani.

 

والميزان ميزان حقيقي له كفتان مثل حديث بطاقة

Mizan hakiki, yang memiliki dua anak timbangan

Hadits Bithoqoh

يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ، فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلًّا، كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا؟ فَيَقُولُ: لَا، يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ؟ فَيَقُولُ: لَا، ثُمَّ يَقُولُ: أَلَكَ عُذْرٌ، أَلَكَ حَسَنَةٌ؟ فَيُهَابُ الرَّجُلُ، فَيَقُولُ: لَا، فَيَقُولُ: بَلَى، إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ، وَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ، فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، قَالَ: فَيَقُولُ: يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ، مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ؟ فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ، فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كِفَّةٍ، وَالْبِطَاقَةُ فِي كِفَّةٍ، فَطَاشَتِ السِّجِلَّاتُ، وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ

“Pada hari kiamat akan di teriakan seorang laki-laki dari umatku di atas kepala seluruh makhluk. Maka di sebarkanlah untuknya sembilan puluh sembilan buku catatan (yang isinya seluruhnya maksiat), setiap buku catatan yang panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian Allah berfirman, ‘Apakah kamu mengingkari sesuatu dari catatan ini?’ Dia menjawab, ‘Tidak wahai Rabbku’. Allah bertanya lagi, ‘Apakah Malaikat penulis-Ku menzalimimu (salah catat)?’ Dia menjawab, ‘Tidak’. Kemudian Allah berfirman, ‘Apakah kamu punya alasan? Apakah kamu punya kebaikan?’ Maka dengan rasa takut, laki-laki itu menjawab, ‘Tidak’. Allah berfirman, ‘Ya, sesungguhnya kamu memiliki beberapa kebaikan di sisi Kami. Sesungguhnya pada hari ini tidak ada lagi kezaliman bagi dirimu’. Maka di keluarkanlah untuknya kartu yang bertuliskan, ‘Laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan ‘Abduhu wa rasuuluhu (Tidak ada Tuhan yang berhak di sembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya)’. Maka Lelaki itu berkata, ‘Wahai Rabbku, apa pengaruhnya kartu ini dengan buku catatan ini?’ Allah menjawab, ‘Sesungguhnya kamu tidak akan dizalimi’. Maka di letakkanlah catatan-catatan itu di atas satu bagian (di sisi) timbangan, dan kartu di bagian lain (sisi yang lain) dari timbangan, ternyata catatan-catatan itu lebih ringan dan kartu itu lebih berat.” (HR. Ibnu Majah No. 4300)

الميزان توزن به الأعمال، والصحف والعباد

Apa yang ditimbang?

Kalau kita memperhatikan dalil-dalil yang ada, maka dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa yang ditimbang ada tiga hal,

Pertama: Amal itu sendiri. Sebagaimana hadits-hadits yang telah kita sebutkan di antaranya,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، سُبْحَانَ اللَّهِ العَظِيمِ

“Dua kalimat ringan dilisan, berat di timbangan, dan disukai Ar-Rahman, yaitu: Subhanallah wabihamdihi, subhanallahil ‘Adziim.”HR. Bukhari No. 6682 dan HR. Muslim No. 2694

Demikian juga sabda Nabi ,

وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ

“Dan kalimat ‘alhamdulillah’ memenuhi timbangan.” (HR. Muslim No. 223)

Ini menunjukkan bahwa zikir yang ditimbang. Demikian juga sabda Nabi ,

مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ المُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ

“Tidak sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak pada hari kiamat daripada akhlak yang baik.” HR. At-Tirmidzi No. 2002, dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani.

Ini menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah amalan itu sendiri.

Kedua: Catatan amal. Hal ini sebagaimana hadits tentang pemilik kartu.

Ini adalah dalil yang menunjukkan bahwasanya yang diletakkan di timbangan adalah catatan amal seseorang.

Ketiga: Pelaku. Di antara yang akan ditumbang adalah pelaku (seorang hamba). Hal ini berdasarkan hadits tentang Ibnu Mas’ud h. Disebutkan dalam hadits tersebut,

أَنَّهُ كَانَ يَجْتَنِي سِوَاكًا مِنَ الْأَرَاكِ، وَكَانَ دَقِيقَ السَّاقَيْنِ، فَجَعَلَتِ الرِّيحُ تَكْفَؤُهُ، فَضَحِكَ الْقَوْمُ مِنْهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مِمَّ تَضْحَكُونَ؟ قَالُوا: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، مِنْ دِقَّةِ سَاقَيْهِ، فَقَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ أُحُدٍ

Ia (Ibnu Mas’ud) memetik siwak dari pohon Arak dan ia memiliki betis yang kecil. Tiba-tiba angin menyingkap kedua kakinya lalu orang-orang menertawakannya. Rasulullah bertanya, ‘Apa yang kalian tertawakan?’ Mereka menjawab, ‘Wahai Nabi Allah, kami menertawakan betisnya yang kecil’. Maka beliau bersabda, ‘Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya lebih berat timbangannya dari gunung Uhud’.”

HR. Ahmad No. 3991, dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah No. 3192

Kemudian juga datang dalam sebuah hadits,

إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ العَظِيمُ السَّمِينُ يَوْمَ القِيَامَةِ، لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ

"Sungguh pada hari kiamat akan datang seseorang yang berbadan gemuk namun di sisi Allah timbangannya tidak dapat melebihi berat sayap seekor nyamuk.” HR. Bukhari No. 4279 dan HR. Muslim 2785

Al Mu’tazilah mengingkari MIZAN

المعتزلة لا يؤمنون به : "هذه هي طريقة أهل الأهواء الذين يتعاملون المغيبات بالعقول المجردة"

Orang-orang Mu’tazilah mengatakan bahwasanya Mizan adalah keadilan. Mereka mengatakan demikian karena menurut logika mereka tidak mungkin sesuatu yang abstrak (tidak berwujud) bisa menjadi konkret (berupa sesuatu yang nampak) untuk ditimbang. Mereka mengatakan bahwasanya amal adalah sesuatu yang abstrak, sehingga tidak mungkin datang pada hari kiamat dalam keadaan kongkret untuk ditimbang.

أما أهل الإيمان الذين وصفهم الله بقوله: يؤمنون بالغيب

Bantahan untuk syubhat ini:

Allah Maha Mampu mengubah sesuatu yang Abstrak menjadi Konkret

seperti sabda Nabi tentang kematian. Nabi bersabda,

يُؤْتَى بِالْمَوْتِ كَهَيْئَةِ كَبْشٍ أَمْلَحَ، فَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا أَهْلَ الجَنَّةِ، فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ، فَيَقُولُ: هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، هَذَا المَوْتُ، وَكُلُّهُمْ قَدْ رَآهُ

“Kematian didatangkan pada hari kiamat seperti kambing amlah (yaitu yang warna bulunya ada hitam dan ada putihnya -red). Kemudian dikatakan, ‘Wahai penduduk surga!’ Maka mereka melihat dengan mendongak, lalu dikatakan, ‘Apa kalian mengetahui ini?’ Mereka menjawab, ‘Ya, itu adalah kematian’. Dan semuanya telah melihatnya.”HR. Bukhari No. 4730.

Ada Syubhat yang mereka sampaikan seperti ini:

“Allah tidak butuh pada menimbang amalan, kan sudah tertulis dan Allah Maha Tahu, dan Allah Maha Tahu hasil akhirnya. Siapa yang berbahagia masuk surga, dan siapa yang sengsara masuk neraka, Allah tahu tempat tinggal mereka yang terakhir, bahkan ketika masih di dalam perut ibundanya”

Hikmah adanya timbangan amal pada hari kiamat

Maka kita Jawab: “Hikmah, Faedah dari Mizan “Timbangan agar supaya tegak hujjah, sehingga tidak akan ada ucapan seorang hamba masuk surga karena amalannya, atau penduduk neraka yang protes: “Aku disiksa melampaui batas siksaanku sebenarnya, dengan Mizan akan terputus dari alasannya (Asy Syaikh Al Khudheir hafidzahullah)

 

يُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ ثَمَّ مَوَازِينُ مُتَعَدِّدَةٌ تُوزَنُ فِيهَا الْأَعْمَالُ، وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكُونَ الْمُرَادُ الْمَوْزُونَاتِ، فَجَمَعَ بِاعْتِبَارِ تَنَوُّعِ الْأَعْمَالِ الْمَوْزُونَةِ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ

Penyebutan Lisan bagi Mizan

وذكر اللسان في الميزان جاء في أثر عن ابن عباس، وأثر الحسن البصري ولم يرفع إلى النبي صلى الله عليه وسلم

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

وأُقرُّ بــــ ( الميزانِ ) و ( الحوضِ ) الذي  ***  أرجو بأنِّيَ مِنهُ ريًّا أَنهَلُ،

Aku berharap supaya aku minum darinya dalam keadaan sepuas-puasnya

“Aku meyakini Telaga, dimana yang minum darinya satu kali, tidak akan pernah haus selamanya”

Nabi   pernah bersabda,

تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ، حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ، فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا

“Pada hari kiamat, matahari di dekatkan ke manusia hingga sebatas satu mil. Lalu mereka bercucuran keringat sesuai amal perbuatan mereka. Di antara mereka ada yang berkeringat hingga tumitnya, ada yang berkeringat hingga lututnya, ada yang berkeringat hingga pinggang dan ada yang benar-benar tenggelam oleh keringat.”HR. Muslim 4/2196 no. 2864

Maka semakin sedikit amalan seseorang, maka akan semakin banyak keringat yang bercucuran dari tubuhnya. Maka kondisi tersebut menjadikan manusia benar-benar dalam kondisi sangat haus dan membutuhkan air minum. Maka pada saat itu, Nabi telah menanti umatnya di telaga beliau, sebagaimana dalam sabdanya,

 

إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الحَوْضِ، مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا

“Sesungguhnya aku menunggu kalian di telagaku, siapa yang menuju telagaku akan minum, dan siapa yang meminumnya tak akan haus selama-lamanya.”HR. Bukhari 8/120 no. 6583

يرده ومن تبعه ، يدادون : أصحابي، أصحابي ( أهل الإحداث)

إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا ، لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ ، فَأَقُولُ : إِنَّهُمْ مِنِّي ، فَيُقَالُ : إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ ، فَأَقُولُ : سُحْقًا ، سُحْقًا ، لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي

رواه البخاري ( 6212 ) ومسلم ( 2290 ) .

صفة الحوض : طوله شهر وعرضه شهر

وماؤه لبن، من شرب منه

عدد نجوم السماء

Adapun warna air dari telaga Nabi ﷺ, beliau menyifatinya sebagaimana dalam sabdanya,

وَمَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ الْوَرِقِ

Dan airnya lebih putih dari perak.”HR. Muslim No. 2292

Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan,

أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ

Airnya lebih putih dari pada susu.”HR. Muslim No. 2301

Dari sisi cangkir, Nabi mengabarkan bahwa jumlahnya sangat banyak. Nabi bersabda,

آنِيَتُهُ كَعَدَدِ النُّجُومِ

Dan cangkir-cangkirnya sebanyak bilangan bintang di langit.”HR. Bukhari No. 4965

لكل نبي حوض

Nabi bersabda:

إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً، وَإِنِّي أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً

“Sesungguhnya setiap nabi memiliki telaga, dan sesungguhnya mereka berbangga-bangga siapa di antara mereka yang paling banyak mendatangi telaganya. Sungguh aku berharap akulah yang telaganya terbanyak yang mendatanginya.”HR At-Tirmidzi no 2443, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam As-Shahihah no 1589

أرجو،

ريا عنها : أرتوي منه

والري : ذهاب الظمأ

 

وكذا ( الصراطُ ) يُمَدُّ فَوقَ جَهَنَّمٍ *** فَمُسَلَّمٌ نَاجٍ، وآخَرُ مُهْمَلُ،

Demikian pula aku menetapkan adanya shirot yang dibentangkan di atas Jahannam

Maka akan ada yang selamat dan yang lainnya akan terjatuh (ke neraka)

Apa itu Shiroth?

الصراط : جسر يمد على متن جهنم

Sirath adalah sebuah jembatan yang diletakkan di atas neraka jahannam.

 

Sifat Shiroth

أحد من السيف وأدق من الشعر

Di antara ulama berhujjah dengan firman Allâh Azza wa Jalla berikut :

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا

Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan akan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan [Maryam/19:71]

 

الْمُؤْمِنُ عَلَيْهَا كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ وَكَأَجَاوِيدِ الْخَيْلِ وَالرِّكَابِ فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَنَاجٍ مَخْدُوشٌ وَمَكْدُوسٌ فِي نَارِ جَهَنَّمَ حَتَّى يَمُرَّ آخِرُهُمْ يُسْحَبُ سَحْبًا  

Orang Mukmin (berada) di atasnya (shirâth), ada yang secepat kedipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda yang amat kencang berlari, dan ada yang secepat pengendara. Maka ada yang selamat setelah tertatih-tatih dan ada pula yang dilemparkan ke dalam neraka. Mereka yang paling terakhir merangkak secara pelan-pelan. [Muttafaqun ‘alaih]

 

فَمِنْهُمْ مَنْ يُوْبَقُ بِعَمَلِهِ وَمِنْهُمْ يُُخَرْدَلُ ثُمَّ يَنْجُو

Di antara mereka ada yang binasa disebabkan amalannya, dan di antara mereka ada yang tergelincir namun kemudian ia selamat [Muttafaqun ‘alaih]

 

Selamat (نَاجٍ مُسَلَّم)

Selamat namun dalam keadaan tubuhnya terluka dan tercabik-cabik  (نَاجٍ مَخدُوش)

Terjungkal di neraka (مَكدُوسٌ)

 

Di Kehidupan Dunia Allah juga sudah membentangkan Shirot Al Mustaqim

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala:

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.(Qs Al An’am: 153)

Asy Syaikh Abdur Rozzaq berkata: Bahwa keselamatan seorang hamba di Shiroth yang dibentangkan diatas neraka Jahannam, bergantung dengan perjalanannya mengikuti Shiroth Al Mustaqim di Dunia

Ihdina Ash Shiroth Al Mustaqim

 

Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "PENYEBUTAN BEBERAPA KEJADIAN PADA HARI KIAMAT"