Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tafsir Surah Al Ashr

 

Tafsir Surah Al Ashr

(Oleh : Aditya Bahari)

 

Surah Al Ashr surah ke 103

Surah ini terdiri atas 3 ayat, termasuk surat Makkiyah

Al Ashr artinya: “Demi Masa”

 

Muqaddimah

Surat ini dihafal bahkan oleh anak-anak yang masih tk sekalipun,

Imam Asy Syafi’I rahimahullah mengatakan tentang surah ini:

"هذه السورة لو ما أنزل الله حجة على خلقه إلا هي لكفتهم"

“Surat ini, jika Allah tidak menurunkan hujjah atas hamba-Nya kecuali (surat ini) maka akan mencukupinya”

Maksudnya sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman Al Barrak hafidzahullah:

“Maksudnya adalah bahwa walaupun surat ini ringkas dan singkat, kecuali memiliki penjelasan yang agung, bahwa manusia terbagi menjadi dua golongan merugi atau beruntung, dan juga penyebutan sebab-sebab keberuntungan dan kesuksesan dan kemenangan” (Lihat Syarh Ushul Tsalatsah)

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَالْعَصْرِ

“(1) Demi masa.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{وَ‌‌الْعَصْر} الدَّهْر أَوْ مَا بَعْد الزَّوَال إِلَى الْغُرُوب أَوْ صَلَاة الْعَصْر

“Wal Ashr, yakni Ad Dahr, waktu atau waktu setelah tergelincirnya matahari sampai terbenamnya  atau sholat ashar”

 

Makna Al Ashr

Masa/Waktu

Waktu ini istimewa, karena waktu merupakan wadah untuk amalan kita,

Waktu Sore

Waktu pagi & sore waktu istimewa untuk dzikir pagi petang

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

“Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang..” (QS. Al-Ahzab: 41-43)

 

Sholat Ashar

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. (Qs Al Baqarah: 238)

 

Diayat ini Allah bersumpah dengan waktu, ini menunjukkan akan pentingnya waktu

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ

“(2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{إِنَّ الْإِنْسَان} الْجِنْس {لَفِي خُسْر} فِي تِجَارَته

“Lafadz Insaan lil jinsi, maknanya seluruh manusia benar-benar dalam kerugian (yakni tenggelam didalamnya dimana kerugian melingkupinya”

مشى المفسر على أن المراد بالإنسان الجنس الشامل للمسلم والكافر، وذلك لأن الإنسان لا ينفك عن خسران، لأن الخسران، هو تضييع العمر، فإن كل ساعة تمر من عمر الإنسان، إما أن تكون تلك الساعة في طاعة أو معصية، فإن كانت في معصية فهو الخسران البين، وإن كانت في طاعة فلعل غيرها أفضل، وهو قادر عليه، فكان فعل غير الأفضل تضييعاً وخسراناً، وأيضاً ربح الإنسان في طلب الآخرة وحبها، والأعراض عن الدنيا، فلما كانت الأسباب الداعية إلى الآخرة خفية، والأسباب الداعية إلى حب الدنيا ظاهرة، وكثرة اشتغال الناس بحب الظاهر كانوا في خسار وبوار، قد أهلكوا أنفسهم بتضييع أعمارهم فيما لم يخلقوا له،

Apa itu kerugian? Kerugian adalah lawan dari keuntungan

Orang hidup di dunia ini. ingin beramal untuk akherat modalnya adalah waktu, karena waktu ini adalah modal kita untuk mengejar surga Allah Subhaanahu Wa Ta’aala

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala sebutkan dalam firmanya:

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ ۖ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ

Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan".(Kami dahulu tidak sholat, ingin sholat, dahulu kami belum berhijab, sekarang ingin berhijab, dahulu tidak meninggalkan riba, sekarang akan meninggalkan riba) Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?(belumkah datang waktunya untuk bertobat padahal sudah tua, tidakkah dia mau ngaji, tidakkah mereka mulai menjaga sholatnya) maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. (Qs Fathir: 37)

Al-Imam Adz-Dzahabi –رحمه الله- mengkisahkan dalam kitab beliau “Siyarul A’lam An-Nubala” :

“Dulu Al-Fudhoil (ibn Iyadh)* adalah seorang pembegal ulung yang mencegat orang-orang di tengah jalan pada wilayah sekitaran Abyurd dan Sarkhos (daerah Samarkand), sebab pertaubatan beliau adalah lantaran karena beliau dulu tergila-gila dengan seorang perempuan, suatu saat ketika beliau hendak memanjat tembok rumah si perempuan untuk bertemu dengannya, tak sengaja beliau mendengar seseorang tengah membaca Al-Quran pada ayat :

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” [Surat Al-Hadid : 16]

Setelah mendengar ayat ini beliau berkata : “Benar wahai Tuhanku, telah datang waktunya (untuk bertaubat).”

Disana ada kerugian total yaitu bagi orang kafir & ada kerugian parsial, tidak total ruginya

Kerugian total, bagi orang kafir

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Qs Ali Imran: 85)

Meskipun mereka di dunia memiliki banyak harta itu tidak bisa menebus diri mereka sendiri dari adzab Allah

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ أَنَّ لَهُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لِيَفْتَدُوا بِهِ مِنْ عَذَابِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَا تُقُبِّلَ مِنْهُمْ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang dibumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebusi diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih. (Qs Ali Imran: 36)

 

Orang beriman yang rugi

-          Tidak dapat meraih surga tertinggi

-          Harus mampir dahulu di neraka

وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ

Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, (Qs Al A’raf:9)

Penyesalan yang tidak bermanfaat, penyesalan yang bermanfaat itu sekarang

Ali bin Abi Thalib sekarang amal tidak ada hisab

قال علي بن أبي طالب رضي الله عنه :

 «ارتحلت الدُّنيا مدبرةً، وارتحلت الآخرة مقبلةً، ولكلِّ واحدةٍ منهما بّنُونَ، فكونوا من أبناءِ الآخرةِ، ولا تكونوا من أبناءِ الدنيا؛ فإنَّ اليومَ عملٌ ولا حساب، وغدًا حسابٌ ولا عملٌ». «صحيح البخاري» قبل حديث (6417).

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“(3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Imam Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah berkata,

{إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَات} فَلَيْسُوا فِي خُسْرَان {وَتَوَاصَوْا} أَوْصَى بَعْضهمْ بَعْضًا {بِالْحَقِّ} الْإِيمَان {وتواصوا بالصبر} على الطاعة وعن المعصية

“Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih(maka mereka tidak merugi) dan saling menasehati diantara mereka dengan haq (keimanan) daan berwasiat dalaam kesabaran (yakni sabar dalam mengerjakan ketaatan) atau( dari meninggalkan maksiat”

Syarat agar tidak menjadi orang yang rugi ada 4 sifat

1.       Iman kepada Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang iman maka beliau menjawab?

 

2.       Amal Shalih

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (Qs Al Mulk: 2)

Fudhail: Akhlashuhu wa Ashwabuhu

سُئل الفضيل بن عياض عن قوله تعالى : ( لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا ) قال : هو أخلص العمل وأصوبه ، قالوا : يا أبا علي ما أخلصه وأصوبه ؟ قال : إن العمل إذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يقبل ، وإذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبل حتى يكون خالصا وصوابا ، فالخالص ان يكون لله ، والصواب أن يكون على السنة

 Fudhail bin ‘iyyadh rahimahullah pernah ditanya: tentang firman Allah Ta’aala: “Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” Beliau menjawab: “yang paling ikhlas dan yang paling benar” mereka bertanya wahai Aba Ali apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling benar? Beliau menjawab: “Sesungguhnya amalan itu jika ikhlas karena Allah tapi tidak benar maka tidak diterima, dan jika amalan itu benar tapi tidak ikhlas maka juga tidak diterima, hingga ia jadikan amalannya ikhlas dan benar, orang yang ikhlas yaitu yang beramal karena Allah, dan benar yaitu sesuai sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”

3.       Menasehati dalam kebaikan

Untuk mengikis sifat egois

At Tahrim: 06

Laa Yu’minu ahadukum hatta yuhibba li akhiihi ma yuhibbuhu li nafsihi

 

4.       Saling menasehati dalam kesabaran

Sabar adalah habsun nafsi

Keutamaan Sabar

Dan Allah telah menjanjikan pahala yang sangat besar untuk orang-orang yang bersabar:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar itu diberi ganjaran yang tak terhingga” (Q.S. Az-Zumar:10).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ

“Dan tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”

Macam Sabar:

Para ulama menyebutkan bahwa sabar terbagi menjadi tiga bentuk: 

الصَّبْرُ عَلَى طَاعَةِ الله – Sabar dalam menjalankan ketaatan

الصَّبْرُ عَنْ مَعْصِيَةِ الله – Sabar dalam meninggalkan maksiat

الصَّبْرُ عَلَى أَقْدَارِ الله – Sabar dalam menghadapi takdir Allah (musibah) (Lihat Madarijus salikin)

Sabar yang terberat adalah sabarnya penyeru kebaikan,akan tetapi semakin besar ujiannya akan semakin dekat pertolongan-Nya

إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (Qs Ghafir: 51)

 

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (Qs Lukman: 17)

Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "Tafsir Surah Al Ashr"