Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keutamaan Akhlak Mulia

Keutamaan Akhlak Mulia

Oleh Aditya Bahari BA

Dari Al-Qur’an

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala memuji Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam karena memiliki akhlak yang tinggi

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Qs Al Qolam: 4)

 

Dari As Sunnah

Nabi tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak

إنما بعثت لأتمم مكارم الآخلاق

“Aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan mulianya akhlak”

 

Maka Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak manusia kepada akhlak mulia dan perbuatan yang baik, juga memperingatkan tentang bahaya akhlak yang buruk

Orang yang paling dekat majelisnya pada hari kiamat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا

“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.” (HR. Tirmidzi no. 1941. Dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ no. 2201.)

Syaikh Abdur Razzaq Al Badr hafidzahullah berkata:

“Semakin seorang hamba baik akhlaknya , maka semakin dekat pula majelisnya dengan Rasulullah pada hari kiamat dari selain orang tersebut, sebaliknya semakin buruk akhlaknya semakin jauh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat”

Diiantara sebab yang paling banyak memasukkan seseorang hamba kedalam Surga

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah bersabda,

أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ الْجَنَّةَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ

Perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga adalah Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” HR. Tirmidzi, no. 2004 dan Ibnu Majah, no. 4246

Ada dua Alasan: Pertama takwa adalah memperbaiki ikatan antara hamba dengan Allah, adapun akhlak yang baik itu memperbaiki hubungan antar sesama manusia hamba Allah Azza Wa Jalla

 

Nabi menjadikan barometer keimanan seseorang  dengan akhlak mulia.

Nabi bersabda,

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا

“Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya.”

 

Coba tengok pada diri kita, apakah orang lain merasa nyaman kepada kita, apakah suami nyaman kepada ibu-ibu?

Jangan sampai menjadi orang yg paling buruk yang Rasulullah sebutkan 

 إِنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ 


Ucapan As Salaf

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan mengapa seseorang yang berakhlak mulia maka dia akan menuai pahala yang sangat besar, yaitu karena argo pahalanya akan berjalan terus. Di mana pun dia bertemu dengan orang maka pahalanya jalan, ketemu istrinya pahalanya jalan, ketemu orang tuanya pahalanya jalan, ketemu anaknya pahalanya jalan, ketemu tetangganya pahalanya jalan, dan seterusnya.

Adab yang baik tanda kebahagiaan seseorang

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah di dalam kitab Madarijus Salikin menekankan tentang pentingnya adab bagi pelajar atau penuntut ilmu,

أدب المرأ عنوان سعادته وفلاحه, وقلة أدبه عنوان شقاوته وبواره, فما استجلب خير الدنيا والآخرة بمثل الأدب, ولا استجلب حرمانهما بمثل قلة الأدب

“Adab seseorang adalah tanda kesuksesan dan kebahagiaannya. Kurang adab adalah tanda kegagalan dan kesedihan. Tak ada karunia yang paling bisa mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat, melebihi adab. Dan tak ada musibah yang paling bisa menghalangi seorang dari kebaikan dunia dan akhirat, melebihi kurangnya adab.” (Madarijus Salikin)

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah di dalam kitab Madarijus Salikin:

" الدِّينُ كلُّهُ خُلُق ، فَمن زادَ في الخُلقِ زادَ عليكَ في الدِّين ".

“Agama seluruhnya adalah akhlak, barangsiapa bertambah dalam akhlaknya bertambah agamanya”

(Madarijus salikin)

Pengertian Akhlak & Perbedaan antara Akhlak & Adab

Definisi Akhlak Mulia

Sebagian ulama berusaha menyedeberharapanakan makna akhlak mulia. Hasan Al-Bashri mengatakan,

حَقِيْقَةُ حُسْنُ الْخُلُقِ بَذْلُ المَعرُوْفِ  وَكَفُّ الأَذَى وطَلاَقَةُ الوَجْهِ

“Hakikat akhlak mulia adalah mudah berbuat baik kepada orang lain, tidak mengganggu orang lain, dan wajah yang sering berseri-seri karena murah senyum.” Al-Minhaaj Syarh Sahih Muslim, karya An-Nawawi, 15/78

Jika pada diri seseorang terkumpul tiga sifat ini, maka dia telah dikatakan memiliki akhlak yang baik.

Pertama, berusaha membantu orang lain, jika ada orang yang butuh bantuan maka dia berusaha membantunya, jika ada orang yang butuh nasehat maka dia menasihatinya.

Kedua, dia tidak mengganggu orang lain, baik dengan lisan maupun tulisan.

Ketiga, murah senyum, karena orang yang murah senyum itu menggambarkan dia adalah orang yang tawadhu’, karena siapa pun dia senyumi tanpa memandang strata sosialnya. Sebagaimana dia murah senyum kepada atasannya, dia juga murah senyum kepada pembantunya. Sebagaimana dia murah senyum kepada orang kaya, dia juga murah senyum kepada orang miskin. Hendaknya kebaikan semisal senyum walaupun tampak sepele tetapi jangan diremehkan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun juga walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah berseri.” HR. Muslim no. 2626

 

Doa memohon akhlak yang baik

Akhlak sebagaimana Riski, Allah berikan kepada siapa yang Allah kehendaki

Kemudian setiap orang juga selain usahanya untuk mengubah akhlaknya menjadi lebih baik, dia juga selalu memohon kepada Allah agar membantu mengubahnya.

Di antaranya dengan doa,

اَللَّهُمَّ أَحْسَنْتَ خَلْقِي فَأَحْسِنْ خُلُقِي

“Ya Allah, Engkau telah memperbagus penciptaanku, maka baguskanlah akhlakku.”

 

اَللّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ

“Ya Allah, tunjukilah aku kepada akhlak yang baik. Tidak ada yang bisa menunjuki kepada yang terbaik melainkan Engkau. Palingkanlah diriku dari kejelekan akhlak. Tidak ada yang bisa memalingkan kejelekannya dariku melainkan Engkau.”

 

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ اْلأَخْلاَقِ وَاْلأَعْمَالِ وَاْلأَهْوَاءِ وَاْلأَدْوَاءِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemungkaran akhlak, amal, hawa nafsu dan penyakit.”

Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "Keutamaan Akhlak Mulia"