Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sunnah atau Bid'ah Nisfu Sya'ban sebenarnya?


Nisfu syaban


Sesungguhnya Allah memiliki hikmah yang jelas lagi terang dalam Penciptaan dan Pensyariatan-Nya.

Allah ﷻ mengkhususkan rahmat-Nya pada siapa saja yang Allah kehendaki, sebagai bentuk keutamaan dan kemuliaan, apakah dia berhubungan pada perorangan, atau waktu, atau tempat.

sebagaimana firman Allah ﷻ


: ﻭَﺭَﺑُّﻚَ ﻳَﺨْﻠُﻖُ ﻣَﺎ ﻳَﺸَﺎﺀُ ﻭَﻳَﺨْﺘَﺎﺭُ ۗ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻬُﻢُ ﺍﻟْﺨِﻴَﺮَﺓُ ۚ ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰٰ ﻋَﻤَّﺎ ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﻥَ

Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).
(Qs Al Qhashas 68).

BANYAK PUASA DI BULAN INI

dan diantara perkara yang Allah pilih, Allah khususkan adalah bulan sya'ban.
Nabi ﷺ berpuasa lebih banyak pada bulan sya'ban ini sebagaimana telah tsabit dari hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anha

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha , beliau mengatakan,


ﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻳَﺼُﻮﻡُ ﺣَﺘَّﻰ ﻧَﻘُﻮﻝَ ﻻَ ﻳُﻔْﻄِﺮُ ، ﻭَﻳُﻔْﻄِﺮُ ﺣَﺘَّﻰ ﻧَﻘُﻮﻝَ ﻻَ ﻳَﺼُﻮﻡُ . ﻓَﻤَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﺍﺳْﺘَﻜْﻤَﻞَ ﺻِﻴَﺎﻡَ ﺷَﻬْﺮٍ ﺇِﻻَّ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ، ﻭَﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺘُﻪُ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﺻِﻴَﺎﻣًﺎ ﻣِﻨْﻪُ ﻓِﻰ ﺷَﻌْﺒَﺎﻥَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban. ” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

dan telah tsabit dari Usamah bin zaid radhiyallahu 'anhu
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ﺫَﻟِﻚَ ﺷَﻬْﺮٌ ﻳَﻐْﻔُﻞُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻋَﻨْﻪُ ﺑَﻴْﻦَ ﺭَﺟَﺐٍ ﻭَﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﻭَﻫُﻮَ ﺷَﻬْﺮٌ ﺗُﺮْﻓَﻊُ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺇِﻟَﻰ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ ﻓَﺄُﺣِﺐُّ ﺃَﻥْ ﻳُﺮْﻓَﻊَ ﻋَﻤَﻠِﻲ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺻَﺎﺋِﻢٌ


“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan. ” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan ).


Sesungguhnya seorang muslim jika mendengar petunjuk dari Nabi ﷺ dan sunnahnya yang shahihah, hendaknya mereka bersemangat untuk menerimanya, sadar akan pahalanya dan kesuksesan dengan pahalanya.dan barangsiapa yang tidak semangat karenanya maka tidak terealisasi amalan, maka sungguh akan berlalu pahala sunnah darinya, walaupun tidak ada dosa baginya.


Adapun keadaan berubah pada diri seorang muslim, pada kecintaan dan kecenderungannya dari sunnah dan mengabaikannya dan lalai untuk mengamalkannya, dan menelantarkannya, pada saat yang sama dia malah bersungguh-sungguh berpegang dan semakin besar pengagungannya terhadap perkara-perkara baru dan amalan-amalan yang diada-adakan yang tidak ada asalnya dalam syariat Allah dan tidak juga ada pada petunjuk Rasulullah ﷺ.

Maka sungguh keadaan seorang saat itu keadaan yang berbahaya, dia menolak sunnah dan tidak ada kecintaan pada sunnah, bersamaan dengan itu, dia malah menyambut dan menerima perkara-perkara baru dan amalan-amalan yang diada-adakan yang tidak ada asalnya dalam syariat Allah ﷻ.


Dan diantaranya adalah semangatnya sebagian manusia untuk beramal amalan yang dia tegakkan didalamnya pada malam Nisfu Sya'ban dan disiang harinya. begitu juga mendekatkan dirinya pada Allah ﷻ pada hari dan malamnya bersamaan dengan semangat dan perhatian mereka yang berlebihan pada amalan-amalan tersebut.padahal amalan-amalan tersebut tidak ada pada asal yang tetap dan dalil yang benar.bersamaan dengan itu, dia menolak dan berpaling dari petunjuk yang tetap dan sunnah yang shahihah dari Rasulullah ﷺ.


Pada masalah ini berkata Al 'allamah Abdul Aziz bin baaz rahimahullah ta'aala dalam risalah beliau yang ringkas, beliau sendirikan pembahasan hal yang berkaitan dengan bid'ah-bid'ah, perkara baru pada malam Nisfu Sya'ban.beliau berkata :


 ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺍﻟﺘﻲ ﺃﺣﺪﺛﻬﺎ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﺪﻋﺔ ﺍﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﺑﻠﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻭﺗﺨﺼﻴﺺ ﻳﻮﻣﻬﺎ ﺑﺎﻟﺼﻴﺎﻡ ﻭﻟﻴﺲ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﺩﻟﻴﻞ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻻﻋﺘﻤﺎﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻗﺪ ﻭﺭﺩ ﻓﻲ ﻓﻀﻠﻬﺎ ﺃﺣﺎﺩﻳﺚ ﺿﻌﻴﻔﺔ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻻﻋﺘﻤﺎﺩ ﻋﻠﻴﻬﺎ، ﺃﻣﺎ ﻣﺎ ﻭﺭﺩ ﻓﻲ ﻓﻀﻞ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻓﻴﻬﺎ ﻓﻜﻠﻪ ﻣﻮﺿﻮﻉ، ﻛﻤﺎ ﻧﺒﻪ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﻭﻭﺭﺩ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﻳﻀًﺎ ﺁﺛﺎﺭ ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺸﺎﻡ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ . ﻭﺍﻟﺬﻱ ﺃﺟﻤﻊ ﻋﻠﻴﻪ ﺟﻤﻬﻮﺭ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ : ﺃﻥ ﺍﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﺑﻬﺎ ﺑﺪﻋﺔ، ﻭﺃﻥ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﺍﻟﻮﺍﺭﺩﺓ ﻓﻲ ﻓﻀﻠﻬﺎ ﻛﻠﻬﺎ ﺿﻌﻴﻔﺔ ﻭﺑﻌﻀﻬﺎ ﻣﻮﺿﻮﻉ


"dan diantara bid'ah yang diada-adakan sebagian manusia adalah bid'ah perayaan malam Nisfu Sya'ban dan mengkhususkan harinya untuk berpuasa,dan tidak ada dalil yang membolehkannya untuk bersandar pada dalil tersebut.dan telah datang dalam keutamaan-keutamaan Nisfu Sya'ban hadits-hadits yang lemah yang tidak boleh bersandar pada dalil tersebut.adapun yang datang tentang keutamaan shalat pada malam nisfu sya'ban maka semuanya MAUDHU' palsu.sebagaimana yang diperingatkan tentangnya oleh banyak ahli ilmu.

Dan datang padanya atsar-atsar dari para As salaf dari ahli syam dan selainnya,dan yang disepakati oleh kebanyakan ulama bahwa perayaan malam nisfu sya'ban adalah bid'ah.dan bahwasanya hadits-hadits yang datang menyebutkan tentang keutamaannya ,semuanya adalah lemah dan sebagian palsu,kemudian syaikh menjabarkan banyak nukilan,lalu berkata :

ﻭﻣﻤﺎ ﺗﻘﺪﻡ ﻣﻦ ﺍﻵﻳﺎﺕ ﻭﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ ﻭﻛﻼﻡ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺘﻀﺢ ﻟﻄﺎﻟﺐ ﺍﻟﺤﻖ : ﺃﻥ ﺍﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﺑﻠﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﺑﺎﻟﺼﻼﺓ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻫﺎ ﻭﺗﺨﺼﻴﺺ ﻳﻮﻣﻬﺎ ﺑﺎﻟﺼﻴﺎﻡ ﺑﺪﻋﺔ ﻣﻨﻜﺮﺓ ﻋﻨﺪ ﺃﻛﺜﺮ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﻭﻟﻴﺲ ﻟﻪ ﺃﺻﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﺍﻟﻤﻄﻬﺮ، ﺑﻞ ﻫﻮ ﻣﻤﺎ ﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺑﻌﺪ ﻋﺼﺮ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ، ﻭﻳﻜﻔﻲ ﻃﺎﻟﺐ ﺍﻟﺤﻖ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺒﺎﺏ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ - ﻋﺰ ﻭﺟﻞ:


﴿ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺃَﻛْﻤَﻠْﺖُ ﻟَﻜُﻢْ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺗْﻤَﻤْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻧِﻌْﻤَﺘِﻲ ﻭَﺭَﺿِﻴﺖُ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡَ ﺩِﻳﻨًﺎ﴾
‏[ ﺍﻟﻤﺎﺋﺪﺓ 3: ‏].


 ﻭﻣﺎ ﺟﺎﺀ ﻓﻲ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﻣﻦ ﺍﻵﻳﺎﺕ، ﻭﻗﻮﻝ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ :
(ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻲ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻓِﻴﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ ) ﻭﻣﺎ ﺟﺎﺀ ﻓﻲ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﻣﻦ ﺍﻷﺣﺎﺩﻳﺚ " . ﺍﻧﺘﻬﻰ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﻧﻘﻠﻪ ﻣﻦ ﻛﻼﻣﻪ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ .


"dan yang telah lewat dari ayat-ayat dan hadits-hadits dan ucapan para Ahli Ilmu.menjelaskan pada para pencari kebenaran,bahwa perayaan pada malam Nisfu Sya'ban dengan sholat,atau selainnya dari pengkhususan harinya untuk berpuasa adalah bid'ah yang munkar dari banyak Ahli Ilmu.dan tidak ada asalnya dalam syariat,bahkan dia adalah perkara baru dalam Islam setelah generasi para shahabat. dan cukuplah bagi pencari kebenaran pada masalah ini dan masalah lainnya Firman Allah ﷻ:


﴿ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺃَﻛْﻤَﻠْﺖُ ﻟَﻜُﻢْ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ ﻭَﺃَﺗْﻤَﻤْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﻧِﻌْﻤَﺘِﻲ ﻭَﺭَﺿِﻴﺖُ ﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡَ ﺩِﻳﻨًﺎ﴾
‏[ ﺍﻟﻤﺎﺋﺪﺓ ٣ : ‏]

Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian,dan telah aku cukupkan nikmat-Ku bagi kalian dan telah Aku ridhoi Islam sebagai Agama kalian.(Qs Al Maidah 3).dan dari apa yang datang dari hadits Nabi ﷺ


ﻣَﻦْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﻓِﻲ ﺃَﻣْﺮِﻧَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻓِﻴﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ

barang siapa yang membuat perkara baru dalam Agama apa yang tidak ada padanya maka dia tertolak.[HR Bukhari,Muslim].

Dan ketika orang yang memperhatikan pada kenyataan yang terjadi pada sebagian manusia pada malam Nisfu Sya'ban,dia melihat amalan-amalan yang bermacam-macam yang mereka semangat dan perhatian dalam menjaganya kemudian jika ditinjau oleh orang yang meninjau dan pandangan orang yang memandang pada dalil,maka tidak dia ketemukan adanya dalil yang tsabit dari petunjuk nabi ﷺ.dan ini adalah musibah besar.

Ketika seorang muslim berpaling dari sunnah dan jatuh pada perkara-perkara baru yang tidak ada asalnya dalam syariat, juga tidak ada asalnya dari sunnah Nabi kita ﷺ.

Dan diantara itu juga ada sebagian kepercayaan masyarakat bahwa malam Nisfu Sya'ban adalah makna yang terkandung dalam Firman Allah ﷻ :


إنَّاﺃَﻧْﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ ﻣُﺒَﺎﺭَﻛَﺔٍ ۚ ﺇِﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻣُﻨْﺬِﺭِﻳﻦَ
ﻓِﻴﻬَﺎ ﻳُﻔْﺮَﻕُ ﻛُﻞُّ ﺃَﻣْﺮٍ ﺣَﻜِﻴﻢٍ

sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatanPada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,(Qs Ad dukhan 3-4).


Dan bulan itu adalah bulan yang padanya ditakdirkan ajal,rizqi, maka ini tidak benar, sebagaimana yang dijelaskan ahli ilmu diantaranya adalah Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini : "barangsiapa yang berkata bahwa ayat ini maksudnya pada malam Nisfu Sya'ban maka dia telah jauh dari petunjuk".Nash Al Quran menjelaskan  bahwa yang dimaksud adalah pada malam bulan Ramadhan, yaitu malam yg didalamnya dibagi setiap perkara.

MENGKHUSUSKAN SHOLAT TERTENTU


Dan diantaranya pengkhususan sebagian manusia di malam Nisfu Sya'ban dengan sholat malam tidak sholat pada malam-malam yang lain dan menghidupkan malam itu dengan dzikir dan do'a. maka hal ini adalah perkara yang diada-adakan yang tidak pernah dilakukan oleh Nabiﷺ, tidak pula para shahabat, andai mereka mengerjakannya akan ada nukilan yang sampai kepada kita.maka amalan itu tertolak bagi pelakunya dengan keumuman hadits Nabi kitaﷺ

 ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﻋَﻤَﻠًﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﻣْﺮُﻧَﺎ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ

"barangsiapa beramal amalan yang tidak ada contohnya dari kami maka tertolak"
[HR. Muslim.]


Adapun yang diriwayatkan untuk targhib(memotivasi) untuk berpuasa pada siangnya dan shalat pada malamnya dari hadits Ali radhiyallahu 'anhu maka itu hadits bathil makdzub berdusta atas nama Rasulullah ﷺ.maka tidak boleh beramal denganya, oleh karena itu berkata Zaid bin Aslam rahimahullah :


 ﻣﺎ ﺃﺩﺭﻛﻨﺎ ﺃﺣﺪﺍً ﻣﻦ ﻣﺸﻴﺨﺘﻨﺎ ﻭﻻ ﻓﻘﻬﺎﺋﻨﺎ ﻳﻠﺘﻔﺘﻮﻥ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻭﻻ ﻳﺮﻭﻥ ﻟﻬﺎ ﻓﻀﻠًﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺳﻮﺍﻫﺎ

"tidak aku dapati satupun dari syaikhku dan para fuqoha mereka memberi perhatian pada Nisfu Sya'ban dan tidak memandang adanya keutamaan khusus dari selainnya."

kecuali kalau memang seorang  terbiasa puasa ayyaamul biidh atau puasa senin kamis maka dia teruskan puasanya itu.


BID'AH MEMBUAT MAKANAN KHUSUS DI BULAN INI

Dan diantaranya juga membuat makanan-makanan khusus pada malam Nisfu Sya'ban dan membagikannya dengan dalil bahwa malam Nisfu Sya'ban terdapat keistimewaan dari yang lainnya atau terdapat pahala dan lain lain, maka ini tidak ada asalnya di dalam syariat Allah.

Diantaranya juga perayaan pada malam tersebut dengan bersedekah pada keluarga, anak-anak dan lain-lain, sebagai bentuk mendekatkan diri pada Allah ﷻ dengan membagikan makanan, minuman dan lan sebagainya.

dan ucapan bahwa itu hanya adat istiadat saja yang perlu dilestarikan, tidak ada kaitannya dengan agama,ini adalah anggapan yang salah maka mereka bohong, dan nyatanya mereka beramal seperti ibadah yang mereka buat-buat yang termasuk dari amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

dan telah tsabit di dalam shahih muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
Rasulullah ﷺ bersabda :


لَا ﺗَﺨْﺘَﺼُّﻮﺍ ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺑِﻘِﻴَﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﺍﻟﻠَّﻴَﺎﻟِﻲ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺨُﺼُّﻮﺍ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﺑِﺼِﻴَﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﺍﻟْﺄَﻳَّﺎﻡِ ﺇِﻻ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺻَﻮْﻡٍ ﻳَﺼُﻮﻣُﻪُ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ

“Janganlah khususkan malam Jum’at dengan shalat malam tertentu yang tidak dilakukan pada malam-malam lainnya. Janganlah pula khususkan hari Jum’at dengan puasa tertentu yang tidak dilakukan pada hari-hari lainnya kecuali jika ada puasa yang dilakukan karena sebab ketika itu.” (HR. Muslim no. 1144).


Agar merenungi hadits ini.mengingat keutamaan hari jum'at dan keutamaan malam jum'at,  tapi bersamaan dengan itu Nabi bersabda apa yang berupa larangan untuk pengkhususan malamnya untuk sholat atau mengkhususkan siangnya untuk puasa, maka diambil faedah dari hadits ini kalaupun boleh mengkhususkan malam dengan ibadah tertentu maka harusnya malam jum'at lebih didahulukan daripada malam-malam yang lain karna di hari jum'at adalah hari terbaik tatkala Matahati terbit sebagaimana nash hadits.maka ketika Nabi  ﷺ memperingatkan tidak bolehnya mengkhususkan ibadah di malam atau dihari jum'at bagaiman dengan malam-malam yang lain?


Sesungguhnya wajib atas setiap muslim untuk bertakwa kepada Allah ﷻ dan bersemangat diatas Sunnah Nabi ﷺ dan berpaling dari bid'ah-bid'ah walaupun dihiasi bid'ah tersebut, karena seluruh bid'ah tertolak  bagi pelakunya
Sebagaimana sabda Nabi ﷺ


 ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﻋَﻤَﻠًﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃَﻣْﺮُﻧَﺎ ﻓَﻬُﻮَ ﺭَﺩٌّ


"barangsiapa beramal amalan yang tidak ada contohnya dari kami maka tertolak"
[HR. Muslim.]

dan di setiap khutbah beliau pada hari jum'at

 ﺃَﺻْﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦَ ﺍﻟْﻬَﺪْﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﺷَﺮُّ ﺍﻟْﺄُﻣُﻮﺭِ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ ﻭَﻛُﻞُّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞُّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٌ ﻭَﻛُﻞُّ ﺿَﻠَﺎﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

Sebenar benarnya perkataan adalah Kitabullah dan sebaik baik petunjuk adalah petunjuknya Nabi Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara baru dalam agama, dan setiap perkara baru dalam agama adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka.

هذا و صلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين

=====================================================================
diterjemahkan oleh
Pejalansunnah

Sumber :  http://al-badr.net/detail/Xb2shEaN3pjG
Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Post a Comment for "Sunnah atau Bid'ah Nisfu Sya'ban sebenarnya?"