Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khutbah Idul Fithri 1444 H

 


Khutbah Idul Fithri 1444 H

Menjalin Silaturahim

KHUTBAH PERTAMA

A. Khutbah Hajah

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”.

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهِ أَكْبَرُ وَلِله الحَمْدُ

Ma’asyarol Muslimin rahimakumullah

Hendaknya kita bergembira dengan nikmat Allah atas kita dengan sampainya kita di Bulan Ramadhan, dan beramal semampu kita dari sholat, puasa, membaca Al Qur'an, sedekah dll

Lantaran hal tersebut lebih baik daripada Dunia seisinya

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

“Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

(Qs Yunus: 58)

Sebagaimana pula pada hari raya ini hendaknya kita tampakkan, keceriaan, kegembiraan dan kebahagiaan karena itu masuk ke dalam syi’ar agama Islam

Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata,

إظهار السُّرور في العيد مِن شعائر الدِّين

“Menampakkan kegembiraan di hari raya ‘Ied termasuk dari syiar agama.”

(Fathul Bari 2/443)

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهِ أَكْبَرُ وَلِله الحَمْدُ

B. Pengertian Dan Hakekat Silaturahmi

Kaum muslimin dan muslimat jama’ah Idul Fitri rahimani wa rahimakumulloh

Sebagian orang salah paham dalam memaknai silaturahim, dengan menganggap semua perbuatan menyambung hubungan dengan orang lain sebagai silaturahim.

Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan:

وَأَمَّا صِلَةُ الرَّحِمِ فَهِيَ الْإِحْسَانُ إِلَى الْأَقَارِبِ عَلَى حَسَبِ حَالِ الْوَاصِلِ وَالْمَوْصُولِ فَتَارَةً تَكُونُ بِالْمَالِ وَتَارَةً بِالْخِدْمَةِ وَتَارَةً بِالزِّيَارَةِ وَالسَّلَامِ وَغَيْرِ ذَلِكَ

“Adapun silaturahim, ia adalah

الْإِحْسَانُ إِلَى الْأَقَارِبِ عَلَى حَسَبِ حَالِ الْوَاصِلِ وَالْمَوْصُولِ

Berbuat baik kepada karib-kerabat sesuai dengan keadaan orang yang nyambung silaturahmi dan keadaan orang yang akan disambung hubungan silaturahminya

Syaikh bin Baaz rahimahullah berkata:

وأعظم الرحم الوالدان، أقرب الرحم الوالدان

“Silaturahmi paling agung dan paling dekat adalah kepada kedua orang tua”

Kemudian beliau Imam An Nawawi melanjutkan:

فَتَارَةً تَكُونُ بِالْمَالِ

Terkadang berupa kebaikan dalam hal harta,

وَتَارَةً بِالْخِدْمَةِ

Terkadang dengan memberi bantuan tenaga,

وَتَارَةً بِالزِّيَارَةِ وَالسَّلَامِ وَغَيْرِ ذَلِكَ

Terkadang dengan mengunjunginya, dengan memberi salam, dan cara lainnya”

(Syarh Shahih Muslim, 2/201).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah Ta’aala menjelaskan

وَصِلَةِ الْأَرْحَامِ، وَهُوَ الْإِحْسَانُ إِلَى الْأَقَارِبِ فِي الْمَقَالِ وَالْأَفْعَالِ وَبَذْلِ الْأَمْوَالِ

“Silatul Arham adalah “Berbuat baik kepada kerabat” dalam ucapan, perbuatan serta membantu dengan harta” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir Qs Muhammad: 22)

Segala hal dalam adat kebiasaan kita yang dinilai sebagai bentuk menyambung silaturahmi maka dia adalah bentuk menyambung silaturahmi

  • Jikalau mengunjungi orang tua dan juga karib kerabat di hari raya masuk dalam adat kita adalah bentuk silaturahmi maka dia termasuk kedalamnya
  • Jika ada karib kerabat kita yang kekurangan, lalu kita bantu dengan memberikannya uang adalah bentuk silaturahi maka dia termasuk ke dalamnya
  • Memberi makanan
  • Menjenguk ketika sakit

dan selainnya

Hakekat Menyambung Silaturahmi

Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

”Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.”

(HR. Bukhari no. 5991)

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهِ أَكْبَرُ وَلِله الحَمْدُ

Ma’asyiral Muslimin, rahimakumullah

C. Keutamaan Silaturahmi

1. Masuk Surga

Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,

تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ

“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983)

أيها الناس، أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصلوا الأرحام، وصلُّوا بالليل والناس نيام, تدخلوا الجنة بسلام

“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah silaturahim, shalatlah pada malam hari ketika orang-orang sedang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat”

(HR. Ibnu Majah, At Tirmidzi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

2. Di Lapangkan Riskinya

Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)

البسط في الرزق كثرته ونماؤه وسعته وبركته وزيادته زيادة حقيقية .

Bentuk kelapangan riski adalah dengan ditambah banyak, berkembang, tambah berkah dan bertambah nyata

يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ .

وقيل : يُكْتَبُ عُمُرُه مُقَيَّدًا بِشَرْطٍ كَأَنْ يُقَالَ : إِنْ وَصَلَ رَحِمَهُ فَلَهُ كَذَا وَإِلَّا فَكَذَا ، فتَكُون الزّيَادَة فِي العُمرِ زيَادَة حَقِيقِيّة .

“Dipanjangkan umurnya secara hakiki, tiap kali dia menyambung silaturahmi, bertambah umurnya”

(Syarh An Nawawi ala Shahih Muslim 16/114)

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهِ أَكْبَرُ وَلِله الحَمْدُ

D. Ancaman bagi Pemutus silaturahmi

1. Tidak Masuk Surga

Ma’asyiral Muslimin, Kegembiraan yang begitu indah ini, pada hari raya ini ternyata pada sebagian orang menjadi hal yang mengganggu dan mengotori dirinya karena disebabkan oleh permusuhan yang masih berlanjut dan dendam yang masih membara di antara mereka. Ada di antara mereka yang berlebaran, namun di hatinya masih ada kejengkelan dan amarah kepada kerabatnya sendiri. Ada pula yang masih bermusuhan dengan saudara kandungnya, dan bahkan ada pula yang berlebaran namun menyimpan sejuta kejengkelan kepada orang tuanya sendiri. Di antara mereka telah lama tali silaturahmi terputuskan dan tercampakkan, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ قَاطِعٌ

“Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturrahmi.” (HR. Bukhari 8/5 no. 5984) Sungguh ancaman yang sangat mengerikan bahwa orang yang memutuskan silaturahmi tidak akan masuk surga.

فهذا يُفيد الحذر من قطيعة الرحم، وأنه من الكبائر

Ini menunjukkan kewaspadaan dari memutus silaturahmi, dan ia termasuk dosa besar

(Syaikh Bin Baaz rahimahullah)

2. Tidak mendapat bonus ampunan dari Allah

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ، وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ:

أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا

“Sesungguhnya pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan kamis. Semua dosa hamba yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu akan diampuni, kecuali bagi orang yang antara dia dan saudaranya terdapat kebencian dan perpecahan.” Lalu dikatakan: ‘**Tangguhkanlah dua orang ini hingga mereka berdamai! Tangguhkanlah dua orang ini hingga mereka berdamai! Tangguhkanlah kedua orang ini hingga mereka berdamai!” ****

(HR. Muslim 4/1978 no. 2565)

3. Amal Ibadah yang lain tidak diterima

ثَلَاثَةٌ لَا تُرْفَعُ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُءُوسِهِمْ شِبْرًا: رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ

“Tiga golongan yang shalatnya tidak akan di angkat meski satu jengkal dari kepalanya; Seseorang yang mengimami suatu kaum, sementara mereka tidak menyukainya; Seorang perempuan yang tidur sementara suaminya marah kepadanya; Dan dua bersaudara yang saling bermusuhan.”

(HR. Ibnu Majah 1/311 no. 971)

أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم …

KHUTBAH KEDUA:

الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.

ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين

‘Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”

ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم

"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang".

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Ya Tuhan kami, terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.

اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ

Ya Allah, jagalah negeri kami dan kuatkanlah pemerintah kami serta karuniakanlah hidayah kepada mereka, lalu jadikanlah mereka pembela kebenaran ya Rabbal ‘alamien.

ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب

" Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kalbu kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkaulan Maha Pemberi.”

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

Ya Allah, berikanlah kepada Kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat dan lindungilah Kami dari siksa neraka.”

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.

Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "Khutbah Idul Fithri 1444 H"