Tafsir Surah Al Adiyat (Oleh : Aditya Bahari)
Tafsir Surah Al Adiyat
(Oleh : Aditya
Bahari)
Surah Al Ashr surah ke 100
Surah ini terdiri atas 11 ayat,
termasuk surat Makkiyah
Al Ashr artinya: “Kuda Perang Yang Berlari Kencang”
Muqaddimah
Surat “al ‘Adiyat” Makkiyyah menurut pendapat Ibnu Mas’ud,
Jabir, Ikrimah, dan ‘Atho’, dan madaniyyah menurut Ibnu Abbas, Anas Qotadah
(Lihat Tafsir Al Qurthubi)
Makkiyah karena temanya tentang hari kiamat, Madaniyyah
karena berbicara tentang peperangan, karena peperangan baru terjadi ketika Nabi
sudah hijrah ke Madinah, perang pertama “Perang Badr”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
أقسم سبحانه وتعالى بأقسام ثلاثة، على أمور ثلاثة، تعظيماً
للمقسم به، وتشنيعاً على المقسم عليه
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
bersumpah dengan 3 perkara, untuk tiga perkara menunjukkan kemuliaannya makhluk
yang Allah bersumpah dengannya, juga sebagai celaan terhadap tiga perkara yang
menjadi jawaban sumpah (Hasyiyah Ash Showi)
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا
1.
Demi yang berlari
kencang dengan terengah-engah,
(Al ‘adiyaat ) diambil dari kata (al ‘adwu) artinya: Berlari
dengan cepat
Sementara (Dhobhan) artinya suara yang keluar dari seekor
kuda yang terengah-engah
Secara bahasa makna ayat: “demi yang berlari dengan cepat
dan terengah-engah”
Maka ada dua pendapat Ulama mengenai (Al Maushuf) yang
disifati dari ayat ini
Ibnu Abbas radhiyAllahu ‘anhu berpendapat bahwa (Al ‘Adiyat)
Kuda yang berlari cepat dan terengah-engah
Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Mas’ud berpendapat (Al’adiyat)
adalah Onta yang berlari kencang untuk mengangkut para jemaah haji
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{وَالْعَادِيَات} الْخَيْل تَعْدُو فِي
الْغَزْو وَتَضْبَح {ضَبْحًا} هُوَ صَوْت أَجْوَافهَا إِذَا عَدَتْ
“Kuda yang berlari
kencang dalam perang dan terengah-engah yaitu suara dari kerongkongannya saat
berlari” (suara yang terdengar dari dada kuda, saat berlari, dan bukan
ringkikan kuda ) dan kuda itu terengah-engah saat capek, atau gugup” (hasyiyah
Ash Showi)
Sebagian Ahli tafsir seperti Ibnu
‘Athiyah menganggap kedua penafsiaran ini sama-sama benar, disebut khilaf
tanawwu’ bukan tadhad
فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا
2.
dan kuda yang
mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{فَالْمُورِيَات} الْخَيْل تُورِي النَّار
{قَدْحًا} بِحَوَافِرِهَا إِذَا سَارَتْ فِي الْأَرْض ذَات الْحِجَارَة
بِاللَّيْلِ
“Kuda yang
mengeluarkan percikan api dengan kukunya, berjalan diatas bumi yang memiliki
batu-batu diwaktu malam”
أي تخرجها من الحجارة إذا ضربتها بحوافرها
فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا
3. dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu
pagi,
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{فَالْمُغِيرَات صُبْحًا} الْخَيْل تُغِير
عَلَى الْعَدُوّ وَقْت الصُّبْح بِإِغَارَةِ أَصْحَابهَا
“Kuda yang menyerang musuh waktu
shubuh, dengan menyerang musuhnya”
فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا
4. maka ia menerbangkan debu,
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{فَأَثَرْنَ} هَيَّجْنَ {بِهِ} بِمَكَانِ
عَدْوهنَّ أَوْ بِذَلِكَ الْوَقْت {نَقْعًا} غُبَارًا بِشِدَّةِ حَرَكَتهنَّ
“Menerbangkan debu di tempat
musuhnya atau diwaktu itu, saking dahsyatnya gerakan, kecepatan kuda tersebut”
فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا
5. dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh,
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{فَوَسَطْنَ بِهِ} بِالنَّقْعِ {جَمْعًا}
مِنْ الْعَدْو أَيْ صِرْنَ وَسَطه وَعُطِفَ الْفِعْل عَلَى الِاسْم لِأَنَّهُ فِي
تَأْوِيل الْفِعْل أَيْ وَاَللَّاتِي عَدَوْنَ فَأَوْرَيْن فأغرن
“Menyerbu ditengah-tengah musuh”
Sebagian Ulama menjelaskan hubungan
sumpah-sumpah Allah yang menggunakan sifat-sifat kuda dengan sifat manusia yang
ingkar, yakni Allah menginginkan agar manusia itu memperhatikan keadaan kuda
yang memiliki sifat taat, Jika kuda tersebut diberikan kenikmatan, kuda itu
akan berterima kasih kepada tuannya, kuda-kuda yang dirawat, diberikan kandang
sendiri, serta diberi makan dan minum akan patuh terhadap tuannya bahkan
walaupun diperintah bersama untuk berperang
Itulah yang membedakan kuda
dengan manusia. Banyak orang justru ingkar dan kufur nikmat kepada Allah
setelah diberikan berbagai macam keikmatan
إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
6. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima
kasih kepada Tuhannya,
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{إِنَّ الْإِنْسَان} الْكَافِر {لِرَبِّهِ
لَكَنُود} لَكَفُور يَجْحَد نعمته تعالى
“Sesungguhnya manusia yang kafir
itu, kafir terhadap Rabbnya benar-benar kufur ia ingkar terhadap nikmat-nikmat
Allah atasnya”
Al Hasan Al Bashri rahimahullah
berkata:
هو الكفور الذي
يَعُدًّ المصائب وينسى نعم ربه
وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ
7. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri)
keingkarannya,
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ} أَيْ كَنُوده
{لَشَهِيد} يَشْهَد عَلَى نَفْسه بِصُنْعِهِ
“Wal Ashr, yakni Ad Dahr, waktu
atau waktu setelah tergelincirnya matahari sampai terbenamnya atau sholat ashar”
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
8. dan sesungguhnya dia sangat
bakhil karena cintanya kepada harta.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْر} أَيْ الْمَال
{لَشَدِيد} الْحُبّ لَهُ فَيَبْخَل بِهِ
“Wal Ashr, yakni Ad Dahr, waktu
atau waktu setelah tergelincirnya matahari sampai terbenamnya atau sholat ashar”
أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا
فِي الْقُبُورِ
9. Maka apakah dia tidak
mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{أَفَلَا يَعْلَم إِذَا بُعْثِرَ} أُثِيرَ
وَأُخْرِجَ {مَا فِي الْقُبُور} مِنْ الْمَوْتَى أَيْ بُعِثُوا
“Wal Ashr, yakni Ad Dahr, waktu
atau waktu setelah tergelincirnya matahari sampai terbenamnya atau sholat ashar”
وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ
10. dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
{وَحُصِّلَ} بُيِّنَ وَأُفْرِزَ {مَا فِي
الصُّدُور} الْقُلُوب مِنْ الْكُفْر وَالْإِيمَان
“Wal Ashr, yakni Ad Dahr, waktu
atau waktu setelah tergelincirnya matahari sampai terbenamnya atau sholat ashar”
إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ
11. sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui
keadaan mereka.
Imam Jalaluddin Al-Mahalli
rahimahullah berkata,
إِنَّ رَبّهمْ بِهِمْ يَوْمئِذٍ لَخَبِير} لَعَالَم
فَيُجَازِيهِمْ عَلَى كُفْرهمْ أُعِيدَ الضَّمِير جَمْعًا نَظَرًا لِمَعْنَى
الْإِنْسَان وَهَذِهِ الْجُمْلَة دَلَّتْ عَلَى مَفْعُول يَعْلَم أَيْ إِنَّا
نُجَازِيه وَقْت مَا ذَكَرَ وَتَعَلَّقَ خَبِير بِيَوْمَئِذ وَهُوَ تَعَالَى
خَبِير دَائِمًا لِأَنَّهُ يوم المجازاة
“Wal Ashr, yakni Ad Dahr, waktu
atau waktu setelah tergelincirnya matahari sampai terbenamnya atau sholat ashar”
(نظراً لمعنى الإنسان) أي لأنه اسم جنس.
يوم إذا بعثر ما في القبور وحصل ما في الصدور وهو يوم القيامة
Posting Komentar untuk " Tafsir Surah Al Adiyat (Oleh : Aditya Bahari)"