Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

RISALAH IBADAH

 

PERTEMUAN KEDUA

Syaikhul Islam rahimahullah dalam risalahnya :

فالمشروع هو الذي يُتقرب به إلى الله تعالى، وهو سبيل الله، وهو البر والطاعة، والحسنات والخير، والمعروف، وهو طريق السالكين، ومنهاج القاصدين والعابدين، وهو الذي يسلكه كل من أراد الله وسلك طريق الزهد والعبادة، وما يُسَمَّى بالفقر والتصرف ونحو ذلك.

“Ibadah yang disyariatkan yaitu yang dengannya kita mendekatkan diri kepada Allah Ta’aala, dan itu merupakan jalannya Allah, Al Birr, Wat Thoo’ah, Wal Hasanaat, Wal Khoir, Wal Ma’ruf ….”.

Ini Jalan Allah

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al-An’am: 153)

 

Suatu saat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkisah,

خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هذه سبل و عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ {وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’  kemudian beliau membaca,

{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ}

‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya’” ([Al An’am: 153] Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan yang lainnya)

 

Lafadz Al Birr ini mencakup segala amalan yang disyariatkan

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

۞ لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. 177)

 

Zuhud

Zuhud adalah,

ترك ما لاينفع في الآخرة

“Meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat.”

 

Baik itu dalam bentuk perbuatan, ucapan, benda, makanan, minuman, kegiatan dll.

 

Syaikhul Islam rahimahullah dalam risalahnya :

ولا ريب أن هذا يدخل فيه الصلوات  المشروعة واجبها ومستحبها، ويدخل في ذلك قيام الليل المشروع وقراءة القرآن على الوجه المشروع، والأذكار والدعوات الشرعية.

“Dan tidak diragukan lagi, bahwasanya masuk dalam perkara yang disyariatkan adalah sholat wajib (yakni sholat 5 waktu) maupun yang sunnah, masuk juga qiyamul lail,(bahkan diantara sholat yang paling afdhol setelah sholat 5 waktu)

membaca Al-Qur’an dengan cara yang syar’I dan berdzikir serta berdoa dengan yang disyariatkan.

Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ.

“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari.”

HR. Muslim, kitab ash-Shiyaam bab Fadhli Shaumil Mu-harram, (no. 1163).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah didatangi Jibril dan berkata:

واعلم أن شرف المؤمن قيامه بالليل

“Ketahuilah bahwasanya kemuliaan seorang mukmin, adalah qiyamul lailnya”

(HR. al-Hakim dan al-Baihaqi dihasankan ole Syaikh al-Albani)

 

Dari ucapan beliau rahimahullah, memberi perhatian bahwa bisa jadi disana ada orang beramal dengan amalan-amalan tadi, akan tetapi dengan cara yang tidak disyariatkan

Syaikh Abdur Rozzaq hafidzahullah memberikan kaedah:

العمل المشروع لابد أن يؤتى به على الصفة المشروعة

“Amalan yang disyariatkan maka harus dikerjakan juga dengan tata cara yang disyariatkan”

Contohnya dzikir dengan yang 4: SubhaanAllah, Walhamdulillah, Wa Laa ilaaha Ilalla, Allahu Akbar

أَحَبُّ اَلْكَلَامِ إِلَى اَللَّهِ أَرْبَعٌ لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ سُبْحَانَ اَللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ.  أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ

“Dari Samurah Ibnu Jundub radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ucapan yang paling disukai Allah itu empat engkau boleh memulainya dengan kalimat mana saja yaitu: SubhaanAllah, Walhamdulillah, Wa Laa ilaahaillallah, Wallahu Akbar” (HR Muslim)

 

Jika seorang muslim mengamalkannya dengan tata cara yang tidak disyariatkan maka tidak diterima obadah dzikirnya

Diriwayatkan oleh Imam Ad Darimi, dalam sunannya, dengan derajat yang shahih

قال رأيتُ في المسجدِ قومًا حِلَقًا جلوسًا ينتظرون الصلاةَ، في كلِّ حلْقةٍ رجلٌ وفي أيديهم حصًى فيقول كَبِّرُوا مئةً فيُكبِّرونَ مئةً فيقول هلِّلُوا مئةً فيُهلِّلون مئةً ويقول سبِّحوا مئةً فيُسبِّحون مئةً .

قال فماذا قلتَ لهم قال ما قلتُ لهم شيئًا انتظارَ رأيِك. قال أفلا أمرتَهم أن يعُدُّوا سيئاتِهم وضمنتَ لهم أن لا يضيعَ من حسناتهم شيءٌ ثم مضى ومضَينا معه حتى أتى حلقةً من تلك الحلقِ فوقف عليهم فقال ما هذا الذي أراكم تصنعون. قالوا يا أبا عبدَ الرَّحمنِ حصًى نعُدُّ به التكبيرَ والتهليلَ والتَّسبيحَ

قال فعُدُّوا سيئاتِكم فأنا ضامنٌ أن لا يضيعَ من حسناتكم شيءٌ ويحكم يا أمَّةَ محمدٍ ما أسرعَ هلَكَتِكم هؤلاءِ صحابةُ نبيِّكم صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ مُتوافرون وهذه ثيابُه لم تَبلَ وآنيتُه لم تُكسَرْ والذي نفسي بيده إنكم لعلى مِلَّةٍ هي أهدى من ملةِ محمدٍ أو مُفتتِحو بابَ ضلالةٍ؟

 قالوا والله يا أبا عبدَ الرَّحمنِ ما أردْنا إلا الخيرَ

قال وكم من مُريدٍ للخيرِ لن يُصيبَه

إنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ حدَّثنا أنَّ قومًا يقرؤون القرآنَ لا يجاوزُ تراقيهم يمرُقونَ من الإسلامِ كما يمرُقُ السَّهمُ منَ الرَّميّةِ وأيمُ اللهِ ما أدري لعلَّ أكثرَهم منكم ثم تولى عنهم

فقال عمرو بنُ سلَمةَ فرأينا عامَّةَ أولئك الحِلَقِ يُطاعِنونا يومَ النَّهروانِ مع الخوارجِ

 

“Abu Musa Al Asy’ari berkata: aku melihat di masjid ada beberapa orang yang duduk membuat halaqah sambil menunggu shalat. Setiap halaqah ada seorang (pemimpin) yang memegangi kerikil, kemudian ia berkata: bertakbirlah 100 kali! Maka para pesertanya pun bertakbir 100 kali. Kemudian pemimpinnya berkata: bertahlil lah 100 kali! Maka para pesertanya pun bertahlil 100 kali. Kemudian pemimpinnya berkata: bertasbih lah 100 kali! Maka para pesertanya pun bertasbih 100 kali.

Ibnu Mas’ud berkata: lalu apa yang engkau katakan kepada mereka wahai Abu Musa? Abu Musa menjawab: aku tidak katakan apapun karena menunggu pandanganmu. Ibnu Mas’ud berkata: mengapa tidak engkau katakan saja pada mereka: hitunglah keburukan-keburukan kalian saja, maka aku jamin kebaikan-kebaikan kalian tidak akan disia-siakan sama sekali.

Kemudian Ibnu Mas’ud pergi dan kami pun pergi bersama beliau. Sampai pada suatu hari Ibnu Mas’ud mendapati sendiri halaqah tersebut. Lalu beliau pun berdiri di hadapan mereka.

Ibnu Mas’ud berkata: apa yang kalian lakukan ini? Mereka menjawab: Wahai Abu Abdirrahman, ini adalah kerikil untuk menghitung takbir, tahlil dan tasbih! Ibnu Mas’ud berkata: hitunglah keburukan-keburukan kalian saja, maka aku jamin kebaikan-kebaikan kalian tidak akan disia-siakan sama sekali. Wahai umat Muhammad, betapa cepatnya kalian binasa! Demi Allah, yang kalian lakukan ini adalah ajaran agama yang lebih baik dari ajaran Muhammad atau kalian sedang membuka pintu kesesatan!

Mereka mengatakan: Wahai Abu Abdirrahman, kami tidak menginginkan apa-apa kecuali kebaikan! Ibnu Mas’ud menjawab: betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan namun tidak mendapatkannya. Sesungguhnya Rasulullah mengatakan kepada kami tentang suatu kaum yang mereka membaca Al-Qur’an akan tetapi (bacaan mereka) tidak melewati tenggorokan mereka, demi Allah, saya tidak tahu bisa jadi kebanyakan mereka adalah dari kalian. Kemudian Ibnu Mas’ud meninggalkan mereka”.

 

Amr bin Salamah berkata , ”Kami melihat kebanyakan orang-orang yang ada di halaqah itu adalah orang-orang yang ikut melawan kami di barisan khawarij pada perang Nahrawan” (Diriwayatkan Ad Darimi dalam Sunan-nya no.210, dishahihkan Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah, 5/11).

Dan perkara bid’ah menyebabkan amalannya tertolak, sebagaimana sabda Nabi ‘alaihis salaam

Keutamaan Puasa 3 hari setiap bulan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

“Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: 1- berpuasa tiga hari setiap bulannya, 2- mengerjakan shalat Dhuha, 3- mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari no. 1178)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

“Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun.” (HR. Bukhari no. 1979)

 

Ibadah Diiniyyah Pokoknya ada 3:

Sholat, Puasa, Membaca Al-Quran

عَلَيْكُمْ مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ فَوَاللَّهِ لَا يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا

“Beramal-lah kalian semampu kalian, Allah tidak bosan sampai kalian bosan” (Muttfaqun ‘alaih)

 

Perhatian penting mengenai Sholat Malam

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat Daud. Dan puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud. Daud tidur separuh malam dan bangun pada sepertiganya, dan tidur lagi seperenamnya. Ia juga puasa sehari dan berbuka sehari.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1131 dan Muslim, no. 189]

Diantara faedah hadits ini:

1.       Sholat malam butuh pada naum mubakkir

2.       Sebelum shubuh tidur 1/6 agar supaya tetap dalam kondisi semangat dalam ibadah

Puasa 3 hari tiap bulan

Puasa & Sholatnya Dawud ‘alaihis salam

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat Daud. Dan puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Daud. Daud tidur separuh malam dan bangun pada sepertiganya, dan tidur lagi seperenamnya. Ia juga puasa sehari dan berbuka sehari.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1131 dan Muslim, no. 189]

 

Petunjuk Nabi shallallahu ‘alai wa sallam dalam mengkhatamkan Al-Qur’an

Khatamkan sebulan: (one day one juz)

Kalau ingin lebih, maka sepekan (Famii Bisyauq)

Kalau memang bisa maka tiga hari dan tidak boleh kurang dari itu

 

Celaan terhadap Khawarij

Dan bahkan mereka juga melakukan ushul ibadah yang 3 ini, tapi dicela oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اقتصاد في السنة خير من اجتهاد في بدعة

“Sederhana didalam sunnah, lebih baik dari bersungguh-sungguh dalam perkara bid’ah”

أي بأن يعمل على وفق السنة وإن قل خير من أن يعمل أعمالا كثيرة وعبادات عديدة لكنها في أمور محدثة وبدع ما أنزل الله بها من سلطان

Asy Syaikh Abdur Razzaq hafidzahullah berkata:

قليل من العمل يوافق السنة خير من كثير من العمل لا يوافق السنة

 

Setelah beliau mulai dengan muqadimah ini, beliau mulai menjelaskan beberapa amalan yang tidak disyariatkan

Ibadah Al Kholawaat

 

 

Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "RISALAH IBADAH"