I’tiqod Ahlis Sunnah Fil Qur’aan
I’tiqod Ahlis Sunnah Fil Qur’aan
Berkata: an-Nadzim -رحمه الله -
:
وأقول في ( القرآن ) ما جاءت به آياته فهْو الكريم المنزل
“Dan Aku mengatakan
tentang Al-Qur’an yang datang dengan ayat-ayatnya, maka (al-Qur’an) adalah Yang
Mulia Yang diturunkan”
(Aquulu) yakni a’taqidu : “Aku
meyakini tentang Al-Qur’an bahwasanya Al-Qur’an Kalaamulloh, Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Muhammad
lewat perantara Jibril diturunkan di malam Lailatul Qodr di Bulan Ramadhan
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada
suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (Qs Adh
Dukhon: 3)
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ
الْقَدْرِ (١) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (٢) لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (٣) تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (٤) سَلامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
(٥)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya
(Al Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabb-nya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) keselamatan hingga terbit fajar.” (QS. Al
Qadr: 1-5)
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ
الْعَالَمِينَ نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ
الْمُنْذِرِينَ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
Dan sesungguhnya Al Quran ini
benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,dia dibawa turun oleh Ar-Ruh
Al-Amin (Jibril),ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan,dengan bahasa Arab yang jelas. (Qs Asy
Syu’ara: 192-195)
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
تَنْزِيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ
مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Turunnya Al-Quran yang tidak ada
keraguan di dalamnya, (adalah) dari Tuhan semesta alam. (Qs As
Sajdah: 2)
Ayat-ayat Al-Qur’an menunjukkan bahwa
Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah Azza Wa Jalla,
قُلْ إِنَّمَا أُنْذِرُكُمْ بِالْوَحْيِ ۚ
Katakanlah (hai Muhammad):
"Sesungguhnya aku hanya memberi peringatan kepada kamu sekalian dengan
wahyu (Qs Al Anbiyaa’ 45)
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ
Dan jika seorang diantara orang-orang
musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia
sempat mendengar firman Allah, (Qs At Taubah: 6)
الكلام يضاف إلى من قاله ابتداء لا إلى من نقله أداء
والصوت صوت القاري والكلام كلام الباري
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala:
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ فِي كِتَابٍ
مَكْنُونٍ لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya Al-Quran ini adalah
bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak
menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil
'alamiin. (Qs Al Waqi’ah: 77-80)
( Wa Karomil Qur’an)
banyak sekali: Luas manfaatnya, banyaknya berkah
Al Karim sifat yang tetap pada
al-Quran, dan banyak yang ketika menyebutkan Al-Qur’an mereka tidak sekedar menyebut
al-quran tapi Al-Quran al-Karim.
Kaedah Ahlis Sunnah dalam Sifat Allah
Berkata: an-Nadzim -رحمه الله -
:
وأقول ( في صفات الله ) قال الله – جل جلاله - والمصطفى الهادي، ولا أتأوّل
“Dan aku berkata
(tentang sifat Allah) sebagaimana Allah firmankan dan Nabi al Mushtofa
sabdakan, dan tidak aku takwil”
Kaedahku dalam memahami Sifat-sifat
Allah Jalla Jalaaluh, tidaklah aku menyebutkan Sifat dari sifat-sifat Allah
kecuali dengan dalil
Sebagaimana Imam Ahmad rahimahullah
berkata:
كما قال الإمام أحمد رحمه الله:لا يوصف الله إلا بما وصف به
نفسه، أو وصفه به رسوله صلى الله عليه وسلم، لا يتجاوز القرآن والحديث. اهـ
Inilah ciri khas Ahlus Sunnah yang
berbeda dari selainnya dari ahlul bid’ah
Kita akan dapati di kitab-kitab para
Ulama ahlis sunnah baik yang dahulu sampai sekarang, ketika mereka menyebutkan “Penetapan
sifat Allah …. Dalilnya Firman Allah Ta’aala atau Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam
Bab Sifat adalah tauqifi yakni
berhenti pada apa yang datang dari Kitab atau Sunnah
Sebagaimana ucapan al ‘Auza’ii rahimahullah:
ندور مع الكتاب والسنة حيث دار
(( أي نفيا وإثبات )) إذا أثبت في الكتاب والسنة أثبتناه وإذا
نفى الكتاب والسنة نفيناه ولا نتجاوز القرآن والسنة
Tiga pondasi dalam memahami bab Asma
Was Shifaat:
Tiga pondasi inilah yang bisa
dijadikan pegangan untuk menjawab setiap orang-orang yang menafikan sifat dari
sifat-sifat Allah Subhaanahu Wa Ta’aala
Pertama:
Berkeyakinan bahwa tidak ada seorangpun yang lebih tahu tentang Allah dari
Allah sendiri
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللَّهُ ۗ
"Katakanlah: "Apakah kamu
lebih mengetahui ataukah Allah” (Qs Al Baqarah: 140)
Kedua: Tidak ada
dari makhluk Allah yang lebih tahu tentang Allah, dari Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
"dan tiadalah yang diucapkannya
itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Qs An Najm: 3-4)
وأعلمكم بالله أنا
Ketiga: Allah
Dzat yang ghaib (kita tidak melihat Allah) maka tidak ada kesempatan bagi manusia
untuk tenggelam dalam membicarakan perkara ghaib dari sifat Allah kecuali
dengan wahyu
“Jika ketiga pondasi ini telah menetap
kuat di hati seorang muslim, maka hal tersebut akan menghalanginya,
membentenginya dari tenggelam dalam perkara yang dia tidak ketahui, disamping
itu dia akan mengetahui rusaknya madzhab ahlul bathil dimana mereka mengedepankan
pendapat-pendapat mereka mengedepankan akal-akal mereka yang rusak dihadapan
Allah & Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam”.
Contohnya: Menetapkan sifat 2 tangan
bagi Allah
مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا
خَلَقْتُ بِيَدَيَّ
ۖ
apakah yang menghalangi kamu sujud
kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. (Qs Shad: 75)
بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ
بيدك الخير
Penetapan Sifat Istiwa’ Allah
ثم استوى على العرش
الرحمن على العرش استوى
Penetapan Sifat Tinggi baik itu secara
Dzat Allah, Tinggi Sifat dan Kehebatan
هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى
عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْكَبِيرُ
الْمُتَعَالِ
Pertanyaannya adalah, bagaimana
seseorang bisa menafikan (meniadakan) apa yang Allah tetapkan bagi diri-Nya
(Wal Mushthofa)
Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:
اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ
رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari
malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Qs Al Hajj:
75)
(Al Haadi) yakni hidayatul Irsyaad
Hidayah ada 2:
Hidayah Taufiq, ini murni dari Allah
Subhaanahu Wa Ta’aala
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ
وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk
kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang
mau menerima petunjuk. (Qs Al Qashash: 56)
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ
حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
Dan sebahagian besar manusia tidak
akan beriman -- walaupun kamu sangat menginginkannya. (Qs
Yusuf: 103)
Hidyah Irsyad:
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Qs Asy Syuro: 52)
Contohnya ketika Nabi Al Musthofa
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ
يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ
يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
”Rabb kita turun ke langit dunia pada
setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman,
’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang
meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun
kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari no. 1145 dan Muslim no.
1808)
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ
إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ
مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ
فِى ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ
بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ
الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِى وَأَنَا رَبُّكَ.أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ
الْفَرَحِ
“Sesungguhnya Allah sangat gembira
dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat pada-Nya melebihi kegembiraan
seseorang di antara kalian yang berada di atas kendaraannya dan berada di suatu
tanah yang luas (padang pasir), kemudian hewan yang ditungganginya lari meninggalkannya.
Padahal di hewan tunggangannya itu ada perbekalan makan dan minumnya. Sehingga
ia pun menjadi putus asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan tidur
berbaring di bawah naungannya dalam keadaan hati yang telah berputus asa.
Tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti itu, kendaraannya tampak berdiri di
sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Karena sangat gembiranya, maka ia berkata,
‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu.’ Ia telah salah
mengucapkan karena sangat gembiranya.” (HR. Muslim no. 2747).
Ketika Ahlus sunnah menetapkan sifat
Allah, sebagaimana yang datang dari Nash Al-Qur’an maupun sunnah maka ini
sesuai dengan Keagungan dan Kebesaran Allah
هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا
Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama
dengan Dia (yang patut disembah)? (Qs Maryam: 65)
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatupun yang serupa
dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. (Qs Asy Syuro: 11)
(Ta’wil disini maksudnya adalah Tahrif
/ Ta’thil)
Posting Komentar untuk "I’tiqod Ahlis Sunnah Fil Qur’aan"