Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SYARAH MANDZUMAH HAIYYAH (HUKUM PELAKU DOSA BESAR)



HUKUM PELAKU DOSA BESAR

DAN WASPADA TERHADAP MADZHAB KHAWARIJ DAN MURJI’AH

 

Berkata Abdullah bin Abi Dawud rahimahullah:

26  ولا تُكفِرَنْ أهلَ الصلاةِ وإن عَصَوا … فكلَّهم يَعصِي وذو العرشِ يَصفَحُ

27  ولا تَعتَقِد رَأْيَ الخَوارِجِ إنه … مَقَالٌ لِمَن يَهوَاهُ يُردِي وَيَفضَحُ

28  ولا تَكُ مُرجِياً لَعُوباً بدينِه … ألا إنَّما المُرجِيُّ بالدين يَمزَحُ

 

3 Bait yang dibawakan penulis ini menjelaskan tentang menghukumi kafir pelaku dosa besar dibawah syirik, dimana Beliau menyebutkan Aqidah Ahlissunnah tentang madzhab/aqidah yang benar dibait pertama lalu diikutkan dengan madzhab yang menyimpang dari kalangan Khawarij, Mu’tazilah & Murji’ah

 

ولا تُكفِرَنْ أهلَ الصلاةِ وإن عَصَوا … فكلَّهم يَعصِي وذو العرشِ يَصفَحُ

“Dan janganlah kamu mengkafirkan Ahli sholat meskipun dia pelaku maksiat, mereka semua berbuat maksiat dan Allah (pemilik Arsy) Maha Pemberi Maaf”

(laa) nahiyah : larangan maknanya: “Janganlah kamu berkeyakinan tentang kufurnya orang yang sholat, walaupun dia pelaku maksiat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من صلى صلاتنا واستقبل قبلتنا، وأكل ذبيحتنا فذلك المسلم الذي له ذِمَّةُ الله وذمة رسوله، فلا تُخفِرُوا اللهَ في ذمَّتِهِ

“Barangsiapa yang sholat seperti sholat kami, menghadap kiblat kami, memakan sesembelihan kami, maka dia adalah seorang muslim, yang mendapat penjagaan Allah, dan Rasul-Nya maka janganlah kalian menghianati Allah dalam dzimmah-Nya” (HR. Bukhari: 391)

(Wa In ‘Ashou) walaupun mereka berbuat maksiat, yakni berbuat dosa besar maupun dosa kecil selain dibawah kesyirikan, maka Aqidah Ahlis Sunnah adalah tidak boleh mengkafirkan mereka karena dosa tersebut, Maka penulis menjelaskan Hukum seorang muslim yang sholat, apabila jatuh dalam dosa dan maksiat dibawah kekafiran, maka tidak dikafirkan dan tidak keluar dari Islam

*Pent

Adapun jika jatuh dalam perkara kekufuran maka dikafirkan, dan risalah bagus yang membahas tentang ini :Kitab Nawaqidhul Islam Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah

Dalilnya Firman Allah Ta’aala:

وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang (Qs Al Hujurat: 9)

Berperang sesama muslim, termasuk dosa besar, bersamaan dengan hal tersebut masih disebut dengan penyebutan keimanan, ini menunjukkan dosa-dosa besar tidak mengeluarkan seseorang dari Agama.

(Fakullahum Ya’shi) mereka berbuat maksiat, siapa yang tidak pernah jatuh dalam dosa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan “setiap anak adam itu pendosa” jikalau semua pelaku dosa dijatuhi kufur, maka tidak akan tersisa seorang muslim.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ ، فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

“Demi Dzat yang diriku berada ditanganNya, jika kalian tidak berbuat dosa Allah akan hilangkan kalian dan Allah akan datangkan kaum lain yang berdosa, lalu mereka pun minta ampun kepada Allah, Allah pun ampuni dosa mereka.” (HR. Imam Muslim 2.749)

Ini bukan mendukung seorang untuk berbuat dosa, akan tetapi menjelaskan bahwa manusia tempatnya dosa

(Dzul ‘Arsy Yashfahu) Pemilik Arsy yakni Allah yang Maha Pemaaaf

Arsy adalah makhluk Allah yang terbesar, seperti Qubbahnya makhluk, Arsynya Allah memiliki Tiang-tiang,

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ النَّاسَ يَصْعَقُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ فَأَكُوْنَ أَوَّلَ مَنْ يَفِيْقُ فَإِذَا أَنَا بِمُوْسَى آَخِذٌ بِقَائِمَةٍ مِنْ قَوَائِمِ اْلعَرْشِ فَلا أَدْرِيْ أَفَاقَ قَبْلِيْ أَمْ جُوْزِيَ بِصَعْقَةِ الطُّوْرِ

Sesungguhnya manusia pingsan pada hari kiamat, lalu aku adalah orang yang pertama sadar, seketika itu aku mendapatkan Musa sedang memegang sebuah tiang dari tiang-tiang Al-Arsy, maka aku tidak tahu apakah dia telah sadar sebelumku ataukah dia dibebaskan (dari pingsan tersebut) karena telah pingsan di Bukit Thur (HR. Bukhori No. 2411, 3408, 6517 dan 6518 dan Muslim No. 2373)

Juga Arsy Allah ada Malaikat yang Menopangnya

وَالْمَلَكُ عَلَىٰ أَرْجَائِهَا ۚ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ

Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Qs Al Haqqah: 17)

Dan kita beriman bahwa Allah beristiwaa’ diatas Arsy

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy. (Qs Thaha: 5)

Golongan yang Menyimpang dalam masalah Pelaku Dosa Besar ada 2

(Wa Laa Ta’taqid Ro’yal Khowaariji)

Jangan berkeyakinan dengan keyakinan Khawarij : Aqidah mereka bahwa Pelaku dosa besar keluar dari Agama, dan pada hari Kiamat kekal diapi neraka selama-lamanya

Mu’tazilah: Aqidah mereka sama dengan Khawarij dalam hukum akherat bahwa pelaku dosa besar kekal di api neraka, akan tetapi bedanya mereka menghukumi di dunia manzilah baina manzilatain

 

(إنه مقال لمن يهواه) هذا تعبير دقيق؛ لأن هذه الفرق والمذاهب في حقيقة أمرها مجرد أهواء بها يتركون الكتاب والسنة

(يردي ويفضح) ، فمآل من يهوى هوى الخوارج الخسران والردى في الدنيا والآخرة، وكذلك يفضح ويخزى ولا أعظم من هذا الخزي بأن يكفر المسلمين ويترك الملحدين، ويتسلط على أهل الإسلام ويسلم منه عباد الأوثان

ولا تك مرجياً

ما وصف به الناظم المرجئة من أحسن ما يوصفون به فإن المرجئة يمزجون بالدين ويلعبون به، وكلما غلا المرء في الإرجاء كان مزحه ولعبه بالدين أكبر فغلاة المرجئة يقولون لا يضر مع الإيمان ذنب كما لا ينفع مع الكفر طاعة. والإيمان عندهم المعرفة فقط. فأي مزح ولعب بالدين أكبر من هذا، وأي فتح لباب المعاصي والموبقات أعظم من هذا

ووجه اللعب والمزح بالدين على ضوء هذه العقيدة: أن الفاسق إذا قيل له: إيمانك مثل إيمان النبي صلى الله عليه وسلم فهل يقبل على الدين؟

كما أنه لا ينفع مع الكفر طاعة فإنه لا يضر مع الإيمان ذنب، وهذا قول في غاية الخبث والفساد، وهو سبيل لترك الصلوات ومنع الزكاة وترك الصيام والحج وغير ذلك من الطاعات وذريعة لفعل الفواحش والموبقات

 

‌‌تعريف الإيمان وزيادته ونقصانه

HUKUM PELAKU DOSA BESAR

DAN WASPADA TERHADAP MADZHAB KHAWARIJ DAN MURJI’AH

 

Berkata Abdullah bin Abi Dawud rahimahullah:

29  وقل: إنما الإيمان: قولٌ ونيةٌ… وفعلٌ على قول النبي مُصَرَّحُ

30  وينقُصُ طوراً بالمعاصي وتارةً … بطاعتِهِ يَنمِي وفي الوَزنِ يَرجَحُ

“Katakanlah (yakinilah) Keimanan itu : Ucapan & Niat juga Amalan berdasarkan Ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (hadits) yang sangat jelas”

Penulis rahimahullah menyebutkan di dalam bait ini “Aqidah ahlussunnag dalam keimanan” bahwasanya iman itu berdiri diatas 3 rukun:

Pertama: Keyakinan hati

Kedua: Ucapan lisan

Ketiga: Amalan dengan hati dan anggota badan

Iman itu : (Qoulun) ucapan yakni dengan mengucapkan syahadat yang ini merupakan pokok dan asas, agar dia masuk Islam

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ, وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ, وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ, فَإِذَا فَعَلُوا عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

“Aku diperintahkan (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala) untuk memerangi manusia, (kafir Harbi) sampai mereka bersyahadat Laa Ilaaha Illallah Muhammadarrasulullah, dan mendirikan shalat, dan membayar zakat. Apabila mereka melakukan perbuatan itu semua, maka terpeliharalah dariku harta dan darah mereka kecuali dengan haknya. Dan hisabnya diserahkan kepada Allah Ta’ala.” (HR. Muslim)

Iman itu (Qoulun) masuk didalamnya perkara cabang dala syariat sepeti bertasbih, membaca Al-Qur’an, amar ma’ruf nahi munkar dsb

Iman itu : (Niyatun) niat, yakni kamu meyakini keyakinan yang shahih, yang benar yang nantinya kamu bangun amalanmu diatas niat yang benar keyakinan yang benar itu

Jika seorang memiliki amalan berupa ucapan dan perbuatan namun tidak ada niat dalam hatinya maka dia tak ada bedanya dengan orang munafiq, yang mana mereka tampakkan amal shalih, sedangkan hatinya mengingkari

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". (Qs Al-Baqarah: 14)

Iman itu (fi’lun) perbuatan, ini menunjukkan bahwasanya amalan itu masuk dalam penamaan iman berbeda dengan Murji’ah yang mengeluarkan amalan dai keimanan, mereka berpendapat dengan pemikirannya bahwa yang penting dari keimanan hanya sekadar meyakini, atau mengucapkan

(Fi’lun) mencakup perbuatan yakni amalan hati juga amalan anggota badan.

Amalan hati seperti apa? Al mahabbah (cinta), al khosyyah (takut), al hayaa’ (rasa malu), tawakal, dan selainnya,.

Amalan anggota badan seperti sholat, puasa, zakat, haji, berjihad, berbakti kepada ortu

Dalil tentang aqidah ahlus sunnah tentang masalah iman ini yang mencakup seluruh rukun iman adalah

Dalam hadits dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).

Iman itu terkadang turun, dalam bait diatas menetapkan bahwa iman itu naik dan turun, iman itu bisa kuat, bisa lemah

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

وَإِذَا مَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَٰذِهِ إِيمَانًا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: "Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira. (Qs At Taubah: 124)

Adapun turunnya iman, atau lemahnya iman dijelaskan dalam hadits

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ يَقُوْلُ: «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ» رَوَاهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

‘Umair bin Habib al-Khathmi rahimahullah berkata:

الإيمان يزيد وينقص. قيل وما زيادته ونقصانه؟ قال إذا ذكرنا الله وحمدناه وسبحناه فتلك زيادته، وإذا غفلنا ونسينا فذلك نقصانه

“Iman itu bertambah dan berkurang, bagaimana bertambah dan berkurangnya? Beliau menjawab: Jika kami mengingat Allah Memuji-Nya, Mensucikan-Nya itu adalah bertambahnya iman, dan jika kami lalai kami lupa, maka itu kurangnya iman”

(Bi Tho’atihi Yanmi) dengan ketaatan kepada Allah akan bertambah, yakni Iman bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena maksiat

(Wa fil wazni yarjahu) dan di dalam wazn timbangan, akan naik

Sebab-sebab bertambahnya iman dan berkurangnya iman

Bertambah iman dengan: “tadabur Al-Qur’an, mengenal Nama-Nama dan Sifat Allah, Tafakkur dari penciptaan Allah, mempelajari siroh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Berkurang iman dengan: “Mengikuti langkah setan, mentaati hawa nafsunya, terfitnah dengan dunia, bergaul dengan orang buruk dan rusak, lalai, dan berpaling dari kebenaran

 

‌‌التحذير من الرأي، ومن القدح في الحديث وأهله

WASPADA TERHADAP PENDAPAT/PEMIKIRAN,

DAN DARI MENCELA AHLUL HADITS

 

31 ودع عنك أراء الرجال وقولهم … فقول رسول الله أزكى وأشرح

32 ولا تك من قومٍ تلهوا بدينهم … فتطعن في أهل الحديث وتقدح

“Tinggalkanlah pendapat-pendapat orang juga ucapan mereka, padahal ucapan Rasulullah, lebih suci, lebih pantas (untuk diambil) dan lebih menenangkan

 

Dan janganlah menjadi seperti kaum yang menjadikan agama sebagai bahan ejekan dan permainan, sehingga dengan mudah mencederai, mencela Ahlul Hadits

“Jika kamu meyakini sepanjang waktu hidupmu wahai sahabatku aqidah ini, maka kamu berada diatas kebaikan malam dan siangnya”

خاتمة النظم

33 (إذا ما اعتقدت الدهر يا صاح هذه … فأنت على خيرٍ تبيت وتصبح)

أي: إذا كنت يا صاحبي على هذه العقيدة المأخوذة من كتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم، ومن أهلها المتمسكين بها، المحافظين عليها فأنت على خير ما بقيت على هذا المعتقد

(الدهر) أي مدة حياتك وطوال عمرك، وفي هذا أن المعتقد لا ينفع إلا إذا بقي عليه العبد إلى أن يتوفاه الله، كمال قال تعالى {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} (آل عمران:102)

 

Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "SYARAH MANDZUMAH HAIYYAH (HUKUM PELAKU DOSA BESAR)"