MUQADIMAH SYARAH LAMIYYAH
Mengenal Penulis (An Nadzim)
Nasab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Beliau bernama “Ahmad bin
Abdul Halim bin Abdus Salaam An Numairiyy Al Harrooniyy Al Hanbaliy
Kunyah beliau Abul Abbas,
lebih dikenal dengan Ibnu Taimiyyah (Al Hafiidz), atau Syaikhul Islam,
jika dimutlakkan penyebutan Syaikhul Islam oleh ulama belakangan maka beliau
adalah Abul Abbas
Kelahiran
Beliau lahir pada tanggal 12
Rabi’ul Awwal 661 Hijriyyah di Haron.
Guru-guru beliau:
Ahmad bin Abdi d Daim, Ibnu Abdil Qowiy, Al Qosim Al Irbiliy,
Murid-murid beliau:
Adz Dzahabi, Ibnul Qoyyim, Ibnu
Muflih, Ibnu Katsir dll
Karya Ilmiah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
Aqidah At Tadmuriyah, Aqidah Washithiyah, Aqidah Hamawiyyah,
Dar’ut ta’arudhil Aqli wan Naql, Al Istiqomah, Minhajus sunnah
Wafat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Demikianlah Syaikhul Islam –rahimahullah– wafat, dalam
keadaan beliau dipenjara di penjara Al Qol’ah, Damaskus, pada malam Senin, 20
Dzulqo’dah 728 Hijriyah Usia beliau 67 th
Mengenal Mandzumah
Penisbatan mandzumah lamiyah
kepada beliau
Bait-bait
berjumlah 16 dinamakan Laamiyyah, karena akhir dari bait ditutup dengan huruf
lam, ditemukan diantara makhthuthoot (tulisan-tulisan) syaikhul islam ibnu
taimiyah, akan tetapi tidak ada yang menegaskan kalau ini mandzumah milik
Syaikhul islam. Adapun isinya maka haq, kebenaran, mau ini milik syaikhul islam
atau bukan atas setiap penuntut ilmu untuk perhatian terhadapnya, walaupun
singkat dan ringkas tapi mengandung dari permasalahan aqidah yang disepakati
يا سائلي عن مذهبي وعقيدتي… رزق الهدى من للهداية يسأل
Bait 1
Wahai orang yang bertanya tentang madhab dan aqidahku….. (Semoga)
diberi anugrah petunjuk bagi yang meminta petunjuk
As Sail (Penanya) tidak lepas dari dua
kondisi
Pertama: Su’aal Mustarsyid
(seorang yang menginginkan petunjuk) yakni dia bertanya untuk mengambil faedah dan
bermanfaat untuknya
Kedua: Su’al Liljidaal (Pertanyaan
untuk mendebat)
Kalau ada dua model penanya seperti
ini, mana yang akan diberikan jawaban? Iya, yang pertama, dan ini adalah
sebaik-baik Ta’awun ‘alal birri wat taqwa
Madzhab disini :
Bisa bermakna madzhab dalam furu’
(permasalahan fiqih)
Bisa yang dimaksud Madzhab dalam
Aqidah
Sebagaimana ucapan Al Imam Abu Utsman
Ash Shobunii rahimahullah:
ومن مذهب أهل الحديث أنَّ الإيمانَ قول وعمل ومعرفة، يزيد
بالطاعة، وينقص بالمعصية
“Dan termasuk madzhab
Ahli Hadits, iman adalah perkataan dan perbuatan serta ma’rifah (ilmu),
bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan”
[1]
Yang mendekati Wallahu A’lam adalah
yang kedua madzhab secara Aqidah
Mengenal Aqidah
Secara Bahasa :
Aqidah secara bahasa diambil
dari (Al Aqdu) yaitu mengikat sesuatu,
Secara Istilah :
Keimanan kepada Allah,
malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, keimanan pada hari kiamat, dan
keimanan terhadap takdir yang baik dan yang buruk, nama lainnya adalah ((Rukun
Iman))
Aqidah yang ada pada manusia itu ada dua:
Pertama: Al ‘Aqooid An
Naazilah (Aqidah yang turun dari wahyu)
Kedua : Al ‘Aqooid An Naabitah
(Aqidah tumbuh di bumi, buatan manusia)
Adapun yang kedua maka pasti
bathil, biasanya diambil dari nenek moyang, tidak jelas asal usulnya, bisa dari
pemikiran-pemikiran orang atau hawa nafsu dan sebagainya.
Kebanyakan Aqidah, keyakinan-keyakinan
yang tidak diambil dari wahyu biasanya diambil dari nenek moyang yang
dibuat-buat yang tidak ada keterangannya dari Allah
Sebagaimana Allah Subhaanahu Wa Ta’ala
berfirman:
يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ
أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ
دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ
اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ
Hai kedua
penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu
ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?
Kamu
tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu
dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun
tentang nama-nama itu. (Qs Yusuf: 39-40)
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:
ليس الاعتقاد لي ولا لمن هو أكبر مني، الاعتقاد لله ورسوله صلى
الله عليه وسلم وما أجمع عليه سلف الأمة؛ يُؤخذُ من كتاب الله، ومن أحاديث البخاري
ومسلم وغيرهما، من الأحاديث المعروفة، وما ثبت عن سلف الأمة
“Masalah I’tiqod (keyakinan) itu bukan
diambil dariku juga tidak dari yang lebih tua dariku, I’tiqod (keyakinan) milik
Allah dan Rasul-Nya diambil dari Al-Quran & As Sunnah, dan dari ijma’
kesepakatan salaful Ummah, yang diambil dari Kitabullah, dan Hadits-hadits
Bukhari dan Muslim dan selain keduanya, dari hadits-hadits yang dikenal, dan
sah dari salaful ummah”[2]
Jika benar
ini mandzumah oleh Beliau rahimahullah, maka beliau memang menghabiskan
hidupnya untuk menyebarkan Aqidah yang benar dan membantah ahlul bathil dan
ahwaa’ golongan yang menyimpang dalam pembahasan aqidah, bahkan diakhir hayat
beliau di dalam penjara “Tis’iniyyah”
Doa penulis kepada penanya
(Semoga) diberi rezeki anugrah petunjuk
bagi yang meminta petunjuk
Rezeki Allah ada dua
Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata:
Rezeki berupa kebutuhan jasad seperti makan, minum, pakaian, dan
tempat tinggal
Kedua ada rezeki berupa kebutuhan ruh dan hati, seperti iman dan
ilmu yang bermanfaat
ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَـٰبَ ٱلَّذِینَ ٱصۡطَفَیۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۖ
"Kemudian Kami wariskan Al Kitab (Al Quran) kepada orang-orang yang Kami pilih dari hamba Kami. (Qs Yusuf: 39-40)
Pentingnya Doa meminta hidayah
Sehari semalam kita berdoa memohon meminta hidayah kepada Allah
minimalnya 17 kali.
Hidayah itu adalah rezeki yang membutuhkan dari hamba mencari
sebab
Dan sebab terbesarnya adalah doa
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الهُدَى وَالسَّدَادَ
Ya Allah, berilah aku hidayah dan berilah aku kebenaran
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ
وَالْغِنَى
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon selalu dari-Mu
hidayah, takwa, sikap ‘iffah, dan kekayaan.” [3]
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan kalbu, tetapkanlah
kalbuku di atas agama-Mu.” [4]
Kemudian kita pindah ke bait 2
اسمع كلام محقق في قوله … لا ينثني عنه ولا يتبدل
Bait 2
Dengarkanlah pembicaraan ahli tahqiq
di dalam perkataannya. Ia tidak pernah mundur dan berubah daripada perkataannya.
Kata “Isma’” dengarkanlah atau
seperti kata “I’lam” kata ini biasanya disebutkan sebelum penyebutan dari perkara-perkara
yang penting
Dan maksud penulis bukan dari riya’ bahkan,
tujuannya untuk meyakinkan, dan memasukkan tuma’ninah ketenangan kepada penanya
bahwa apa yang akan disampaikan ini sudah dipelajari dan sudah difahami secara
mendetail
Fi qoulihi yakni
dalam ucapan tentang pembahasan Aqidah ini, karena al qoul (ucapan) ketika
dimutlakkan maka maknanya ucapan hati dan ucapan lisan, ucapan hati berupa
keyakinan tentang masalah aqida ini dan ucapan lisan, disampaikan secara yakin
dengan lisan
Dengarkanlah pembicaraan ahli tahqiq
di dalam perkataannya. Ia tidak pernah mundur dan berubah daripada perkataannya.
Diantara sifat Ahlus sunnah, bahwa
aqidah mereka satu, jelas dan tidak berubah-ubah, karena diambil dari sumber yang
sma yaitu Al-Quran dan As Sunnah, adapun para pengikut hawa nafsu, orang-orang
yang menyimpang itu mereka ambil aqidahnya dari pendapat-pendapat yang
berbeda-beda maka pasti selalu ada pertentangan tidak ada kesepakatan
مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا ۚ
بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ
Mereka tidak memberikan perumpamaan
itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah
kaum yang suka bertengkar. (Qs
Az Zukhruf: 58)
قال عمر بن عبد العزيز رحمه الله: ((مَنْ جَعَلَ دِينَهُ
غَرَضاً لِلْخُصُومَاتِ أَكْثَرَ التَّنَقُّلَ)). سنن الدارمي (310).
Umar bin Abdul Aziz rahimahullah
pernah berkata: “Barangsiapa yang menjadikan agamanya ladang untuk berdebat,
maka akan sering dan banyak berubah-ubah pandangannya”
Ibnul Qoyyim rahimahullah
pernah berkata:
سكون القلب إلى شيء ووثُوقهِ به، وهذا لا يكون إلا مع اليقين،
بل هو اليقين بعينه، ولهذا تجد قلوبَ أصحابِ الأدلة السمعية – يعني أهل السنة –
مُطمَئنّة بالإيمان بالله وأسمائه وصفاته وأفعاله وملائكته واليوم الآخر، لا
يضطربون في ذلك، ولا يتنازعون فيه
“Ketenangan hati pada suatu hal, itu
tidak terjadi kecuali bersaman dengan yakin, bahkan merupakan keyakinan hakiki,
oleh karenanya kamu dapati hati-hati Ahlus sunnah hati mereka tenang, tenteram,
dengan keimanan kepada Allah, Nama-nama-Nya dan Sifat-sifat-Nya Para Malaikat,
Hari Akhir, hati mereka tidak goyah, dan mereka tidak saling berselisih dalam
aqidah mereka”[5]
قصة الإمام مالك
فإذا غلبتني؟ قال: فإن غلبتُكَ اتَّبعني، قال: فإن جاء رجلٌ آخر
فكلمنا فغلبنا؟ قال: نتَّبِعُهُ، قال مالك: يا عبد الله، بعث الله محمدا بدين واحد
وأراك تتنقّل من دين إلى دين
Kisah Imam Malik rahimahullah, ketika
ada seorang dicurigai dia berfaham murji’ah, berkata: “Aku akan mendepat kamu,
Imam Malik menjawab: “Jika kamu menang? Dia menjawab: kamu ikut aku, Imam Malik
kembali berkata: jika ada orang ketiga mendebat kita dan dia yang menang? Dia berkata:
kita ikuti dia
أحد السلف قال عندما جاءه بعض هؤلاء أصحاب الأهواء قال: أما أنا
فعلى بيّنة من ربِّي، وأما أنت فشاكٌّ، فاذهب إلى شاك مثلك فخاصمه
Imam Malik mengucapkan: “Wahai hamba
Allah, Allah mengutus Muhammad dengan agama yang satu, dan aku melihat kamu orang
suka-suka pindah-pindah agama
Salah seorang As Salaf pernah
didatangi Ahlu Ahwa (pengikut hawa nafsu) ia berkata kepada orang tersebut: “Adapun
akuaku sudah tenang dan terang jelas dengan agamaku, adapun kamu, kamu orang
yang ragu, maka pergilah dengan orang yang ragu-ragu semisal denganmu, dan
debatlah dia[6]
[1] (Aqidah As
Salaf Ashabul Hadits hlm: 111).
[2] (Majmuu’
Fatawa)
[3] (HR.
Muslim no. 4898)
[4] (HR.
at-Tirmidzi no. 2140)
[5] As
Showa’iqul Mursalah
[6]
Banyak mengambil faedah dari risalah Syaikh Abdur Rozzaq al Badr hafidzahullah “Tsabaatu
Ahlis Sunnah wa Salaamatuhu minat taghiyyuroot
Posting Komentar untuk "MUQADIMAH SYARAH LAMIYYAH "