Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH MELIHAT ALLAH PADA HARI KIAMAT

 


AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH

MELIHAT ALLAH PADA HARI KIAMAT

(SYARAH AL MANDZUMAH AL HAAIYYAH)

 Oleh Aditya Bahari

 

الحمد لله ربِّ العالمين ، وأشهد أن لا إلـٰه إلَّا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أنَّ محمَّدًا عبده ورسوله ، صلَّى الله وسلَّم عليه وعلى آله وصحبه أجمعين ، أمَّا بعدُ :

 

Berkata Syaikh Abdullah bin Abi Dawud rahimahullah:

وقل يتجلى الله للخلق جهرةً … كما البدر لا يخفى وربك أوضحُ

Dan katakanlah: Allah menampakkan diri kepada makhluk (orang beriman) dengan nyata, seperti purnama, tidaklah samar (ketika melihatnya). Dan bahkan Rabb-mu lebih nyata

وليس بمولودٍ وليس بوالدٍ … وليس له شبهٌ تعالى المسبحُ

Dan Allah tidak mempunyai anak dan tidak diperanakkan, tidak ada yang menyerupai-Nya, Maha Tinggi Dzat yang Maha Suci

وقد ينكر الجهمي هذا وعندنا … بمصداق ما قلنا حديث مصرحُ

Orang-orang Jahmiyah mengingkari hal yang ada pada kami ini (yaitu dilihatnya Allah di akhirat), terdapat hadits yang jelas untuk membenarkan apa yang kami katakan

رواه جريرٌ عن مقال محمدٍ … فقل مثل ما قد قال في ذاك تنجحُ

Diriwayatkan oleh Jarir dari sabda Muhammad, maka berkatalah sebagaimana yang Nabi sabdakan tentang itu, maka kamu akan beruntung

 

“Ar Ru’yah, melihat Allah adalah perkara yang haq, ditunjukkan dali-dalil Al-Qur’an maupun sunnah yang mutawatir, Ijma’ kaum muslimin dan tidak mengingkarinya kecuali Jahmiyah dan yang terpengaruh dengan pemikiran mereka.

Sebagian salaf berkata:

من أنكر رؤية الله حري أن يحرم منها

“Barangsiapa yang mengingkari ru’yatulloh Melihat Allah maka mereka lebih pantas diharamkan darinya”

Dalil-dalil yang menetapkan bahwa Allah akan dilihat pada hari kiamat

Firman Allah Subhaanahu Wa Ta’aala

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.(Qs Al Qiyamah: 22-23)

Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata:

“Ayat yang mulia ini memberikan faedah bahwasanya wajah-wajah yang berseri-seri ini akan melihat kepada Rabbnya Azza Wa Jalla. Maka bertambahlah kebaikan diatas kebaikan, dan pada ayat ini juga dalil, bahwasanya Allah akan dapat dilihat dengan pandangan mata”. (Syarah Al Aqidah Al Wasithiyah hlm: 329).

Diantaranya lagi hadits dari Shuhaib bin Sinan, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda:

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ، قَالَ : يَقُوْلُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : تُرِيْدُوْنَ شَيْئًا أَزِيْدُكُمْ؟ فَيَقُولُوْنَ : أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوْهَنَا؟ أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ؟ قَالَ : فَيُكْشَفُ الْحِجَابُ فَمَا أُعْطُوْا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ .

Apabila penghuni surga telah masuk surga, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,”Apakah kalian menginginkan sesuatu yang dapat Aku tambahkan?” Mereka menjawab,”Bukankah Engkau telah menjadikan wajah-wajah kami putih berseri? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?” Nabi bersabda,”Maka disingkapkanlah tabir penutup, sehingga tidaklah mereka dianugerahi sesuatu yang lebih mereka senangi dibandingkan anugerah melihat Rabb mereka Azza wa Jalla.”

Dalam riwayat lain dari riwayat Abu Bakar bin Abi Syaibah, ada tambahan riwayat : Kemudian Rasulullah membacakan ayat :

لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ

Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (Qs Yunus: 26)

Shahih Muslim Syarah Nawawi, tahqiq Khalil Ma’mun Syiha, III/19-20, hadits no. 448 & 449, Bab Itsbat Ru’yatil Mu’minin Fil Akhirah Rabbahum Subhanahu Wa Ta’ala.

 

(Qul) Katakanlah wahai Ahlis sunnah, tanpa ragu dan bimbang (YatajallAllahu lil kholqi) Allah menampakkan dengan jelas kepada makhluk yaitu yang dimaksud adalah orang-orang beriman pada hari kiamat dengan ru’yatullah (melihat Allah), bahkan itu adalah tujuan paling mulia, diantara doa mereka orang-orang yang beriman:

 

Doa Agar diberi nikmat Melihat Wajah Allah

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ

“Ya Allah, Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu (di Surga), rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan.” (HR. An Nasai)

 

Adapun orang kafir maka dia tidak akan melihat Allah, sebagaimana Allah kabarkan di dalam Al-Qur’an:

كَلَّآ إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوبُونَ

“Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka.” (Qs Al Mutaffifin: 15)

Imam As-Syaf’’I rahimahullah berkata :

وفي هَذِهِ الْآيَةِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ الْمُؤْمِنِينَ يَرَوْنَهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَئِذٍ

“Pada ayat ini ada dalil yang menunjukan bahwa kaum mukminin melihat Allah ‘Azza wa Jalla pada hari itu”.

Yaitu Al-Imam Asy-Syafi’i berdalil dengan mafhum ayat ini (lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/347)

Jika Orang kafir terhalang dari melihat Allah pada hari kiamat sebagai hukuman bagi mereka, maka ini menunjukkan penegasan bagi orang yang beriman bahwa melihat Allah adalah nikmat paling mulia dan pemberian paling besar

 

Dalil bahwa Allah akan dilihat dengan jelas pada hari kiamat seperti bulan purnama

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تَضَامُّوْنَ فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اْستَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوْا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَصَلاَةٍ قَبْلَ غُرُوْبِهَا فَافْعَلُوْا

Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini (dalam permulaan hadits, diceritakan; waktu itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang melihat bulan yang tengah purnama). Kalian tidak berdesak-desakan ketika melihatNya (ada yang membaca la tudhamuna tanpa tasydid dan di dhammah ta’nya, artinya: kalian tidak akan ditimpa kesulitan dalam melihatNya). Oleh karena itu, jika kalian mampu, untuk tidak mengabaikan shalat sebelum terbit matahari (Subuh) dan shalat sebelum terbenam matahari (Ashar), maka kerjakanlah.

Bait 7

Dan Allah tidak mempunyai anak dan tidak diperanakkan, tidak ada yang menyerupai-Nya, Maha Tinggi Dzat yang Maha Suci

Setelah menegaskan penetapan ru’yatullah, melihat Allah pada hari kiamat, penulis hendak menjelaskan bahwa ketika kita menetapkan sesuatu secara nyata (hakiki) tidak melazimkan (mengharuskan) adanya peyerupaan

“Allah tidak diperanakkan dan juga tidak beranak, tidak ada yang serupa dengan-Nya”

 

Dalil-dalil bahwa Allah tidak serupa dengan apapun

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".(Qs Al Ikhlas: 3-4)

Ayat terakhir di surah Al Ikhlas ini seakan menjadi penegasan terhadap keagungan dan kemuliaan sifat-sifat Allah, Apapun yang terbayang dalam pikiran kita tentang sifat-sifat Allah, semuanya pasti tidak benar karena Allah lebih Agung daripada semua itu

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.(QS Asy Syura: 11)

 

Allah Maha Tinggi, yakni dari apa-apa yang dijadikan sekutu dan yang serupa dengan-Nya, Maha Besar Allah Maha Suci Allah dari apapun yang tidak layak bagi-Nya

Tasbih kepada Allah merupakan sebab meraih ampunan

Di dalam sebuah hadits,Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

“Barang siapa membaca Subhanallahi Wabihamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus kali dalam sehari, maka dosanya akan dihapus, meskipun sebanyak buih lautan.” (HR. Muslim No. 4857)

 

Tasbih adalah ucapan yang paling dicintai Allah

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694)

 

Pengingkaran Jahmiyyah tentang ru’yatulloh pada hari kiamat

Bait 8

Orang-orang Jahmiyah mengingkari hal yang ada pada kami ini (yaitu dilihatnya Allah di akhirat), terdapat hadits yang jelas untuk membenarkan apa yang kami katakan

Bait 9

Diriwayatkan oleh Jarir dari sabda Muhammad, maka berkatalah sebagaimana yang Nabi sabdakan tentang itu, maka kamu akan beruntung

 

Yakni Jarir bin Abdillah Al Bajalii radhiyAllahu ‘anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ لاَ تَضَامُّوْنَ فِي رُؤْيَتِهِ، فَإِنِ اْستَطَعْتُمْ أَنْ لاَ تُغْلَبُوْا عَلَى صَلاَةٍ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَصَلاَةٍ قَبْلَ غُرُوْبِهَا فَافْعَلُوْا

Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini (dalam permulaan hadits, diceritakan; waktu itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang melihat bulan yang tengah purnama). Kalian tidak berdesak-desakan ketika melihatNya (ada yang membaca la tudhamuna tanpa tasydid dan di dhammah ta’nya, artinya: kalian tidak akan ditimpa kesulitan dalam melihatNya). Oleh karena itu, jika kalian mampu, untuk tidak mengabaikan shalat sebelum terbit matahari (Subuh) dan shalat sebelum terbenam matahari (Ashar), maka kerjakanlah. (HR Bukhari & Muslim)

Syaikh Utsaimin rahimahullah berkata dalam Syarah Riyadhus Shalihin 2/187:

Dalam hadits ini terdapat penyerupaan kaifiyah melihat dengan melihat (yakni) sama dalam cara melihatnya, bukan maknanya menyerupakan Allah dan bulan, karena tidak ada yang semisal dengan Allah, akan tetapi kalian melihat Allah dengan penglihatan hakiki, sebagaimana manusia melihat bulan purnama.

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam akhir hadits ini bersabda: “, jika kalian mampu, untuk tidak mengabaikan shalat sebelum terbit matahari (Subuh) dan shalat sebelum terbenam matahari (Ashar), maka kerjakanlah”. Karena dua sholat ini adalah sholat yang paling afdhol, sholat al wustho yang Allah sebutkan diayat

(حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ) (البقرة: 238)

“Jagalah sholat lima waktu dan sholat wustho yakni sholat ashar, dan berdirilah karena Allah dalam keadaan tunduk dan khusyu’”. (Qs Al Baqarah ayat: 238)

Sholat wustho ditafsirkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau:

مَلَأَ اللَّهُ قُبُورَهُمْ وَبُيُوتَهُمْ نَارًا، كَمَا شَغَلُونَا عَنْ صَلاَةِ الوُسْطَى حَتَّى غَابَتِ الشَّمْسُ

“Semoga Allah memenuhi kubur-kubur dan rumah-rumah orang-orang musyrik dengan api, karena mereka telah menyibukkan kita sehingga kita belum shalat ashar hingga matahari terbenam.” (HR. Bukhari no. 6396 dan Muslim no. 627).

Kita ketahui banyak kaum muslimin terkalahkan, yakni tidak bisa bangun untuk sholat shubuh, entah itu karena ketiduran atau yang lebih disayangkan adalah lebih mengutamakan dunia, mereka berangkat sebelum shubuh berdagang, kalau mereka sholat maka Alhamdulillah, tapi bagaimana dengan yang tidak sholat? Maka ini adalah musibah besar.

Juga kita ketahui bahwa waktu ashar banyak kaum muslimin terkalahkan darinya tidak bisa menunaikannya karena kecapean pulang kerja, sehingga sebagian mereka mengakhirkan dalam sholatnya dan lebih parahnya mereka tidak sholat ashar.

 

Kata penulis rahimahullah:

(Faqul) Maka katakanlah wahai ahlis sunnah, seperti yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jangan seperti yang dikatakan Jahmiyyah, dalam masalah ru’yatulloh ini, kamu akan suksesyakni selamat dan bahagia di dunia dan akhirat.

 

Amalan agar seorang muslim dapat meraih keutamaan bisa melihat Allah Azza Wa Jalla pada hari kiamat kelak

1.       Berdoa kepada Allah

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلَا فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ

“Ya Allah, Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu (di Surga), rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan.” (HR. An Nasai)

2.       Berbuat Ihsan

Baik kepada Allah, yaitu dengan beribadah kepada Allah seakan akan Allah melihatnya, meraih derajat ihsan dalam ibadah yang merupakan derajat paling tinggi, atau dengan berbuat ihsan kepada makhluk, membantu mereka, bersedekah dan selainnya

3.       Menegakkan sholat lima waktu, terlebih ditekankan lagi sholat shubuh dan asharnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits

 

Semoga Allah memberikan kepada kita semua nikmat tertinggi di surga memandang Allah Subhaanahu Wa Ta’aala.

Wallahu A’lam

 

Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH MELIHAT ALLAH PADA HARI KIAMAT"