Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TAFSIR JALALAIN (QS AN NAAS)


 

تفسير سورة الناس

Tafsir Surat An Nas

(Oleh : Aditya Bahari)

 

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

“(1) Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,

 

Tafsiir Jalalain:

{قُلْ أَعُوذ بِرَبِّ‌‌ النَّاس} خَالِقهمْ وَمَالِكهمْ خُصُّوا بالذكر تشريفا لهم ومناسبة للاستعاذة من شر الموسوس في صدورهم

(Pencipta manusia, Raja manusia), dikhususkan penyebutan manusia sebagai pemuliaan, dan sesuai dalam meminta perlindungan dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi di balik hati-hati manusia.

 

Penjelasan tafsir Jalalain dari hasyiyah Ash Showii:

قوله: {قُلْ أَعُوذُ} أي أتحصن، والأمر للنبي صلى الله عليه وسلم ويتناول غيره من أمته، لأن أوامر القرآن ونواهيه لا تخص فرداً دون فرد.

Firman Allah Ta’aala: “Katakanlah (Muhammad) Aku berlindung : yakni aku memohon perlindungan, dan perintah ini bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan juga bagi selainnya dari umat beliau, karena perintah-perintah dan larangan dalam Al-Quran tidak dikhususkan bagi satu orang tanpa yang lainnya.


قوله: (خالقهم) أي موجدهم من العدم.

Pencipta manusia, yakni yang menciptakannya dari sebelumnya tidak ada

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا

“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?[1]

قوله: (خصوا بالذكر) أي وإن كان رب جميع الخلائق.

Ucapan penulis Jalalain: (Dikhususkan penyebutan mereka (manusia)) yakni walupun Allah adalah Tuhan bagi seluruh makhluq

Karena 2 hal:


قوله: (تشريفاً لهم) أي من حيث إنه تعالى أخذ لهم ملائكة قدسه، وجعل لهم ما في الأرض جميعاً،

وأمدهم بالعقل والعلم وكلفهم بخدمته،

1. Sebagai pemuliaan terhadap manusia, karena Allah memuliakannya didepan Malaikat, dan Allah ciptakan seluruh yang ada di muka bumi bagi mereka (manusia), serta Allah berikan akal dan ilmu, kemudian Allah berikan beban taklif untuk berkhidmat kepada-Nya,


قوله: (ومناسبته للاستعاذة) الخ، أي فكأنه قال: أعوذ من شر الموسوس إلى الناس بربهم المالك لهم.

2. Kecocokan baginya (manusia) untuk meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang berbisik keburukan, seakan-akan berkata: “Aku berlindung kepada Rabbnya manusia dan Rajanya manusia dari keburukan setan yang membisiki pada manusia “

 

 

مَلِكِ النَّاسِ , إِلَٰهِ النَّاسِ

(2) Raja manusia, (3) sembahan manusia 

Tafsiir Jalalain:

بَدَلَانِ أَوْ صِفَتَانِ أَوْ عَطْفَا بَيَان وَأَظْهَر الْمُضَاف إِلَيْهِ فِيهِمَا زِيَادَة لِلْبَيَانِ

Keduanya berkedudukan sebagai badal, atau sifat atau athof bayan, dan disebutkan mudhof ilaih (kata manusia) sebagai tambahan penjelas

 

Hasyiyah Ash Showii:

قوله: {مَلِكِ النَّاسِ} بإسقاط الألف هنا باتفاق القراء، بخلاف الفاتحة ففيها قراءتان سبعيتان ثبوت الألف وحذفها، ومعنى الملك: المتصرف فيهم بأنواع التصرفات، من إعزاز وإذلال وإغناء وإفقار وغير ذلك.

Firman Allah: Rajanya manusia, dengan meniadakan alif dengan kesepakatan ahli qiroah, berbeda dengan yang ada pada Qs Al Faatihah, maka terdapat dua riwayat membacanya boleh dipanjangkan ataupun tanpa dipanjangkan (praktekkanlah!)

Makna Malik: Yang mengatur segala bentuk pengaturan, seperti Allah memuliakan, atau menghendaki susah, ataupun yang Allah jadikan kaya maupun yang Allah uji dengan kemiskinan dan selainnya.

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.[2]


قوله: {إِلَهِ النَّاسِ} هذا الترتيب بديع، وذلك أن الإنسان أولاً يعرف أن له رباً لما شاهده من أنواع التربية، ثم إذا تأمل، عرف أن هذا الرب متصرف في خلقه، غني عن غيره فهو الملك، ثم إذا زاد تأمله، عرف أنه يستحق أن يعبد، لأنه لا يعبد إلا الغني عن كل ما سواه، المفتقر إليه كل ما عداه.

Firman Allah: Sesembahannya manusia, urutan ini sangat indah, karena manusia pertama kali bahwa dia memiliki Tuhan, yang bisa dia saksikan dari segala bentuk pemeliharaan, kemudian jika manusia dia merenungi, ia akan tahu bahwa Rabb ini Maha Kuasa atas makhluk-Nya, Maha Kaya tidak butuh kepada selain-Nya, kemudian jika perenungannya bertambah, ia mengetahui bahwa hanya Allah saja yang berhak untuk disembah, karena tidaklah disembah kecuali Dia yang pantas disembah, karena tidak disembah kecuali Dzat Yang Maha Kaya, yang semua hamba butuk dan faqir kepada-Nya

 

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.”[3]

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah menyebutkan mandzumah beliau:

‌وَالْفَقْرُ ‌لِي ‌وَصْفُ ‌ذَاتِ ‌لَازِمٍ ‌أَبَدًا … ‌كَمَا ‌الْغِنَى ‌أَبَدًا ‌وَصْفٌ ‌لَهُ ‌ذَاتِي

‌وَهَذِهِ ‌الْحَالُ ‌حَالُ ‌الْخَلْقِ ‌أَجْمَعِهِمْ … ‌وَكُلُّهُمْ ‌عِنْدَهُ ‌عَبْدٌ ‌لَهُ ‌آتِي

“Dan kefakiran itu bagi saya adalah sifat yang selalu ada melazimiku // Sebagaimana kekayaan adalah sifat bagi Allah

Dan kondisi ini adalah kondisi seluruh makhluk semuanya // dan semua mereka adalah hamba Allah yan akan menghadap Allah ta’aala”


قوله: (زيادة للبيان)  وأحسن منه أن يقال: إن التكرار لإظهار شرف الناس وتعظيمهم والاعتناء بشأنهم، كما أنه حسن التكرار للتلذذ، وإظهار فضل المكرر

Ucapan penulis Jalalain: Penyebutan berulang manusia sebagai tambahan penjelas, akan tetapi akan lebih bagus jika dikatakan: “sesungguhnya pengulangan untuk menunjukkan kemuliaan manusia, dan perhatian Allah dari perkaranya manusia, sebagaimana juga pengulangan ini sebagai bentuk kenikmatan dan menampakkan keutamaan baginya

 

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

(4) dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi

 

Tafsiir Jalalain:

الشَّيْطَان سُمِّيَ بِالْحَدَثِ لِكَثْرَةِ مُلَابَسَته لَهُ {الْخَنَّاس} لِأَنَّهُ يَخْنِس وَيَتَأَخَّر عَنْ الْقَلْب كُلَّمَا ذُكِرَ اللَّه

Al Waswas: adalah Setan, disebutkan bisikan setan karena kebanyakan godaan yang dilancarkannya itu melalui bisikan. Al Khonnas : karena dia bersembunyi dibalik hati tiapkali disebut Nama Allah

Ibnu Abbas radhiyAllahu ‘anhumaa berkata:

الشَّيطانُ جاثمٌ على قلبِ ابنِ آدمَ ؛ فإذا ذَكَرَ اللَّهَ خنسَ وإذا غفلَ وَسوَسَ

“Setan itu duduk di hati anak Adam; jikalau hamba mengingat Allah (berdzikir kepada-Nya) setan bersembunyi, dan jika si hamba lalai (dari berdzikir) setan akan membisiki keburukan”[4]

Hasyiyah Ash Showii:

قوله: (لأنه يخنس) أي يتوارى ويختفي بعد ظهوره المرة بعد المرة.

Karena setan itu bersembunyi: yakni mundur kebelakang, dan bersembunyi setelah nampaknya waktu demi waktu


قوله: (كلما ذكر الله) أي فالذكر له كالقامع الذي يقمع المفسد، فهو شديد النفور منه، ولهذا كان شيطان المؤمن هزيلاً،

Tiapkali disebut nama Allah, yakni: bahwasanya dzikir kepada Allah semacam pemutus yang memutus keburukan, dan bahwa setan itu sangat takut dan lari dari dzikir, oleh karenanya setannya orang beriman itu kurus.

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring”[5]

 

 

 الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ

“(5) Yang membisikkan (keburukan) kedalam dada manusia

 

Tafsiir Jalalain:

قُلُوبهمْ إِذَا غَفَلُوا عَنْ ذِكْر اللَّه

Di hati-hati mereka (manusia) jika mereka lalai dari dzikir kepada Allah

Hasyiyah Ash Showii:

قوله: (إذا غفلوا عن ذكر الله) أي بقلوبهم ولو كانوا ذاكرين بألسنتهم، وذلك لأن الوسوسة حالة في القلب، فلا يطردها إلا الذكر في الحال في القطر، فمن كان من أهل الذكر، فلا تسلط للشيطان عليه،

Jika mereka lalai dari mengingat Allah yakni lalai hati mereka walaupun mereka bisa jadi berdzikir dengan lisannya, itu bisa karena was-was letaknya pada hati, maka (setan) tidak bisa diusir kecuali dengan dzikir hati, barangsiapa yang sering berdzikir, maka setan tidak akan mampu menguasainya

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ

“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku (yang berdzikir)  tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka,[6]

 

ولا يترك الإنسان الذكر اللساني إذا وجد الغفلة والوسواس في قلبه، بل يكثر الذكر ويديمه، فلعله يستيقظ قلبه ويتنور

Seorang janganlah meninggalkan dzikir dengan lisan, jika mendapati was-was di hatinya, bahkan hendaknya ia perbanyak dzikir dan melaziminya, mudah-mudahan hatinya bisa bangun dan bercahaya

 

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

“(6) Dari golongan jin dan manusia

 

Tafsiir Jalalain:

وَاعْتَرَضَ الْأَوَّل بِأَنَّ النَّاس لَا يُوَسْوِس فِي صُدُورهمْ النَّاس إِنَّمَا يُوَسْوِس فِي صُدُورهمْ الْجِنّ وَأُجِيبَ بِأَنَّ النَّاس يُوَسْوِسَونَ أَيْضًا بِمَعْنَى يَلِيق بِهِمْ فِي الظَّاهِر ثُمَّ تَصِل وَسْوَسَتهمْ إِلَى الْقَلْب وَتَثْبُت فِيهِ بِالطَّرِيقِ الْمُؤَدِّي إلى ذلك والله تعالى أعلم

Pendapat pertama yang menyatakan bahwa di antara yang menggoda hati manusia di samping setan adalah manusia, pendapat tersebut disanggah dengan suatu kenyataan, bahwa yang dapat menggoda hati manusia hanyalah jin. Ini dapat dijawab dengan pernyataan bahwa manusia juga bisa memberikan waswas (godaan) dari sisi lahiriyah, akhirnya masuk dalam kalbu dan menjadi mantap di dalamnya, yaitu melalui cara yang dapat menjurus ke arah itu. Wallahu Ta’ala a’lam.

Hasyiyah Ash Showii:

قوله: {مِنَ الْجِنَّةِ} اسم جنس جمعي، يفرق بينه وبين واحده بالياء، فيقال: جن وجني، كزنج وزنجي، وغالباً يفرق بالتاء كتمر وتمرة، وزيدت التاء في الجنة لتأنيث الجماعة، سموا بذلك لاجتنانهم أي استتارهم عن العيون،

Dari Jin, (dalam B.Arab) istilahnya isim jinsi jama’, dibedakan kata tunggalnya dengan jama’ dengan ya atau ta’ marbuthoh seperti tamr (kurma) satu, adapun tamroh (kurma) banyak, dinamakan jin karena tidak tampak dan tersembunyi dari pandangan mata

Allah Subhaanahu Wa Ta’aala berfirman:

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ

“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.”[7]

Juga Allah berfirman tentang Nabi-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)”[8]

Apakah bisa manusia dan jin saling bersatu untuk menggoda manusia? Jawabannya bisa yaitu para dukun, yang berserikat dengan jin untuk memberikan mudhorot (bahaya) kepada manusia

Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’aala senantiasa menjaga kita semua dari godaan setan yang membisikkan keburukan dan kejahatan

Wallahu A’lam

 

================

Selesai Ditulis, 16 Agustus 2022

Di Pondok Pesantren Masyarakat Darut Taqwa Boyolali



[1] Qs Al Insaan: 1

[2] Qs Ali Imran; 26

[3] Qs Fathir: 15

[4] Lihat Tafsiir Ath Thobari

[5] Qs Ali Imran:191

[6] Qs Al Hijr: 42

[7] Qs Al A’raf: 27

[8] Qs Al An’am: 112


Aditya Bahari
Aditya Bahari Alumni LIPIA Jakarta, Pengasuh Pejalansunnah, Staf Pengajar di PP Darut Taqwa Boyolali

Posting Komentar untuk "TAFSIR JALALAIN (QS AN NAAS)"